"Ai sedang apa sekarang?" tanya Shiho di lencana detektifnya.
"Lagi bikin PR," jawab Ai di seberang sana.
"Ai sudah makan siang?"
"Sudah kok, Toro-San yang buat tadi. Omurice enak sekali. Tapi masih enakan buatan Okasan," sahut Ai.
"Otosan belum pulang?"
"Belum, kan Otosan kerja, paling lembur lagi."
Ya, Shiho tahu itu, "ya sudah, Ai selesaikan dulu PR nya ya, nanti kita lanjut lagi."
"Oke."
"Dah Ai..."
"Dah Okasan..."
Mereka pun memutuskan sambungan.
"Bagaimana Ai?" tanya Masumi.
Shiho kembali ke meja makan yang sekarang bertebaran dokumen kasusnya. Dirinya bersama Masumi dan Shinichi masih mencari celah.
"Baik, dia sedang mengerjakan PR nya," ujar Shiho seraya duduk kembali di sebelah Masumi di hadapan Shinichi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Masumi lagi, yang melihat sepupunya mendadak diam murung.
"Aku hanya sedang berpikir..."
"Uhm?" Masumi dan Shinichi bertukar pandang penasaran.
"Kalau benar Ryusuke berselingkuh... Apa alasannya yang membuatnya begitu? Apa salahku? Kenapa dia tidak bilang saja salahku di mana daripada dia berselingkuh?"
"Sudah kubilang Shiho, lelaki akan selalu memiliki alasan untuk berselingkuh tak peduli secantik apapun istrinya," kata Shinichi.
"Kau selingkuh juga?" celetuk Masumi.
"Enak saja!" sungut Shinichi, "ngapain aku cari masalah."
"Ran selingkuh?" tebak Masumi lagi.
"Tidak ada pihak ketiga sama sekali."
"Terus?" Masumi masih kepo.
"Kok jadi aku diinterogasi?" Shinichi berjengit jengah.
Tapi melihat Shiho juga menatapnya ingin tahu, Shinichi pun mendesah. Ia memahami mungkin Shiho butuh masukan dari sudut pandangnya sebagai pria yang rumah tangganya juga gagal. Akhirnya sesi ini mereka blak-blakan untuk membahas urusan rumah tangga.
"Menikah ternyata tidak semudah pacaran," Shinichi memulai, "aku kira aku akan bahagia bersama Ran dan yah awalnya memang bahagia..."
Masumi dan Shiho menyimak serius.
"Tapi masuk tahun kedua, Ran mulai muak dengan pekerjaanku. Bukannya aku ingin membela diri atau apa, aku selalu mendukung Ran dalam pekerjaannya sebagai perawat yang juga sibuk. Aku tidak pernah keberatan kalau dia harus lembur, ikut seminar atau training apa lah. Hanya saja, aku tidak mendapatkan dukungan yang sama. Maksudku, kenapa dia tidak bisa mendukungku seperti aku mendukungnya."
"Masalah yang dulunya tampak sepele, terlihat lucu dan dapat dikompromikan kenyataannya menjadi masalah besar ketika sudah berumah tangga," gumam Shiho.
"Eh," Shinichi mengakui, "kemudian anak. Ran mengira mungkin dengan adanya anak, rumah tangga kami akan lebih baik. Tapi aku tidak setuju, aku tidak mau menggantungkan kebahagiaan rumah tanggaku di pundak anakku. Ini adalah masalah kami berdua, kami harus menyelesaikannya dulu baru punya anak, namun Ran kebalikannya, mungkin dengan ada anak baru masalahnya selesai, begitu saja terus ributnya. Dia mengikuti program untuk cepat hamil, membawa thermometer sepanjang waktu dan entah mungkin di suhu berapa tahu-tahu aku disuruh cepat-cepat bercinta. Memangnya aku kucing apa? Kalau bercinta kan harus dengan sepenuh hati, bukan karena demi punya anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Suspect
FanfictionFF kali ini lebih bernuansa Legal Thriller yang terinspirasi dari novel Indonesia karangan Mira W jaman dulu. Hitung-hitung Pipi sekalian latihan buat genre Legal Thriller sebelum nulis novel utama yang bernuansa pengadilan seperti ini suatu hari. O...