Shinichi melempar undangan itu ke meja kerjanya seraya mendengus. Undangan pernikahan Ran dengan Tomoaki Araide. Shinichi kesal karena Ran begitu mudahnya move on pasca perceraian mereka. Baru lima tahun mereka membangun biduk rumah tangga, hingga akhirnya setahun lalu mereka memutuskan bercerai dan sekarang Ran akan menikah lagi.
Shinichi menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya malam itu. Kalau begitu apa artinya aku selama ini bagi dia? Batinnya. Shinichi merasa sakit hati. Setelah ukuran tubuhnya normal permanen dan berhasil menghancurkan organisasi hitam itu, ia kembali berkencan dengan Ran. Masa-masa pacaran mereka selama sisa SMA dan kuliah lancar-lancar saja tanpa masalah. Cinta mereka saat itu masih menggebu-gebu. Masa-masa bergairah itu berlanjut ke pernikahan mereka, namun sayang hanya bertahan satu tahun saja.
Di tahun kedua, pertengkaran-pertengkaran mulai mewarnai hari-hari mereka. Mulai dari Ran yang kesal karena Shinichi suka lembur akibat membludaknya klien. Pertengkaran yang awalnya kecil semakin lama menjadi semakin besar. Ran ingin sekali agar mereka segera punya anak. Dokter mengatakan juga tidak ada masalah dengan kesuburan mereka, asalkan mereka bersabar saja. Namun Ran mulai menyalahkan Shinichi yang sibuk sehingga sulit sekali bagi mereka untuk punya anak. Ran kesal karena Shinichi melewatkan masa-masa terbaik mereka untuk bercinta agar punya anak.
Shinichi jadi tertekan. Ia suka bercinta, tapi ia tidak ingin dipaksa bercinta hanya sekedar untuk punya anak. Baginya bila melakukan hal itu harus didasarkan oleh sama-sama menikmati dan juga kebebasan bereksplorasi, bukan diatur-atur harus sesuai masa subur demi punya anak. Astaga! Dia bukan mesin penghasil anak!
Ran lah yang pertama kali mencetuskan ide untuk bercerai. Bukannya mereka tidak berusaha. Mereka sudah pergi ke konsultasi pernikahan, Shinichi pun mengurangi waktu lemburnya, tapi tetap saja rasa enggan dan gengsi kian memuncak, sementara tanda-tanda kehadiran anak masih nihil. Walaupun awalnya Shinichi masih menolak usulan perceraian itu, tapi akhirnya demi kebahagiaan mereka masing-masing, Shinichi pun mengalah dan mengabulkan permintaan Ran. Mereka akhirnya menandatangani surat perceraian yang diurus oleh firma hukum Kisaki Eri.
Shinichi meraih remote, menyalakan TV untuk menonton berita malam. Ia berharap dengan menonton, bisa mengalihkan pikirannya dari pernikahan Ran dan Araide Sensei.
"Berita menghebohkan hari ini. Higo Shiho, istri dari mantan pesebakbola Big Osaka Higo Ryusuke ditahan oleh kepolisian metro sehubungan dengan kasus pembunuhan Misae Nanami, sekretaris Higo Ryusuke sendiri..."
Shinichi langsung menegakkan duduknya, "apa?! Shiho?"
"Misae Nanami ditemukan tak bernyawa di perpustakaan pribadi kediaman keluarga Higo. Higo Shiho ditemukan di sebelah jenasah Misae Nanami dalam keadaan sedang memegang alat suntik yang ternyata bekas arsenic. Zat itu lah yang ditemukan di tubuh Misae Nanami hingga menyebabkan kematiannya. Saat ini Higo Shiho masih ditahan di kepolisian untuk dimintai sejumlah keterangan. Sementara putrinya Higo Ai diasuh oleh ayahnya dan dilindungi dengan ketat dari incaran paparazzi. Hingga saat ini Higo Ryusuke belum bisa dimintai keterangan mengenai kasus yang menimpa istrinya."
"Tidak... ini tidak mungkin..." Shinichi langsung meraih handphonenya untuk menelpon seseorang.
"Shinichi-Kun? Ya ampun aku baru saja mau menelpon!" jawab Masumi di seberang sana.
"Aku baru saja melihat kasus Shiho di TV. Apa yang terjadi?"
"Itulah masalahnya, Shiho tidak mau bicara."
"Apa?"
"Dia pasrah saja oleh tuntutan pembunuhan itu tanpa melakukan pembelaan diri."
"Tapi kenapa?!"
"Aku tidak tahu. Tadi siang aku melihat Higo Ryusuke mengunjunginya sembari membawa pengacara. Namun pengacara itu tidak melakukan pembelaan secara masif, hanya mengajukan permohonan untuk mengurangi hukumannya. Lalu..."
"Lalu?"
"Ryusuke-San bermaksud menceraikanya dan Shiho setuju. Dia juga akan mengambil hak asuh Ai-Chan."
Shinichi tercengang, "secepat itu? Mengapa dia tidak berusaha membela Shiho lebih dulu? Apa dia tidak percaya istrinya sendiri? Aku yakin bukan Shiho pembunuhnya!"
"Ryusuke-San terpaksa. Dia sekarang merupakan CEO dari brand kostum dan alat olahraga ternama. Dia juga manager FIFA yang dipercaya untuk perwakilan Jepang. Kasus ini dapat menghancurkan nama baiknya. Dia mendapat sejumlah tekanan, hingga akhirnya terpaksa menggugat cerai untuk menyelamatkan kedudukannya. Shiho memahami kondisinya sehingga akhirnya menyetujui perceraian itu, demi suaminya dan juga putrinya."
"Tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan ini, aku harus bertemu Shiho..."
"Itu juga yang kupikirkan. Mungkin Shiho enggan bicara padaku atau yang lainnya, tapi siapa tahu saja kau bisa membujuknya. Hanya kau yang dia percaya Shinichi-Kun..."
"Baiklah, aku akan menemuinya besok pagi. Sampai nanti."
"Aku mengandalkanmu, sampai nanti."
Mereka pun memutuskan sambungan.
Shinichi menarik lacinya dan meraih benda tersebut. Kacamata pelacaknya yang sudah lama namun masih disimpannya.
Seandainya saja Shiho... Seandainya kau membawa jimatmu ini... batin Shinichi sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Suspect
FanfictionFF kali ini lebih bernuansa Legal Thriller yang terinspirasi dari novel Indonesia karangan Mira W jaman dulu. Hitung-hitung Pipi sekalian latihan buat genre Legal Thriller sebelum nulis novel utama yang bernuansa pengadilan seperti ini suatu hari. O...