Rangkulan tangan lentik dari belakang lehernya membuatnya terkaget-kaget. Ryusuke spontan melonjak berdiri dari sofa di ruang kerjanya.
"Aku sudah bilang, tahan dirimu," pinta Ryusuke.
"Ini kan gedung perkantoran, ramai oleh para penyewa dan staff. Tidak bakalan ada yang curiga," kata wanita itu santai.
"Bagaimana kalau ada yang lihat?"
Wanita itu tetap menempeli Ryusuke dan memeluk pinggang pria itu dari belakang, "apa yang harus ditakutkan? Nanami sudah mati."
"Shiho baru saja dibebaskan dengan jaminan."
Wanita itu tertawa, "mereka tidak akan menemukan bukti apapun, kita sudah memastikannya. Tak lama lagi dia juga akan dipenjara selamanya."
Ryusuke melepas rangkulan wanita itu dengan halus, "kau terlalu meremehkannya. Jangan lupa, Kudo Shinichi ada bersamanya. Sepupu-sepupunya juga detektif dan FBI, sementara bibinya adalah MI6. Kecemasanku terbukti, ini tidak akan mudah."
"Hmm... kenapa sepertinya Kudo Shinichi dan mantan istrimu terdengar cukup dekat?" wanita itu berpikir seraya bertopang dagu.
"Mereka sahabat lama," jawab Ryusuke pendek seraya meneguk scotch dinginnya.
"Dari nada suaramu, kau cemburu?"
Ryusuke mengedikkkan bahu, "aku tidak tahu, bagaimana pun juga aku dan Shiho telah enam tahun bersama."
"Kalau kau masih cinta pada mantan istrimu, lalu kenapa tidak balikan saja? Kenapa malah jajan di luar banyak-banyak?" tanya wanita itu dengan nada menantang setengah kesal.
Ryusuke merenung, ia sendiri sulit untuk mengerti, "Shiho cerdas, cantik dan selera fashionnya bagus. Aku jatuh cinta padanya karena saat itu dia terlihat sangat tangguh, mandiri dan percaya diri. Tapi entah kenapa... Setelah menikah terutama setelah Ai lahir... Aku merasa gairah itu hilang... Shiho menjadi sangat penurut. Bukan berarti aku ingin istri pembangkang, tapi dia tidak seperti dulu lagi. Aku merasa, dia tidak memegang prinsipnya lagi..."
"Karena dia introvert dan tidak sanggup menyesuaikan diri dengan hidupmu yang glamor?"
"Mungkin salah satunya, ia tidak suka dengan pesta dan perjamuan. Dulu aku kira kami akan menjadi pasangan serasi, pasangan hebat dan dielu-elukan oleh setiap orang. Kami akan tampil memukau di atas karpet merah. Awalnya mungkin iya ketika kami baru menikah. Namun setelah menjadi ibu..."
"Dia tidak terlalu berdandan lagi maksudmu?"
Ryusuke mengangguk, "Shiho sangat teratur dengan rutinitasnya. Memang dia memastikan semua urusan rumah berjalan dengan baik, tapi... kami nyaris tidak pernah berkencan berdua lagi..."
"Kau tidak coba mengajaknya?"
Ryusuke menggeleng, "aku tahu Shiho tidak nyaman di tempat yang terlalu ramai, jadi aku tidak ingin membuatnya tidak nyaman, karena itu kami tidak pernah keluar lagi berdua. Sesekali saja travel ke luar negeri itu pun bila liburan sekolah Ai."
Wanita itu mendesah, "sayang sekali ya... di saat semua wanita mengharapkan sorotan cahaya dan dia malah menjauh..."
Pandangan Ryusuke menerawang saat berucap, "aku selalu merasa Shiho tidak 100% bersamaku. Ada sesuatu yang kurang, tapi aku tidak tahu apa. Sesuatu yang seharusnya hidup, tapi aku tidak dapat menemukannya."
"Hm..." wanita itu bergumam berusaha memahami jalan pikiran Ryusuke.
"Dia terlalu takut sedikit-sedikit salah..."
"Kenapa kau tidak ceraikan saja dia dari awal? Secara baik-baik?"
"Aku tidak sampai hati, dia tidak memiliki kesalahan. Dia istri dan ibu yang bertanggung jawab. Aku juga menghormatinya."
"Jadi karena itu kau berselingkuh?"
Ryusuke mendesah, "ya... awalnya aku dan Nanami sepakat untuk kesenangan saja. Aku tak tahu ternyata dia sengaja tidak meminum pil KB. Ingin menggunakan kehamilannya untuk membuat aku dan Shiho bercerai."
"Tapi kau tetap bercerai dan aku sudah membereskan masalah Nanami."
Ryusuke mengernyit menatapnya, "tanpa persetujuanku. Aku bermaksud untuk membujuk Nanami menggugurkan kandungannya. Kau bertindak sendiri, terlalu jauh."
"Yah... mau bagaimana? Kau tahu kerasnya Nanami. Dia tidak mau mengalah dan aku yakin dia tidak akan mau menggugurkan kandungannya."
"Lalu kenapa kau menggunakan Shiho? Dia tidak bersalah dalam hal ini!"
"Aku membantumu Ryusuke. Membantu menyelesaikan masalah perselingkuhanmu dan urusan rumah tanggamu yang membosankan," kata wanita itu tetap tenang dan tajam.
Ryusuke diam tertegun.
"Lagipula apa yang sudah dilakukan Shiho padamu selain menjadi ibu rumah tangga yang manis? Atau membantumu dalam masalah SOP doping atlet? Berkat aku lah Ryusuke, berkat koneksiku sehingga FIFA melirikmu. Berkat koneksiku para pemegang saham itu menaruh kepercayaan padamu dan bersedia menggulirkan uang mereka untuk berinvestasi di perusahaanmu. Aku lah jimat keberuntunganmu."
"Aku tahu itu..."
"Kita lihat saja situasinya nanti. Bila Shiho memang tidak dapat dikendalikan, sekalian diselesaikan saja?"
Ryusuke terhenyak menatapnya, "nani?"
"Uang asuransi kematiannya bisa membantu menutupi hutang-hutangmu pada para mafia itu," wanita itu mengakhiri dengan dingin.
Ryusuke mengepalkan kedua tangannya.
Wanita itu memeluknya dengan lembut, "tak perlu khawatir Ryusuke," bisiknya dengan menggoda, "aku bisa menjadi pengganti yang jauh lebih baik dari Shiho... Kita akan menjadi pasangan serasi dan mencuri perhatian seluruh dunia..." ia mengecup ringan bibir Ryusuke sebelum melenggang pergi dari ruangan itu.
Higo Ryusuke terserang dilemma, ia tahu ia membutuhkan wanita itu, tapi dalam hatinya ia juga merindukan Shiho.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Suspect
FanfictionFF kali ini lebih bernuansa Legal Thriller yang terinspirasi dari novel Indonesia karangan Mira W jaman dulu. Hitung-hitung Pipi sekalian latihan buat genre Legal Thriller sebelum nulis novel utama yang bernuansa pengadilan seperti ini suatu hari. O...