Chapter 7

339 45 0
                                    


Siang hari itu, ditemani Masumi dan Shinichi, Shiho menunggu dengan gelisah di gerbang sekolah Ai. Sudah beberapa minggu berlalu, ia nyaris tak sanggup lagi membendung kerinduannya terhadap putrinya.

Bel sekolah berbunyi, tak lama kemudian terlihat anak-anak bubaran sekolah mulai keluar dari gerbang dengan tertib. Shiho menanti sambil matanya mencari-cari, tak lama kemudian ia melihat rambut merah yang sama dengan dirinya.

"Ai-Chan!" panggil Shiho.

Ai menoleh dan matanya membesar saat melihat ibunya, "Okasan!"

"Ai-Chan!" Shiho menghampirinya.

"Okasan!" air mata Ai merebak saat berlari ke pelukan ibunya.

Shinichi dan Masumi terharu melihat ibu dan anak yang berpelukan sambil menangis itu. Terutama Shinichi, aneh rasanya melihat Shiho sebagai ibu. Di satu sisi Shiho seperti memeluk dirinya sendiri versi kecil. Di sisi lain ini pertama kalinya bagi Shinichi melihat naluri keibuan Shiho, padahal ia terbiasa mengenal Shiho yang tsundere. Entah kenapa tanpa diminta, dadanya tersentak lunak. Terbersit begitu saja, ia menyukai Shiho versi yang ini.

"Ai kangen Okasan," Ai merajuk dalam dekapan Shiho.

"Okasan juga kangen Ai," Shiho mengecup kepala putrinya.

"Okasan jangan pergi lagi."

"Eh," Shiho mengangguk tercekat.

"Okasan ikut pulang sama Ai kan?" Ai mendongak memandang ibunya.

Belum sempat Shiho menjawab ada sebuah suara lain.

"Tidak. Okasan tidak akan ikut pulang bersama kita," gumam Higo Ryusuke yang muncul di hadapan mereka.

Shinichi dan Masumi waspada.

"Otosan," Ai memandang ayahnya.

Shiho juga berdiri menghadapi mantan suaminya.

"Aku harap kau mengerti Shiho sebelum semuanya clear..."

"Aku mengerti," sela Shiho tajam memandang suaminya tanpa gentar, "aku tidak akan menyulitkan posisimu, tapi aku juga seorang ibu yang berhak menemui putrinya."

"Benar," kata Shinichi yang berdiri di antara Shiho dan Ryusuke, "tidak ada aturan yang melarang seorang ibu bila ingin bertemu dengan anaknya, meski penjahat sekalipun."

"Lagipula kau ini aneh sekali," celetuk Masumi seraya melipat lengannya menghadapi Ryusuke, "bukannya senang istri sudah bebas, tapi malah tetap menjaga jarak."

"Kau tidak mengerti posisiku, pers akan..."

"Kau cinta padanya atau tidak? Kalau kau benar-benar mencintainya dan percaya padanya, seharusnya kau berani melawan seluruh dunia sekalipun!" amuk Masumi.

"Masumi sudahlah, ada anak kecil, tidak baik bertengkar di sini," pinta Shinichi menenangkan.

Ryusuke memandang putrinya, "ayo pulang Ai."

Ai menggeleng, "tidak mau. Ai mau ikut Okasan."

"Ai tidak bisa ikut Okasan!" Ryusuke mulai meninggikan nadanya.

"Biar aku memberinya pengertian, kau tidak perlu memarahinya," kata Shiho kemudian kembali berlutut menghadapi putrinya.

"Okasan, Ai mau ikut Okasan saja," Ai mulai menangis lagi.

"Iya, suatu hari nanti Ai bisa ikut Okasan. Tapi bukan sekarang, karena Okasan masih banyak urusan yang harus diselesaikan," hibur Shiho sambil mengusap air mata di wajah Ai, "lagipula kita kan bisa sering video call sekarang."

"Tidak bisa, kemarin Otosan menyita handphone Ai," kata Ai.

Shiho kaget, begitu juga Shinichi dan Masumi.

"Kau menyita handphone Ai? Kenapa?" tanya Shiho pada Ryusuke.

"Untuk melindunginya dari pemberitaan-pemberitaan mengenai kasusmu," jawab Ryusuke pahit dan kesal.

Shiho mengalah, menerima alasan masuk akal tersebut, "Ai pulang dulu sama Otosan ya."

"Terus kapan kita ketemu lagi?"

"Secepatnya, oke?"

Ai mengangguk.

Shiho memeluknya, "jangan nakal ya Ai."

"Uhm," Ai mengangguk.

"Ayo Ai," ajak Ryusuke tak sabar.

Shiho melepas pelukannya dan membiarkan Ai kembali kepada ayahnya. Ryusuke memegang tangan anak itu dan membawanya pergi. Meski dibawa oleh ayahnya, kepala Ai terus menoleh pada Shiho hingga masuk mobil dan sopir Ryusuke mulai menancap gasnya.

Shiho meratapi kepergian anaknya sembari berusaha menahan kesedihan. Melihat ekspresi Shiho, Shinichi pun menghampirinya seraya mengeluarkan sebuah benda dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada wanita itu.

"Kupinjamkan punyaku," kata Shinichi.

"Eh? Lencana detektif?" Shiho memandang lencana itu tak mengerti.

Shinichi nyengir saat berkata, "aku memberikan punyamu dulu kepada Ai."

"Eh?" Shiho mengerjap tak percaya.

"Masih berfungsi kok. Jadi walaupun Ai tidak pegang handphone, kalian masih bisa berkomunikasi diam-diam."

Shiho menerima lencana itu dengan mata berkaca-kaca, "arigatou Kudo-Kun."

Shinichi merengkuh kedua bahu Shiho agar wanita itu menatapnya, "sekarang, aku menginginkan kau kembali ke dirimu yang dulu Shiho. Ayo kita investigasi bersama kasusmu ini, agar namamu bersih dan kau bebas kembali pada putrimu."

Shiho menegarkan dirinya sebelum mengangguk, "eh, aku mengerti, partner."

Shinichi tersenyum.

Shiho akhirnya juga tersenyum.

Masumi juga diam-diam tersenyum melihat sepasang partner itu.

The SuspectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang