29. Terungkap

6 1 0
                                    

Marcel yang mendengar itu melongo dengan mulut yang terbuka lebar.

Berbeda dengan Alletta yang masih bisa mengkondisikan rasa kaget nya.

Jadi selama ini Tesa adalah adik dari Alan? Kenapa baru tahu sekarang? Berarti Alan adalah adik dari...

"Lo adiknya Kak Andre?" tanya Alletta yang membuat Marcel semakin terkejut. Dia sudah seperti orang dongo sedari tadi.

Alan menanggapi dengan senyuman tipis.

"Andre itu sepupu gue"

"Hah?!" cengo Marcel.

Terlihat kerutan tipis di dahi Alletta tandanya gadis itu masih bingung dan Alan menyadari itu.

"Sejak kecil Tesa udah akrab banget sama Andre makanya kalau diliat mereka itu udah kaya saudaraan. Andre yang ga punya saudara udah nganggap Tesa sebagai adiknya."

Alletta mengepalkan kedua tangannya kuat hingga buku tangannya memutih.

Shit!
Alletta sudah menganggap remeh selama ini.

"Lo berdua emang ga ada gunanya, bangsat"
geram Alletta yang membuat Marcel heran.

"Sky?"

"Gue sampai hampir gila karna merasa bersalah ke Tesa karna terlambat buat nyelamatin dia! Gue makin merasa bersalah ke kak Ferdinand karna ga bisa jagain Tesa buat dia! Selama ini Lo pada kemana, hah?! LO PADA KEMANA SAMPAI GA BISA JAGAIN TESA, SIALAN!!!" teriak Alletta.

Tidak! dia tidak marah kepada Andre dan Alan. Dia hanya kecewa, karna selama ini Marcel, Ferdinand, dan dirinya yang sudah berusaha menjaga Tesa tetap kecolongan hingga menyebabkan Tesa meninggal.
Alletta kecewa kepada Alan dan Andre. Kenapa Andre baru mengatakan kepada Alletta bahwa Tesa adalah adiknya? Hal itu membuat Alletta marah besar hingga sempat menghukum Andre.
Dan juga Alan, mengapa baru sekarang dirinya menampakkan diri setelah sekian lama menghilang dan mengaku sebagai Kakak dari sahabatnya itu?

"Sial, gue gabisa ngendaliin diri gue kalau udah bersangkutan sama Tesa. Lo pikir mudah sembuh dari keadaan kaya gini, Lan? Selama ini lo kemana sampai ga bisa jagain adek lo sendiri?"
desis Alletta.

Alan menatap mata Alletta dengan rasa bersalah.
"Gue minta maaf, Al. Gue baru nyadar sekarang, kalau Tesa itu berharga banget buat gue. Selama ini gue sama orang tua gue ga pernah merhatiin dia sampe kita nyuruh Andre buat jagain dia. Ternyata-"

"Apa lo bilang? Hah?! baru nyadar sekarang kalau Tesa itu berharga? LO PIKIR TESA ITU APA?!"

"Sorry-"

"Kata maaf lo ga bisa balikin Tesa lagi, sialan!"
ucap Alletta pelan.

Akhirnya Alletta pun pergi meninggalkan Marcel dan Alan disana.

"Al-"
Alan yang hendak mengejar Alletta terhenti kala Marcel mencegah dirinya.

"Biarin Alletta sendiri dulu. Dia butuh waktu. Mungkin dia udah kecewa banget sama apa yang didengar dia sekarang." ucap Marcel datar dan dingin.

Setelah mengatakan itu, Marcel pun meninggalkan Alan sendirian disana dengan rasa bersalah.

"Maafin Gue" lirih pria itu.

Alletta berjalan cepat menuju mobil nya. Dia masuk ke kursi kemudi dan mencengkeram kuat stir mobil nya itu.

"Lo selalu bikin gue kecewa, Lan. Kali ini susah buat maafin Lo"

Marcel berlari kecil dan ikut masuk ke dalam mobil.

"Sky, mending gue aja yang nyetir. Gue takut terjadi apa-apa kalau lo nyetir dengan kondisi begini" ucap Marcel tapi tidak ditanggapi gadis cantik itu.

Alletta yang tidak mengindahkan ucapan Marcel menyalakan mesin dan menginjak gas meninggalkan area pemakaman khusus tersebut.
Gadis itu mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.

Marcel sebenarnya takut dan khawatir. tapi dia memilih diam karena melihat Alletta yang sedang kacau sekarang.

Alletta semakin menambahkan kecepatan membuat cengkraman tangan Marcel semakin kuat.
Tidak ingin terjadi apa-apa, Marcel pun akhirnya menarik rem tangan secara tiba-tiba membuat mobil tersebut berhenti dengan suara decitan ban dengan aspal terdengar ngilu.
Dengan sigap Marcel mengulurkan tangannya diantara stir mobil dengan wajah Alletta guna melindungi wajah gadis itu dari benturan keras.

Alletta terdiam dengan napas yang tersenggal - senggal. Dirinya benar-benar kalut tadi.

"Sky, are you okay, dear?" lirih Marcel.

Air mata pun mengalir di pipi Alletta.

"Tesa, maafin gue" lirih Alletta hampir berbisik yang masih bisa didengar oleh Marcel.

Pria itu pun menarik lembut tangan Alletta dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
Tangannya mengelus rambut adiknya itu dengan lembut. Dikecupnya kening Alletta dengan penuh kasih sayang.

"Tesa, Kak."

"It' s okay, babe. Gapapa, Tesa udah tenang disana. Lo gaboleh sedih terus, nanti Tesa juga ikut sedih ngeliat lo. Dia nanti berfikir kalau lo belum ikhlasin kepergian dia" jelas Marcel ke Alletta yang masih sesenggukan.

Beberapa saat kemudian, suasana menjadi hening. tidak ada lagi suara Alletta yang menangis. Marcel masih tetap mengelus rambut Alletta membuat gadis itu tertidur.

"Jangan sedih lagi, sayang. Gue janji bakal selalu ada buat lo" lirih Marcel dan mengecup kening Alletta sekali lagi.





Hampir setahun kagak up wkwk😭😭
Jadi ragu buat ngelanjut apa kaga.

ALLETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang