BAD SACRIFICE-28

2.5K 163 0
                                    

Seorang wanita paruh baya dengan surai tergelung rapi berjalan sambil menautkan tangan keluar dari area dapur yang megah menuju Mansion bagian belakang.

Tania Gauri berjalan menuju kamarnya setelah menyelesaikan pekerjaannya di bagian dapur.    

Sebagai kepala pelayan ia harus menyelesaikan tugas lain di jam sore nanti. Maka dari itu ia berniat untuk mengistirahatkan diri karena kepalanya pusing sedari tadi.

"Eh Non Mikayla"Panggil Tania keheranan saat menemukan Mikayla, tunangan majikannya berdiri celingak-celinguk kearah pintu kayu tempat tangga menuju lantai tiga yang tertutup rapat.

"Ada apa Non?"Mikayla yang terkejut menoleh kearah Tania.

"Ini ruangan apa?"tanya gadis itu sambil memegang kenop pintu.

"Itu cuman gudang Non" Keningnya bertaut. Gadis berdress biru muda sepanjang bawah lutut itu menyipitkan mata tak percaya.

"Tadi sekelebat aku melihat Jonathan masuk kesini tapi pas aku ikutin pintunya terkunci"Tania terdiam sebentar. Kemudian tersenyum kecil.

"Ruangan ini memang selalu terkunci Nona. Hanya beberapa orang saja yang memiliki akses untuk membuka pintu ini" Jemarinya pada kenop pintu seketika turun dan jatuh.

"Tapi... Tadi aku lihat dengan jelas kalau Jonathan masuk kesini dengan seorang perempuan"Perasaan Tania dilanda cemas seketik. Ia lalu merangkul bahu Mikayla sambil membawa gadis belia itu menjauh.

"Mungkin hanya perasaan anda saya. Mari saya antar kembali. Semua orang pasti tengah kebingungan mencari anda"ujarnya mengantar Mikayla pergi dari sana. Mikayla melirik dengan ekor matanya pada pintu kayu tersebut.

Ia tak mungkin berhalusinasi. Tadi, tepat 10 menit setelah tunangannya izin untuk pergi ke kamar mandi. Ia hendak mencarinya karena tak kunjung kembali, tapi ia malah menemukan lelaki itu menarik tangan seorang perempuan menuju pintu kayu tersebut. Mikayla terus mengikuti lagkahnya sampai akhirnya ia tersadar jika pintu itu terkunci dari dalam.

Tengah sibuk dengan pikirannya tiba-tiba saja Mikayla menemukan kenop pintu itu bergerak. Netranya terbelalak.

"Non, putri saya bilang anda suka merangkai bunga ya?" Fokus Mikayla terdistrack saat Tania mengajaknya bicara.

"Putri kamu, siapa?"

"Shenina"balasnya tersenyum. Mikayla membalas senyuman itu tak kalah manis.

"Kak Shenina? Astaga aku belum melihatnya dari tadi. Dia dimana?"tanya Mikayla kala teringat dengan wanita cantik yang selalu menemaninya setiap kali ia berkunjung disini.

"Dia ditugaskan di dapur"

"Oh begitu, kalau bibi bertemu kak Shenina tolong sampaikan. Aku ingin dibuatkan buket bunga berwarna biru untuk disimpan di kamarku"

"Baik akan saya sampaikan" Keduanya berlalu dari sana menuju Ballroom milik keluarga Argezta. Tempat acara utama di adakan.

_______

Shenina memegang kepalanya yang terasa pening sambil menutup pintu gudang tempat ia bertemu dengan Jonathan sebelumnya. Langkahnya mengambil alih untuk keluar dari mansion bagian belakang menuju dapur. Namun baru setengah jalan ia terhenyak kaget saat dirinya dihadang oleh sang ibu yang datang dari arah berlawanan.


"Dari mana?"Shenina gelagapan.

"Dari belakang"Ibunya menelisik pada gerak gerik putrinya yang terlihat cemas. Seolah menyembunyikan sesuatu.

"Beberapa hari ini sepertinya kamu mengindari ibu"Shenina menghela nafasnya pelan.

"Mungkin perasaan ibu saja"balasnya. Namun ibunya menggeleng.

"Ada yang kamu sembunyikan dari ibu?"tanyanya memegang pundak Shenina. Gadis itu menggeleng.

"Ibu ini bicara apa? Shenina baik-baik aja. Udah ya? Shenina mau kerja"balasnya kemudian pergi meninggalkan ibunya setelah melepas pegangan anita itu pada pundaknnya.

Tania menatap putrinya sendu. Semenjak Shenina pulang setelah pergi tanpa kabar. Gadis itu langsung berubah, putrinya tak pernah bercerita padanya lagi. Dia menjadi pribadi yang tertutup dan penuh beban pikiran.

"Maaf Shenina gak pulang. Shenina nemenin Isabella di rumahnya"

"Maaf juga Shenina gak ijin sama ibu. Hape Shenina ketinggalan"

Tania menghela nafasnya pelan saat ingatan saat Shenina pulang malam itu setelah benerapa hari menghilang. Keterangan yang janggal, seolah Shenina menganggapnya ibu yang bodoh rendah akan pendidikan.

Padahal sudah jelas hari itu. Isabella sendiri datang dan terkejut akan kepergian Shenina.

Astaga Nak.

Kenapa kamu tidak jujur saja?

Batinnya sedih

______

Malam pun tiba.

Shenina baru saja selesai merangkai buket bunga untuk Nonanya—Mikayla. Gadis itu lantas bergegas untuk menghampiri Mikayla dan menyerahkan buketnya di kamar tamu lantai satu. Tadi, setelah acara berlangsung nyonya sempat menghampirinya dan mengatakan pada Shenina untuk pindah dari kamarnya. Karena setelah pesta pertunangan nanti, kamar itu akan menjadi kamar sementara untuk Mikayla.

Lantas dengan cepat ia mengemas barang-barangnya dan kembali ke kamarnya bersama ibu. Namun sebelum pergi bisa-bisanya Jonathan menarik tangannya untuk kembali masuk ke kamar dan mencium dirinya disana.

Shenina menggelengkan kepala. Berjalan menuju ruangan dimana Mikayla beristirahat.

"Loh ada apa?"tanya Shenina saat melihat kamar Mikayla ramai dengan perawat dan keluarganya.

"Ini Non Mika, tadi mimisan banyak habia itu pingsan"Netra Shenina terbelalak.

"Sudah memanggil dokter??"

"Udah, bentar lagi sampai" Shenina mengangguk lantas melirik kedalam ruangan dimana Mikayla terbaring lemah disana dengan jemari yang di genggam erat oleh Jonathan di sampingnya. Shenina meremas buket bunganya erat.

Ia hendak pergi setelah melihat keadaan nonanya. Namun belum sempat pergi netra Mikayla perlahan terbuka. Gadis itu buru-buru disodori minum. Dalam kondisi itulah Mikayla menemukan dirinya.

"Kak Shenina"Shenina terhenyak. Tubuhnya membeku.

"Mau kemana?"Tanyanya lemah. Shenina membalikkan badannya.

"Itu bunga punya aku kan?"Nyonya Zenna Argezta lalu memerintahkan seua pelayan untuk pergi meninggalkan ruangan dan hanya menyisakan Shenina yag kini melangkah masuk.

"Iya Nona, ini bunganya sudah saya rangkai khusus untuk nona"Mikayla tersenyum padanya. Sedangkan netra Shenina tidak bisa lepas pada genggaman Mikayla yang semakin erat pada tunangannya.

"Bunda, apa bunda gak keberatan kalau aku mau kak Shenina jadi perawat pribadi aku?"tanyanya pada sang ibu yang lantas mengusap surainya lembut.

"Gak masalah sayang" Nyonya Narendra melirik kearahnya.

"Tapi, apa kamu bersedia. Shenina?"Gadis itu melirik pada wajah Mikayla yang terlihat lemah. Simpati hatinya melihat keadaan Mikayla, yang baginya sudah dianggap adik sendiri. Sambil menyerahkan bunganya. Shenina mengangguk.

"Saya bersedia nyonya"jawabnya menciptakan senyum senang dari keluarga Narendra. Sedangkan tanpa mereka sadari hanya ada satu orang yang nampaknya keberatan dengan keputusan itu.

Ya. Jonathan.

______

BAD SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang