13

694 25 0
                                    

Semburat mentari membangunkan Faza dari tidur indahnya. Ia melihat tangan Zeto masih memeluknya dalam tidur. Ia cium lengan itu lembut. Ia kepal. Kemudian ia berbalik arah, Zeto langsung berbaring. Ia menatap bagaimana Zeto tidur. Meski tidurpun ia terlihat tampan bagi Faza. Ini sudah bukan dekat. Ini sudah intim bagi Faza, karena ia sudah melihat bahkan merasakan bagian sensitif dari Zeto.

Saat asyik menatap wajah Zeto tiba-tiba ia bangun. Ia tersenyum.

"Good morning," ucapnya sayu.

"Morning."

"What time is it?" Zeto melirik jam, kemudian ia bangkit. Ia membuka selimut dan mencari di mana celana dalamnya. Permennya yang bergelantungan terlihat besar.

"Morning er3ction," ucap Faza sambil duduk.

Zeto tersenyum dan memakai celana dalamnya.

"Ada apa sih?" tanya Faza bingung.

"Takut pak Dermawan ngeliat kita tel4njang, cepet lo juga pake kaosnya!"

Faza mengambil kaos dan memakainya.

Zeto membuka tirai kamarnya dan rupanya dugaan dia benar. Pak Dermawan hendak mendekat untuk membereskan sisa semalam. Apalagi pintu ke kolam renang tidak dikunci, bisa lebih gawat lagi.

"Pagi pak," ucap Zeto.

"A gelas dimasukin ke dalem ya? mau saya ambil."

"Oh iya pak silahkan," ucap Zeto.

Faza masih berada di kasur, ia belum mengenakan celananya. Pak Dermawan ngambil gelas dan teko bekas mereka minum. Saat hendak membereskan gelas, pak Dermawan mengambil tisu lembab di lantai dan memasukannya ke dalam keranjang sampah. Faza dan Zeto yang menyaksikan itu nampak malu sendiri.

"Lo sih semalem cuman dilempar doang, bukannya langsung dimasukin ke tempat sampah," ujar Faza.

"Gue lupa seriusan," ucap Zeto.

"Tapi pak Dermawan nggak comel kan?"

"Nggak, tenang aja. Kalau dia nanya bilang aja bekas ingus gue."

"Aromanya beda Zeto Dirga."

"Emangnya dia nyium aroma tisu itu apa."

"Ya nggak sih," akhirnya Faza mengalah.

Zeto melompat ke tempat tidur. Hawa dingin daerah villa benar-benar segar.

"Kalau cuaca enak kayak gini bakalan mager seharian deh gue kayaknya," ucap Zeto.

"Iya, apalagi cuaca Bandung bener-bener sejuk."

Zeto mendekat dan menaruh kepalanya di paha Faza. ia terus menatap Faza.

"Apaan sih ngeliatin gue gitu banget, ada yang aneh ya?" Faza segera membersihkan wajahnya takut ada belek atau sesuatu yang merusak suasana.

"Nggak, nggak ada apa-apa."

"Terus kenapa lo ngeliatin guenya gitu banget?"

"Kalau gue perhatiin lebih jelas, ternyata lo ganteng juga ya. Cuman pipi lo kurang mulus aja sih."

"Jujur banget anjir hahaha..."

Zeto tertawa kecil, begitupun Faza, mereka kembali saling tatap. Kini Faza menundukan kepala dan langsung mencium bibir Zeto. Mereka kembali berciuman dengan mesra. Faza merasakan hati mereka kian menyatu. Ia tak ingin memikirkan yang nantinya akan membuatnya sakit hati. Untuk hari ini, ia ingin benar-benar berdua dengan Zeto. Hanya berdua.

Mereka mengakhiri ciumannya.

"Gue laper," ucap Zeto.

"Mau beli sarapan di mana kita?"

GrappleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang