31. Kanker Otak

6 1 0
                                    

Ceklek

Pintu kamar Alletta terbuka dengan sangat pelan nyaris tidak terdengar. Sam melihat adiknya sedang tertidur di atas kasur dengan sebelah tangan bertumpu pada dahinya.

Sam mendekat, dahinya berkerut saat dia melihat sisi mata Alletta basah. Gadis itu menangis?
Tangannya seketika berhenti saat Alletta bertanya.

"Ngapain, Kak?" tanya Alletta tanpa membuka matanya.
Sam pun duduk di kasur Alletta.

"Tau dari mana kakak yang masuk?" Sam bertanya kembali membuat Alletta membuka matanya.

"Ada perlu apa?", Gadis itu bangun tanpa mengindahkan pertanyaan kakaknya.

"Kau menangis, Sky?" Alletta menggeleng.

"Terlihat dari matamu sembab"

"Sky hanya ngantuk, Kak"

"Tidak perlu berbohong, jika ada yang mengganggu pikiranmu katakan padaku. Aku akan mendengarkan nya untukmu" ucap Sam menatap dalam mata Sky sambil mengusap luka di pipi Alletta dengan pelan.

"Masih sakit?" tanya Sam yang diangguki gadis itu.

Dahi Alletta berkerut, "Kenapa kau yang menangis? Seharusnya aku yang menangis karna sudah menyentuh lukaku" canda Alletta.

"Maafkan kakak, Sky. Seharusnya kau tumbuh menjadi gadis yang penuh kasih sayang, gadis yang manja, seperti anak perempuan yang lainnya. Andai kakak tidak terlambat menemukan mu, pasti-"

"Sudahlah kak, aku sedang tidak ingin membahas itu."potong Alletta.

Gadis itu mendekat dan memeluk Sam "Yang penting sekarang kalian sudah ada bersamaku, itu sudah cukup. Aku berharap kita terus bersama tanpa meninggalkan aku lagi" ucap Alletta membuat Sam memeluknya erat sambil menangis.

---

"Sial! Gue ga bisa biarin ini. Apapun caranya gue harus singkirin dia." ucap Allexa penuh dendam terhadap Alletta.

Gadis itu menatap ke arah cermin "Lo udah ngerebut segalanya dari gue, Sky. dan ini saatnya gue untuk mengambil apa yang menjadi hak gue. Termasuk apa yang lo punya saat ini" monolog gadis itu dan tersenyum miring.

---
4 hari berlalu, semua berjalan dengan baik. Saat ini Alletta akan pergi ke suatu tempat karena ada pesan dari Marcel.
Alletta tidak sekolah? Gadis itu memutuskan untuk izin hari ini.

"Mau kemana, sayang?" tanya Karina.

"Sky ada urusan, Mom. Hanya sebentar"

"Mommy ikut ya?" tanya Karina membuat Alletta sedikit panik.

"Ti-Tidak perlu, Mom. Hanya sebentar saja. Apa ingin kubelikan sesuatu?" ucap Alletta tersenyum.

"Tidak ada. Yang pasti kau harus pulang" ucap Karina.
Karina selalu takut dan khawatir jika Alletta pergi dan akhirnya tidak pulang. Apalagi luka Alletta yang belum sembuh.

"Iya, Sky pasti pulang" ucap gadis itu dan mengecup pipi ibunya.

30 menit perjalanan, akhirnya Alletta sampai di tempat tujuannya. gadis itu pergi ke rumah sakit. dia mengedarkan pandangannya dan melihat Marcel yang menghampiri dirinya dengan kacamata hitam bertengger manis di hidung mancung pria tersebut.

"Susah banget buat jemput gue" ucap Alletta membuat Marcel tersenyum dan mengelus surai gadis itu.

"Ayo, katanya hasilnya udah keluar." ajak Marcel dan menarik tangan Alletta.

"Lepasin, njir. Ntar dikira orang lo pacar gue lagi"

"Biarin. Emang kenapa?"

"Yakali gue pacaran sama om-om" ucap Alletta sedikit nyolot membuat Marcel tertawa kecil.

"Gue setua itu kah? padahal kita hanya beda 5 tahun deh"

"Hanya lo bilang? Gue toyor kepala lo" ketusnya membuat Marcel kembali tertawa.

Akhirnya mereka sampai di depan ruangan. Marcel menghela napas pelan membuat Alletta bingung.

"Lo kenapa, kak? Jangan bikin gue takut dong" ucap Alletta sedikit tegang.

Marcel menoleh dan tersenyum, "Ga kenapa napa." jawab Marcel dan membuka pintu masuk.

"Hai Marcel. Kau sudah datang rupanya" ucap seorang wanita sebagai dokter di rumah sakit tersebut.

Marcel mengangguk dan tersenyum tipis. "Ayo, silahkan duduk. Namamu Alletta, kan?" ucap dokter tersebut sambil tersenyum.

Alletta mengangguk dan segera duduk.
Gadis itu menoleh ke arah Marcel karena takut dan berharap hasilnya tidak terjadi apa-apa.
Marcel yang paham menggenggam erat tangan gadis itu.

Dokter tersebut menghela napas. Dia memberikan sebuah kertas berisi laporan pemeriksaan kesehatan yang dilakukannya 4 hari yang lalu.

DEG

"Kanker?" gumam gadis itu.

Marcel yang mendengar itu semakin mengeratkan genggaman nya pada tangan gadis itu.
Rasanya ia ingin menangis, kenapa semua datang kepada Alletta yang umurnya saja belum dikatakan dewasa.

"Ya, Al. Kamu mengidap Kanker Otak. Jangan terlalu banyak berfikir dan stress.Karena itu akan memperburuk keadaanmu. Jangan putus asa, Alletta. Kau pasti sembuh" ucap dokter itu dan tersenyum.

Alletta pun tersenyum. "Tidak apa-apa dok. Pasti bisa" ucap Alletta.
Padahal dalam hatinya ia ingin menangis tetapi sekuat tenaga ia tahan.

"Ada apa?" tanya Alletta pada Marcel seakan tidak terjadi apa-apa.

Marcel tersenyum dan menggeleng. "Kita pulang, Dok. Terimakasih", pamit Marcel dan berdiri yang diikuti oleh Alletta.

Mereka tidak ada yang membuka pembicaraan di sepanjang perjalanan. Alletta menatap jalanan dengan pandangan kosong.
Dia tidak menyadari bahwa Marcel membawanya melalui jalur yang berbeda.

Saat mobil sudah berhenti, lamunan Alletta buyar. Dia memperhatikan sekeliling dan mengerutkan dahinya.

"Kita dimana, Kak?" tanya gadis itu yang tidak dijawab oleh Marcel.

Pria itu memandang ke depan dengan tatapan datar dan beralih ke Alletta dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Sky" panggilnya membuat gadis itu menaikkan sebelah alisnya.

Marcel menarik pelan tangan Alletta dan memeluknya erat. Sangat erat, seakan takut Alletta akan menghilang sehingga membuat gadis itu kesulitan bernafas. Dan juga Luka di punggung nya belum sepenuhnya kering membuat gadis itu mendesis pelan.

Alletta merasakan bahunya basah. Marcel Menangis?Gadis itu mendengus.
"Kenapa cowo sekarang jadi cengeng sih?" batinnya.

Tangannya terulur untuk mengusap punggung pria itu.
Dia tidak bertanya karena Marcel pasti butuh sandaran.
Sedangkan Pria itu hanya diam dengan perasaan kalut.

"Cel, punggung gue" bisik Alletta.

Marcel yang sadar segera melepaskan pelukan mereka dan mengerutkan dahinya. Cel? Gadis itu memanggilnya dengan Nama?

Marcel menatap mata Alletta seperti bertanya.
Gadis itu hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Biasa aja"

"Anterin Gue pulang" ucap Alletta datar dan diangguki pria itu. Tanpa Alletta sadari, Marcel tersenyum tipis nyaris tidak terlihat.

"Grazie, Amore"  ucap pria itu membuat Alletta bingung. Apa dia salah dengar?


      Makin dikit ya? Ga peduli sih ehehe :)

ALLETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang