BAD SACRIFICE-19

4.3K 294 6
                                    

Shenina menangis semalaman di balik kamar setelah mendapati perlakuan kasar dari tuannya sendiri. Seumur hidup tinggal di mansion ini sebagai pembantu pribadi Jonathan Argezta, baru kali ini ia menerima sebuah perlakuan yang tak mengenakkan hati. Terlebih pada fisik serta mentalnya hingga merasa hancur berantakan

Ia menatap langit langit kamar sambil merenungi dibalik cahaya remang remang. Kedua tangannya menangkap diatas dada, netranya berkaca kaca. Ia meratapi nasib pada tuhan.

Antara harus bertahan atau pergi tanpa meninggalkan jejak.

"Nak... "Suara ibunya mrngalun. Shenina langsung memiringkan tidurnya tak ingin sang ibu mengetahui jika ia menangis dalam diam.

"Kamu sudah tidur?" Shenina masih tak menjawab. Walau hatinya sudah sesak dan siap terisak keras. Namun ia berusaha untuk menahan diri tak ingin ibunya ikut terbebani.

Tak melihat ada respon dari sang putri. Ibunya mendekat, kemudian mengusap surai Shenina lembut. Gadis itu memejamkan mata tanpa bersuara, menahan dada yang terasa sakit saat usapan lembut sang ibu semakin lama di kepalanya

"Sudah tidur rupanya" Ibu lalu mengecup dahi Shenina lembut.

"Bu... "lirih Shenina memanggil.

"Kenapa nak? Kamu sakit?"Shenina menggeleng seraya menahan tangis.

"Tetap disini. Shenina pingin tidur sama ibu"Pintanya. Terdengar kekehan kecil dari sang ibu lalu ranjangnya yang bergerak pertanda ibunya berpindah posisi.

Shenina lalu membalikkan tubuhnya. Memeluk perut sang ibu sambil menyembunyikan wajahnya.

"Anak ibu kenapa hm? Lagi ada masalah ya?"tanyanya lembut. Shenina menggeleng dalam pelukan.

"Shenina cuman kangen dipeluk sama ibu"Ujarnya kecil. Ia lalu memejamkan matanya sebentar.

"Tadi aku ke makam ayah"

"hm, kamu pasti rindu ayah kamu ya?"

"Ibu gak rindu ayah?" Ibu terdiam mendrngar pertanyaan Shenina.

"Rindu"

"Terus, kenapa ibu selalu menolak ajakan Shenina untuk pergi ke makam ayah?" suara Shenina terdrngar penuh tuntutan membuat ibu semakin hening tak bergeming.

"Ibu.. Ibu hanya belum bisa menerima"jawabnya dengan suara lirih nan pilu.

"Kenapa? Bukankah kepergian itu kehendak tuhan?"

"Ya, itu sebabnya ibu merasa tuhan tidak adil"Shenina mengangkat kepalanya. Ibunya selalu saja seperti ini. Tak bisa menerima takdir sekalipun ayahnya sudah tenang berada di sisi tuhan. Bahkan di setiap paginya ibu selalu 3 teh mania hangat pertanda bahwa sosok ayah masih melekat dalam dirinya. Selama bertahun tahun hidup dalam kesederhanaan baik ibu, ayah maupun Shenina sama sama saling mencintai satu sama lain. Tak terpisahkan dan saling bahagia.

Ibu adalah sosok yang lembut sedangkan ayah adalah lelaki paling sabar di dunia. Shenina hidup berselimuti kasih sayang yang tak putus sampai kepergian ayah mengguncang mental ibu yang selama ini tak bisa berdiri tanpa ayah. Kematiannya yang mendadak serta penuh rahasia membuat ibu enggan untuk melihat tempat peristirahatannya barang sebentar. Dan menganggap ayah hanya pergi menghilang sementara dengan harapan akan kembali bersama

"Shenina, terlalu mencintai itu sakit"Ucap ibu.

"Jadi, tolong mencintai secukupnya. Jangan habiskan seluruh cintamu pada satu orang, agar saat dia pergi kamu tak berat melepasnya"

Ucapan terakhir sebelum Shenina larut dalam mimpi. Petuah tentang cinta selalu ibu suratkan pada Shenina, agar saat ia pergi ke sisi tuhan. Shenina masih sanggup bertahan tak ikut hancur bersama kepergiannya sebagai sosok ibu.

BAD SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang