Yuki berjalan pelan. Murid-murid telah pulang sementara Yuki malah ingin pulang paling terakhir. Ia berjalan sendirian di lobby sekolah. Pikiran nya melayang-layang ke kejadian dimana ia mengetahui bahwa Diana sedang hamil, dan yang lebih mengejutkan lagi bahwa anak itu adalah anak dari ayah gadis itu.
Ia merasa kepalanya sangat sakit sekarang, lalu menghentikan langkahnya. Ia rapatkan tubuhnya ke tembok lalu membentur-benturkan dahinya ke tembok sekolah itu.
"Nyesel gue tau. Harusnya gue pulang hari itu. Yuki tolol!" Pekiknya semakin membenturkan kepalanya ke tembok.
"Sekarang gue bener-bener ga bisa nenangin pikiran gue. Tolongg.." ucapnya frustasi.
"Ini alur cerita makin aneh aja!" Ucapnya sambil menghentakan kaki.
Dari jauh Hugo memperhatikan Yuki, ia duduk di kursi roda dengan tangan di balut gips. Alisnya mengerut memperhatikan tingkah aneh Yuki.
Ia mendorong kursi rodanya itu mendekati Yuki yang masih asik membenturkan kepalanya ke tembok. Kemudian setelah dekat ia tertawa mengejek.
"Sini gue bantu jedotin ke tembok sampe kepala lo pecah." ucap Hugo dengan wajah menyebalkan.
Yuki membalikan tubuhnya. Mendengar suara yang terdengar sangat menyebalkan itu.
"Heh. Tau gitu kemaren ga usah gue tolongin aja elo, biar mati sekalian." ucap Yuki menatap sinis lelaki bertubuh besar yang sedang duduk di kursi roda itu.
"Kenapa lo ga di rumah sakit. Bukan fokus masa penyembuhan malah keluyuran!" ujar Yuki sebal. Ia harus melihat manusia menyebalkan itu lagi.
"Gue ga selemah itu."
"Terserah deh."
"Tapi kemaren lo keliatan khawatir banget waktu nolongin gue." ucap Hugo dengan wajah datar.
Yuki tertawa skeptis. "Gue cuma takut lo mati. Terus gentayangin gue karna ga nolongin lo."
"Udah ah males gue disini. Bye..." ucal Yuki berlalu meninggalkan Hugo.
Hugo tertawa menanggapinya.
"Makasi..." ucap Hugo membuat langkah Yuki terhenti.
"Setelah semua yang udah gue lakuin ke lo. Lo tetep masih peduli ke gue. Makasi.." ucap Hugo masih dengan wajah datar. Namun ada sedikit kelembutan di nada bicaranya.
"Iya." ucap Yuki singkat, lalu kembali berjalan meninggalkan Hugo.
Hugo memutar kursi rodanya hendak meninggalkan tempat itu, namun sialnya salah satu rodanya tergelincir membuat kursi rodanya miring ke samping sebelum tubuh besar itu ikut terjatuh dengan posisi miring, tangannya tertindih tubuhnya sendiri.
"Akh!" Teriak Hugo kesakitan.
On Stage
"Hugo!" Teriak Kala berlari menghampiri Hugo.
Gadis itu menopang kepala Hugo dengan pahanya.
Lalu mulai membantu lelaki itu mengubah posisi menjadi duduk. Matanya berkaca-kaca.
"Yang mana yang sakit. Ayo kita ke rumah sakit. Aku panggil guru dulu ya." ucap Kala dengan air mata mulai berjatuhan.
"Ahk tangan gue.." ucap Hugo meringis kesakitan.
"Iyaa sebentar aku panggil guru dulu. Nanti kita sama-sama ke rumah sakit." ucap Kala membantu menyandarkan tubuh Hugo ke pilar.
"Gausah." Hugo mencekal tangan Yuki.
"Tapi ini kamu par–"
"Gue bilang ga usah ya ga usah!" Bentak Hugo.
Membuat Kala menggangguk cepat, gadis itu merasa terintimidasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN BAR-BAR
FantasiaKisah seorang gadis bertransmigrasi ke dalam tubuh figuran Novel. Start : 09 November 2021 End : -