20

525 17 0
                                    

Mobil Zeno berhenti di pekarangan kontrakan Vika.

"Makasih ya buat hari ini," ucap Vika kemudian menutup pintu mobil.

Zeno dari kaca mobil melihat Faza yang melamun. "Za, lo pindah aja ke depan," ucap Zeno menawarkan.

"Nggak usah, gue di sini aja," jawab Faza sekenanya.

"Kayak supir dong gue!"

Faza tak menjawab. Zeno kembali menyalakan mesin mobil dan meninggalkan daerah Vika. Faza bergumul dengan lamunannya sementara Zeno sibuk memerhatikan jalan tapi sesekali melihat ke arah Faza.

Mobil berhenti di parkiran. Faza yang melamun mengira dia sudah sampai rumah, saat pikirannya sudah benar-benar kembali ia merasa asing dengan tempat itu.

"Kenapa kesini?" tanya Faza.

"Gue laper, kalo gak makan sekarang di rumah pasti makanan udah abis, kita makan malem di sini aja yuk?" ajak Zeno.

"Gue belom laper," ucap Faza.

"Jadi lo gak mau makan?"

Faza menggeleng.

"Ya udah temenin gue aja. Yuk keluar."

Faza menarik nafas dalam kemudian membuka pintu mobil.

Ia melihat rumah makan yang logonya tak asing. LFC (Las Vegas Fried Chicken) dia pernah makan di tempat itu bersama dengan Zeto, tapi beda tempat.

Faza duduk dekat jendela. Tak lama Zeno datang dengan ayam goreng dan paket lengkapnya , ice cream, dan french fries.

"Nih kalo mau ngemil," ucap Zeno.

Faza mengangguk. Ia ambil handphonenya kemudian sibuk mengirim pesan kepada Zeto. Saat Zeno asik makan tiba-tiba Faza bicara.

"Foto yang tadi siang, kirim ke HP gue ya, mau gue cetak."

"Yang mana?"

"Semuanya aja."

"Ok."

Zeno memerhatikan Faza sambil makan. Faza tak menyentuh kentang goreng dan ice cream yang dibelikan oleh Zeno.

"Kok gak dimakan? Apa lo mau makan ayam goreng?"

"Nggak, ini aja," Faza mengambil satu stik kentang dan memakannya pelan.

Tak ada obrolan hingga Zeno selesai makan dan kembali ke dalam mobil. Kali ini Faza duduk di sampingnya. Mobil melesat dengan cukup kencang, kemudian hanya dalam kurun waktu beberapa menit mereka tiba di depan rumah Faza. Faza hendak keluar.

"Tunggu!" ucap Zeno. Faza mengliriknya,

Zeno nampak gugup.

"Apa?"

"Sebenernya, lusa dia... Zeto... Zeto mau kemoterapi. Obat yang dia konsumsi sudah tidak begitu memberikan efek yang bagus, untuk itu akhirnya satu-satunya jalan Zeto harus di kemoterapi. Zeto awalnya menolak, jelas dia pasti menolak, tapi bokap dan nyokap gak nyerah, dia yakinin Zeto kalo dengan kemo dia bisa sembuh, ya meski menurut gue hasilnya mungkin bakalan banyak dampak buruknya juga."

Faza terdiam. Ia menatap ke bawah, dengan seketika air matanya mengalir.

"Zeto pasti gak cerita ini ke lo karena dia gak mau bikin lo khawatir. Dan mulai besok dia gak akan bisa masuk sekolah. Gue sempet konsultasi ke walikelas dan bilang kalau Zeto sebaiknya mengundurkan diri tapi pihak sekolah rupanya memberikan izin yang lebih ringan, Zeto diberi waktu sampai ia sembuh untuk tidak masuk. Sekolah percaya, setelah Zeto sembuh ia pasti bisa menyusul pelajaran. Lo juga percaya, kan?"

GrappleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang