25

503 16 0
                                    

Flutack mengantar Faza dan Zeno ke sekolah. Selama perjalanan Zeno diam seribu bahasa, tepatnya Zeno diam semenjak sarapan pagi. Ia masih belum bisa mencerna apa yang ia lihat barusan. Sesaat ia berpikir apakah menjadi gay merupakan sebuah virus dan sesaat lain ia berpikir bahwa mungkin semua pria adalah gay. Pikirannya sedang berfantasi tak tentu arah.

Mobil tiba di gerbang sekolah. Faza dan Zeno keluar mobil. Sambil mengucapkan terima kasih Zeno dan Faza masuk ke sekolah. Faza sedikit tahu apa yang Zeno pikirkan, bagi Faza mudah membaca pikiran Zeno saat ini, lelaki ini benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Za, jadi...."

"Ya, bokap gue sama pak Fauzi menjalin hubungan."

"Kok lo tau gue mau nanya itu?"

"Cuman nebak," ucap Faza sambil berjalan.

"Sejak kapan?"

"Sejak negara api menyerang."

"Serius bambang!"

"Lo kepo banget, yang penting sekarang lo tau dan lo bisa menilai sendiri. If you are homophobic stay away from us but if you can accept this, we can be frie... forget it."

Zeno mengangguk dan mereka pun tiba di kelasnya.

Saat memasuki kelas rupanya Vika sudah ada di dalam kemudian melambaikan tangan kepada Faza dan Zeno.

"Jadi semalem lo nginep di rumahnya Faza dong?" tanya Vika ketika ia menghampiri meja Zeno dan sebenarnya sudah tahu karena ia SMSan dengan Faza. "Tidur bedua?" tanya Vika lagi dengan polosnya.

Seketika Zeno nampak gugup. Kemudian ia melirik ke arah Faza yang rupanya tak memerhatikan hanya fokus kepada laptopnya. Zeno langsung menatap Vika.

"Kenapa, cemburu?" godanya.

Vika tertawa garing seraya menjitak kepala Zeno dan pergi duduk ke tempatnya karena berbarengan dengan bel tanda masuk berbunyi.

Selama pelajaran berlangsung ketika sesekali ia melirik ke arah Faza, ia melihat Faza selalu fokus dalam belajar, mungkin ia memang ingin menepati janjinya kepada Zeto dengan menjadi juara umum mengalahkan Zeto tahun kemarin.

Sore harinya sepelas pulang sekolah mereka bertiga kembali latihan teater.

Selama latihan tak ada yang istimewa, mereka semakin fokus latihan karena perlombaan tidak akan lama lagi. Setelah hari sudah gelap dan beberapa anak-anak sedang isoma Zeto mencari-cari sosok Faza.

"Zen kita beli jajanan yuk?" ajak Vika.

"Ayok, eh si Faza dimana?"

"Gak tau, mungkin lagi mendalami peran." Vika kemudian menarik lengan Zeno. "Ayo ah, gue laper."

Akhirnya Zeno nurut dan pergi dari aula.

Faza keluar dari kamar mandi kemudian masuk ke aula dan duduk di kursi penonton paling pojok. Ia buka naskahnya kemudian kembali mendalami peran.

Sepuluh menit kemudian Vika dan Zeno kembali, saat memasuki aula Vika langsung berlari ke arah Elena dan ngobrol tanpa memedulikan Zeno lagi. Zeno yang berjalan pelan masih mencari-cari Faza kemudian saat ia melihat ke arah pojok dilihatnya Faza tengah fokus membaca naskah sambil menyeruput akuah botol. Zeno menghampiri dan duduk disamping Faza.

"Mau gue bantuin?"

Faza diam tak menjawab.

"Lo lagi ngapalin yang adegan mana?"

Faza masih fokus ke naskahnya.

"Yah gue dikacangin. Faza Tasha!"

Faza seketika melirik, kemudian ia kembali menatap naskahnya.

GrappleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang