bab 14

5.5K 181 1
                                        

Sudah 2 hari semenjak pertemuan Aarav dan Naura di cafe waktu itu, dan sekarang gadis itu terus saja mengurung diri dikamar.

Tok Tok Tok

"Naura! Mami boleh masuk?" tanya Mami Lea, ia sangat khawatir dengan keadaan sang putri yang sudah dua hari terus mengurung diri dikamar, tanpa mau ia temui. Bahkan untuk untuk makan gadis itu sama sekali enggan untuk menyentuhnya.

"Masuk ajah Mi!" malas Naura dari  dalam kamarnya.

Setelah mendapat izin dari si pemilik kamar, Mami Lea langsung masuk kesana, untuk menemui putri semata wayangnya.

Mami Lea dapat melihat dengan jelas kondisi sang putri yang jauh dari kata baik, wajah pucat, mata sembab dan ada lingkaran hitam dibawah matanya ditambah lagi dengan badannya yang sedikit kurus.

"MasyaAllah Naura, kamu kenapa baby? Kita kedokter ya buat periksa keadaan Naura," cemas Mami  Lea.

Naura yang melihat itu menggeleng lemah sambil terbaring dengan selimut yang membungkus tubuh kecilnya.

Mami Lea segera mendekati Naura, lalu memegang dahi gadis itu. Dan benar saja dugaannya, bahwa gadis itu demam tinggi membuat Mami Lea tambah cemas.

Ia heran dengan putrinya selama dua hari ini, waktu itu Naura izin ingin berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Ia dan suami yang mendengar itu lantas memberi izin karena itu adalah hal biasa yang sudah dilakukan oleh sang putri dan sahabat-sahabatnya itu.

Tapi sepulang dari itu tiba-tiba Naura langsung mengurung diri dikamarnya, ia sudah coba menanyakan kepada Naura, tapi gadis itu enggan menjawabnya. Lalu ia tanya kepada sahabat putrinya, mereka pun menjawab tidak tau apa-apa.

"PAPI!" panggil Mami Lea dengan suara cempreng nya, membuat sang suami yang sedang berada diruang kerjanya lantas terkejut mendengar teriakan membahana milik istri tercintanya itu.

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘨? 𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩𝘪 𝘵𝘰𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘫𝘪𝘥," bingung papi Axel dalam hatinya.

Dengan cepat Papi Axel langsung menuju kamar sang putri.

"Ada apa sih Mi pake acara teriak-teriak segala, ingat ini masion bukan hutan," tegur papi Axel.

Mami Lea menekuk wajahmu mendengar teguran dari sang suami.

"Nih anak kamu badannya panas banget," kata Mami Lea.

Papi Axel langsung mendekati Naura, lalu memegang dahi gadis itu, dan benar apa kata sang istri bahwa sang anak sedang demam tinggi.

"Kita bawa kedokter sekarang," ujar Papi Axel, lalu menelpon bawahannya untuk meminta bantuan.

"Tolong siapkan mobil sekarang, saya ingin membawa Naura kerumah sakit," perintah Papi Axel tegas.

"Bik tuan," balas dari sebrang sana, setelah itu telpon langsung terputus.

"Pi Mi, Naura gamau kerumah sakit," rengek Naura, ia sungguh sangat tidak menyukai bau rumah sakit.

"Tapi Naura sayang, ini demi kebaikan mu baby," Papi Axel sambil mengelus pelan surai hitam Naura.

Ia sangat sakit ketika melihat kondisi sang putri yang seperti ini, ia lebih suka melihat putri nya yang manja, cengen, ceria, dan cerewet. Dari pada harus terbaring lemah dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

"Tapi Naura gamau Pi," ujar Naura lemah.

"Sayang nurut ajah ya, Papi sama Mami hanya mau yang terbaik buat kamu," ujar Mami Lea.

Mendengar itu Naura hanya bisa pasrah dirinya yang akan dilarikan kerumah sakit.

"Permisi tuan Nyonya, mobil sudah saya siapkan," beritahu sang bawahan.

"Hmm saya segera turun," jawab Papi Axel dingin.

"Baik tuan, saya permisi," setelahnya sang bawahan langsung pergi dari sana.

❆❆❆❆❆❆❆❆

Sesampainya dirumah sakit Naura langsung ditangani oleh Dokter Frans (kalian masih ingat dokter Frans? Kalau gasalah ada di bab 2)

"Bagaimana keadaan Naura Dok?" tanya Mami Lea cemas.

"Kesehatan Naura turun drastis, pola makan yang tidak teratur, kurang tidur, terlalu banyak menangis, dan sepertinya Naura sedang banyak pikiran. Kalau saya boleh tau apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Naura? Karena jika terus di biyarkan seperti itu sangat berbahaya bagi kesehatan mentalnya," jelas Dokter Frans.

Sedangkan Mami Lea dan Papi Axel masih mematung ditempat, karena mereka juga tidak tau apa yang sedang putrinya pikirkan itu.

Melihat tidak ada jawaban dari kedua orang tua Naura, Dokter Frans menghela nafas pelan. "Nanti akan ada suster yang mengantarkan obat serta makanan untuk Naura," beritahu Dokter Frans lalu pamit undur diri, karena masih ada pasien lain yang harus ia tangani.

"Pi gimana ini?" tanya Mami Lea cemas, ia takut terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap putri semata wayangnya

Papi Axel mengelus punggung sang istri guna menenangkan. "Mami tenang saja, papi yakin Naura pasti tidak akan kenapa-napa,"

Mendengar itu Mami Lea hanya bisa menghela nafas pelan.

❆❆❆❆❆❆


Prangggg

"Rev sialan! Apa yang udah lo lakuin sama dia bangs*t!" murka seorang pemuda sehabis membantu vas bunga yang berada di hadapannya.

"Rev sialan! Anji*g! Kalau terjadi apa-apa sama dia habis lo ditangan gue sialan!"

Pranggg

Pemuda itu langsung merogoh ponselnya didalam kantong celananya, lalu menghubungi seseorang.

"Gue mau pulang ke indo sekarang!"

"......."

"Ga ada tapi-tapian! Gue bilang gue mau pulang sekarang!"

"......"

"Hmmm,"

Pangilan pun diputuskan sebelah pihak.

Ceklekk

"Astaghfirullah kak, kenapa?" tanya gadis itu kepada pemuda yang habis mengamuk tadi.

"Mau ikut ke indo?" bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, pemuda itu malah balik bertanya, dengan wajah datarnya.

"Mendadak?"

"Hmm,"

"Yaudah aku siap-siap dulu," ujar gadis itu lalu langsung keluar dari ruangan yang sudah hancur tak terbentuk.

"Tunggu pembalasan gue Revza!"



gadis boneka? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang