Epilogue

725 55 11
                                    


Bayi satu tahun itu terkekeh geli di dudukan belakang sepeda kecil beroda empat, sementara Ai mengayuh di depan perlahan-lahan.

"Pelan-pelan Ai-Chan! Sambil noleh sini ayo!" seru Yukiko mengarahkan gaya sambil mengambil beberapa foto menggunakan kamera.

Ai mengikuti yang diminta Yukiko.

"Ehhh bagus sekali! Yuichi juga lihat sini sayang!" Yukiko memanggil sambil menjetikkan jarinya untuk menarik perhatian bayi laki-laki itu.

Yuichi pun terpancing.

Jepret! Yukiko mendapatkan foto yang diinginkannya.

"Ayo gowes lagi!"

Ai menggowes sepedanya lagi membonceng Yuichi putar-putar halaman rumah sedangkan Yukiko lanjut sibuk jepret sana sini.

"Aduh aduh... bukankah itu namanya eksploitasi anak?" gumam Shinichi yang melihat pemandangan itu dari meja dapur sembari bertopang dagu.

Shiho yang sedang menghidangkan biskuit di meja ikut melongok, "sudahlah biarkan saja, anak-anaknya juga suka..."

"Heran Okasan hobi sekali foto. Di saat aku mengecil karena APTX, dia bukannya panik malah senang foto-foto aku lagi. Kapan lagi aku balik jadi kecil. Begitu katanya."

Shiho nyengir, "kan memang ibumu itu unik."

Terdengar dua bocah tergelak di luar.

"Tapi yah kau benar setidaknya mereka suka difoto," tambah Shinichi.

"Eh. Lagipula Okasan kan tidak menyebarkan foto mereka di media sosial, hanya untuk koleksi pribadi dia saja."

"Ya sih..."

"Lihat sini Yui-Chan! Ai miring sedikit kepalanya!" Yukiko terus mengarahkan gaya.

"Bahkan Yuichi saja kecil-kecil sudah sadar kamera. Mirip siapa sih? Kalau Ai mungkin mirip Higo-San yang photogenik," Shinichi terus bergumam sambil tetap memandang jendela.

Shiho mengangkat sebelah alisnya, "kau benar-benar tidak sadar ya?"

"Apa?" Shinichi beralih menatap istrinya.

"Kau sendiri kan juga narsis."

Shinichi mengerjap, "eh? Kapan?"

Shiho menunjukkan artikel lama melalui handphonenya pada Shinichi sambil menyebutkan judulnya, "bila ada kasus hubungi saja Detektif SMA Kudo Shinichi."

Shinichi bergidik sendiri melihat dirinya yang dulu, "itu kan sudah lama Shiho! Sebelum aku kena racunmu. Yah... waktu itu memang aku agak berlebihan sih..."

"Makanya jangan heran kalau Yuichi sadar kamera dari bayi."

"Hai hai..."

Shiho kembali mengerjakan biskuitnya, memindahkan yang sudah dingin dari loyang ke dalam toples satu per satu. Mendadak saja Shinichi usil, ia berdiri menghampiri istrinya dan memeluknya dari belakang.

"Apa..." Shiho menanyai suaminya tanpa berhenti mengerjakan biskuit.

"Shiho."

"Uhm?"

"Tambah lagi yuk."

"Tenang saja masih ada satu loyang adonan lagi."

Shinichi berdecak, "bukan biskuiiit..."

"Lalu?"

"Tambah bayi maksudku."

Shiho melongo, "kau gila apa? Tidak mau ah!" ia mendorong Shinichi mundur.

Namun Shinichi tetap memeluknya dan merajuk, "biar ramai. Kan lucu kalau kita dapat perempuan atau laki-laki lagi."

"Tidak mau. Capek urusnya. Berat badanku saja baru normal ini."

"Ayolaaah..." Shinichi terus menggoda.

"Ihhh... tidak mau...."

Shinichi iseng memanggul Shiho di bahu.

"Shinichi! Kau gila apa!" desis Shiho.

Dengan santai Shinichi membawanya naik ke atas kamar, "bayinya jadi atau tidak jadi, aku tetap mau jatah sekarang..."

"Siang siang? Ada Okasan dan anak-anak..."

"Mereka masih sibuk di luar, Otosan sibuk di perpustakaan. Kita juga harus sibuk sendiri di kamar hehehe..."

"Astaga... kau mah benar-benar..."

Shinichi membaringkan Shiho perlahan di ranjang, ia menyumpal protes Shiho dengan serbuan ciuman sehingga akhirnya Shiho pun tak berkutik lagi.

The SuspectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang