6

990 28 1
                                    

H-1.

Sore hari semua anak yang mengikuti ekstrakulikuler teater berkumpul. Di depan sekolah sudah di sediakan bus yang akan mengantarkan mereka ke hotel dekat dengan gedung perlombaan.

Faza datang sedikit terlambat karena menyimpan dulu motor dan mengambil beberapa baju salin. Semua anak sudah masuk ke dalam bus. Saat Faza masuk semua bangku nampak terisi, ia melirik ke arah bangku tempat Zeto duduk, rupanya Zeto sudah duduk dengan Elena. Akhirnya ia duduk di belakang bersama dengan Bili dan senior yang lainnya.

Selama perjalanan menuju hotel semua anak nampak menikmati perjalanan bahkan mereka berkaraoke untuk menghilangkan penat. Anak-anak teater memang berbeda, tak ada yang jaim (kecuali Zeto), semuanya nampak heboh sendiri, bahkan anak perempuannya pun nampak menggila.

Tiga jam kemudian bus berhenti di sebuah hotel. Faza keluar bus, ia sedikit terkejut karena hotel yang akan mereka tiduri rupanya hotel mewah. Ini pertama kalinya Faza akan menginap di hotel mewah.

"Anak-anak, ini tempat hotel kita nginep, satu kamar di isi oleh dua orang, ya? Bapak sudah atur tempat tidurnya. Kalian tunggu dulu di sini, bapak akan check in terlebih dahulu." Pak Fauzi masuk ke dalam hotel.

Tak lama pak Fauzi keluar dan mengajak anak-anak untuk segera masuk ke dalam hotel. Beberapa menit kemudian mereka sudah ada di lantai empat, ruang 401 diisi oleh ketua teater Bili dan Deka, 402 diisi oleh Nina dan teman perempuannya, hingga tiba di nomor 412 diisi oleh Faza dan Zeto. Faza sedikit terkejut karena ia akan satu kamar dengan Zeto.

Zeto membuka kamar diikuti oleh Faza. "Lo mau dimana?" tanya Zeto.

Faza melihat-lihat keadaan kamar, "boleh gak gue yang deket jendela?"

"Yaudah gak apa-apa," ucapnya kemudian menyimpan tasnya di kasur.

"Gede banget ya kamarnya?" ucap Faza.

"Kamar lo juga pasti gede, kan?"

Faza mengangguk, kemudian ia berjalan dan membuka gorden, pemandangan kota itu nampak terlihat jelas. Tak lama pintu kamar terbuka.

"Kalian silahkan istirahat dulu, nanti jam delapan malem kita makan siang bareng, ok?" jelas pak Fauzi.

"Siang? Makan malem kali pak!" jawab Faza.

Pak Fauzi tersenyum dan menutup pintu.

Faza duduk kemudian menyalakan AC serta menyalakan TV. Zeto membuka tasnya dan mengeluarkan perlengkapan mandi.

"Lo mau ngapain?"

"Mandi."

"Oh."

Lima belas menit kemudian saat Faza sedang memindah-mindahkan acara TV Zeto keluar dengan hanya mengenakan handuk.

"Lo kenapa gak pake baju?" ucap Faza nampak risih.

"Celana dalem gue ketinggalan di tas," ucapnya singkat kemudian kembali masuk ke kamar mandi.

Merah. Zeto akan mengenakan celana dalam warna merah, tanpa sengaja Faza tadi melihatnya, sehingga ia terpikirkan terus. Tiba-tiba ia teringat akan kejadian di rumahnya dulu, saat om Ayub tengah bersenggama dengan kak Yuni. Permennya menegang seketika, Faza memegangnya dan menutup bagian tubuh bawahnya dengan selimut.

"Sial! Kenapa harus tegang sekarang, kalo ketauan gue bisa malu," ujar Faza pelan.

Zeto keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Ia melihat Faza nampak sedikit aneh.

"Lo kedinginan?"

Faza hanya menggeleng.

"Kenapa pake selimut segala?"

GrappleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang