Chapter 13

4.6K 421 45
                                    

Ave's POV

Ku tatap lekat orang yang sedang serius menggambar sketsa di kanvas kami, wajah seriusnya benar-benar berbeda dari biasanya,

tulang rahangnya yang tegas terlihat kuat, hidungnya yang mancung terpahat dengan sempurna,

alis matanya yang panjang terlihat indah pada dirinya, bibirnya yang tipis kemerahan membuatku menggigit bibirku sendiri.

Bulu mata yang terbilang terlalu panjang bagi seorang lelaki terlihat baik-baik saja di matanya, mengapa ia bisa terlihat sesempurna ini? aku menggeleng pelan. Ave, mungkin kau belum sembuh dari hangover-mu.

"Zayn, kalau begini caranya, kau saja yang kerjakan sendiri." Ucapku yang mulai bosan karena sedari tadi tidak ada kerjaan.

Hanya tiduran di sofa milik Zayn di kamarnya, sedangkan Zayn sedang menggambar di lantai tepat di depanku, aku hanya mengamatinya dari tadi.

"hey, aku masih membutuhkanmu untuk mewarnai lukisan ini." aku menghela nafas panjang,

"bukankah sudah ku bilang aku tidak berbakat dalam hal seni?"

"tenang saja, aku akan memberikan privat lesson gratis untukmu." Ia terkekeh,

"kau senang sekali memberi barang gratisan ya, malik? Jangan bilang kau memberikan dirimu secara gratis juga?" ku berikan nada candaan di akhir kalimatku,

"kalau untukmu sih, boleh." Lalu menyeringai,

Bugh... satu lemparan bantal sofa tepat mengenai kepalanya. "perv.." ia malah terkekeh sambil melanjutkan lagi pekerjaannya.

"zayn, is it cool if i smoking here?" karena aku benar-benar bosan Zayn, seperti tidak memiliki teman. Eh? Bukannya memang tidak ya?

"yeah, its cool, but open that window first." aku bangkit dari posisiku dan berjalan menuju jendela kamar Zayn, membukanya lebar-lebar. Lalu ku raih backpackku dan ku ambil lighter juga kotak cigaretteku.

Aku kembali ke posisiku semula, tapi sekarang terlentang menghadap langit-langit kamar Zayn dan mulai menghidupkan satu batang cigaretteku, lalu mengisapnya perlahan dan ku hembuskan perlahan juga.

Ku lihat Zayn masih asik dengan pekerjaannya, tapi satu hal yang perlu kau tau, Zayn benar-benar berbakat dalam bidang ini, caranya menggoreskan pensil sudah seperti profesional.

Keheningan menyelimuti kami sampai Zayn akhirnya memutuskan untuk berbicara.

"ave?"

"hmm?" aku masih asik menghisap cigaretteku yang tinggal setengah ini.

"sejak kapan kau mulai merokok?" pertanyaannya membuatku diam sejenak.

"mungkin satu tahun? Ntahlah pastinya kapan." Lalu fokus lagi dengan cigaretteku.

"apa alasanmu memulai?" aku menghela nafas, mungkin ini saatnya aku menceritakannya pada 'seseorang', dan Zayn ku akui sudah masuk dalam kategori seseorang itu.

"aku memulai karena satu tahun terakhir adalah masa-masa terburuk dalam hidupku. Jika kau bertanya mengapa, alasannya adalah orang tuaku. Mereka semakin menggila pada pekerjaan mereka dan hubungan kami juga makin harinya semakin buruk, mereka selalu saja bertengkar bila bertemu, membentak dan mengatai satu sama lain dihadapanku." Aku menghisap dalam cigaretteku kali ini.

Aku merasa bahkan kehadiranku ke dunia hanyalah kesalahan mereka, mereka seakan-akan tidak mengharapkanku hadir di sini. Mereka hanya memberiku materi, bukan perhatian apalagi kasih sayang mereka," mataku memanas, cigaretteku juga sudah mau habis. Zayn sekarang berhenti dari kegiatannya dan menatapku, tapi ia diam memberiku waktu untuk bicara lagi.

Troublemaker ∞ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang