Mereka kini ada di ruang ganti. Faza sudah dimake up, Mimi yang memake up Faza sempat bertanya karena badan Faza panas namun Faza menyanggah badannya panas ia bilang ini merupakan efek akan tampil sehingga Mimi percaya saja kepada Faza. Zeno yang sedang di make up oleh anggota lain melihat Faza dengan khawatir.
Dalam kurang dari sepuluh menit mereka akan tampil, tim dekorasi kini sedang mendekor ruang pertunjukan, para pemain ada dibelakang panggung sambil berdoa. Mendekati waktu tampil Zeno nampak tidak bisa diam, tangannya gemeteran, jantungnya berdegup dengan kencang. Tahun lalu ia masih menjadi penonton meski sebenarnya ia hanya menonton drama sebentar. Tahun lalu Zeto yang ada di panggung itu.
Zeno terlihat gelisah, ia benar-benar gugup, ia tak bisa berhenti mondar-mandir. Kemudian Faza menghampiri Zeno dan tanpa berucap ia kembali menyubit lengan Zeno.
"Aaaawwww! Sakit Faza!"
Faza tersenyum, "lo pasti bisa tampil maksimal. Ketika lo tegang anggap ini seperti latihan kayak biasa," ucap Faza meyakinkan.
Seketika bahu Zeno yang awalnya menegang kini sudah sedikit turun tandanya dia sudah tidak begitu tegang.
Tinggal beberapa detik sebelum Zeno masuk ke panggung. Dialog dari pemain pembuka sudah terdengar, musik pengiring sudah melantun, kini Zeno masuk bersama Faza ke atas panggung. Lampu menyoroti mereka berdua. Atmosfer panggung benar-benar memberikan tekanan yang luar biasa. Zeno menatap Faza yang sedang berekspresi nampak seperti dia sedang latihan, tidak terlihat kalau ia sedang demam. Melihat itu Zeno menarik nafas dalam dan ia mencoba santai.
Semuanya berjalan lancar, tak ada dialog yang salah.
Faza jongkok dibawah saat Zeno sedang pura-pura pingsan. "Greyson kau tidak mati." Faza seketika memompa dada Zeno kemudian perlahan bibir Faza menyentuh bibir Zeno. Sebelumnya Faza pernah bilang, untuk adegan ini ia akan benar-benar memberikan nafas buatan. Faza kembali memompa dada Zeno, "Greyson jangan mati, kau harus bangun..." sekali lagi Faza memberikan nafas buatan, lalu ketika bibir mereka bertemu, entah mengapa Zeno sedikit memajukan bibirnya dan lidahnya menyentuh lidah Faza. Sasaat Faza nampak terkejut namun ia segera melepaskan nafas buatannya dan mencubit Zeno pelan.
Akhirnya drama berakhir, tak ada kesalahan dalam dialog, semuanya nampak berjalan sesuai naskah aslinya. Setelah selesai mereka berjajar dan memberikan salam kepada penonton. Faza memegang lengan Zeno dengan kencang kemudian berjalan keluar panggung.
Saat sudah berada di belakang panggung. Faza memegang lengan Zeno lagi.
"Zen," Zeno berbalik arah dan tersenyum.
Faza tersenyum, kini mereka berhadapan, seketika itu juga penglihatan Faza menurun dan ia jatuh pingsan dipelukan Zeno.
Beberapa teman-temannya histeris, Zeno memeluk Faza erat dan mengangkat tubuh Faza lalu membawanya ke matras yang ada disana.
"Zen, Faza kenapa?" tanya Vika panik.
"Dia cuman pingsan, tolong ada yang bawa minyak angin atau apapun?" teriak Zeno.
Pak Fauzi datang dan membawa minyak angin. Ia buka kancing baju Faza dan memegang kepalanya. "Dia demam."
Zeno mengusap rambut Faza. "Harusnya gue larang dia buat tampil."
"Jadi lo tau Faza demam?" tanya Vika, Zeno mengangguk, "kenapa lo gak bilang gue?"
"Faza bakalan marah besar kalau gue bilang ke kalian dia demam, dia maksa pengen tampil dan gue gak bisa nolak."
Pak Fauzi menenangkan, "sudah tidak apa-apa, lagi pula ia sudah berhasil tampil dengan sangat keren, kerja kerasnya terbayarkan. Ini mungkin limit tubuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grapple
RomanceWARNING!!! LGBT CONTENT!! Bagi homopobia dilarang buka cerita ini, atau skip aja! Untuk para sesepuh wattpad khususnya yang baca cerita bertema LGBT pasti udah gak asing sama cerita ini karena karya ini original buatan saya "_Shanecastro" jadi kalau...