Setelah pulang dari Hokkaido, Shiho merasakan perubahan sikap Shinichi. Detektif muda itu berusaha menjaga jarak darinya. Bila Shinichi terpaksa harus bicara dengannya untuk membahas masalah pekerjaan, sebisa mungkin pria itu tidak menatap mata Shiho. Di akhir pekan, hanya Yukiko atau Profesor Agasa yang sesekali mengajak Ai dan Shiho jalan-jalan. Sementara Shinichi tidak tampak batang hidungnya. Shiho merasa sepertinya ia telah membuat pria itu marah dan tidak termaafkan. Mungkin tanpa sengaja ia telah melukai harga diri Shinichi, orang yang selama ini telah menyelamatkannya. Shiho merasa bersalah, namun ia berusaha menerimanya. Dengan begini Shinichi jadi tidak berharap lagi padanya. Mereka hanya teman kerja biasa saja.
"Dan akhirnya sang pangeran bersama Cinderella hidup bahagia selamanya..." kata Shiho mengakhiri dongeng untuk Ai malam itu.
"Okasan..."
"Uhm?"
"Shinichi Ojisan ke mana ya? Kok sekarang jarang ke rumah? Jarang ajak Ai jalan-jalan lagi."
"Hmm... mungkin Shinichi Ojisan sedang sibuk, jadi belum bisa mengajak Ai jalan-jalan..."
"Oh..." Ai mendesah kecewa.
"Kenapa? Ai kangen Shinichi Ojisan?"
Ai mengangguk.
"Yah... nanti kalau tidak sibuk pasti Shinichi Ojisan akan ajak Ai lagi... Oke?"
"Oke."
"Sekarang tidur ya Ai," Shiho menyelimuti putrinya.
"Haii..."
"Oyasumi..."
"Oyasumi... Aku sayang Okasan..."
"Okasan juga sayang Ai," Shiho mengecup kening putrinya sebelum keluar dari kamar.
Shiho turun ke bawah dan baru saja kakinya menginjak ruang keluarga ketika tiba-tiba ada bel berbunyi.
"Eh? Siapa malam-malam begini... Kurir kah?" gumam Shiho seraya berjalan menghampiri pintu dan membukanya. Shiho terkesiap ketika melihat sosok di hadapannya, "K-Kudo Kun?"
Shinichi menyerahkan sebuah kotak pink cantik kepada Shiho, "untuk Ai, aku janji mau belikan dia cake stroberi beberapa waktu lalu..." gumamnya datar masih tidak menatap Shiho.
"Eh? Eh, terima kasih..." kata Shiho kikuk saat menerima kotak itu.
"Itu saja, sampai nanti..." Shinichi berbalik lagi bermaksud kembali ke mobilnya.
"Eh? Kudo-Kun..." Shiho meletakkan kotak kue itu asal saja di sofa terdekat lalu mengejar Shinichi, "Kudo-Kun!" Shiho berseru lebih keras.
Shinichi yang saat itu baru melintasi pertengahan halaman rumah akhirnya berhenti namun tidak membalikkan badan.
"Aku minta maaf..." ucap Shiho.
Shinichi tidak menanggapi.
"Kau masih marah?" tanya Shiho hati-hati.
Shinichi menarik napas sesaat sebelum bicara, "aku tak suka diragukan."
"Kudo-Kun... sungguh bukan itu maksudku. Kau salah mengerti... Aku selalu percaya padamu... Bahkan kau adalah orang yang paling kupercayai di dunia ini... Hanya saja..."
Shinichi mengepalkan kedua tangannya untuk menguatkan diri.
"Aku hanya butuh waktu... Aku baru bercerai... Kau juga baru bercerai... Kita sama-sama butuh waktu dan proses... Terlebih lagi aku memiliki anak, yang aku tidak tahu apakah dia bisa menerima ayah sambung setelah trauma dengan ayah kandungnya sendiri..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Suspect
FanfictionFF kali ini lebih bernuansa Legal Thriller yang terinspirasi dari novel Indonesia karangan Mira W jaman dulu. Hitung-hitung Pipi sekalian latihan buat genre Legal Thriller sebelum nulis novel utama yang bernuansa pengadilan seperti ini suatu hari. O...