12

730 34 0
                                    

"Kita mau kemana?" tanya Faza saat mereka sudah pergi meninggalkan sekolah.

"Ikut aja."

Faza diam, ia menuruti saja apa yang Zeto mau.

"Kok ke tol? Emangnya kita mau kemana?" Faza nampak semakin penasaran.

"Lo bisa nggak hubungin bokap lo kalau lo hari ini gak balik?" tanya Zeto dengan santainya.

"Loh? Emangnya kita mau kemana? Lo mau culik gue?"

Zeto tersenyum, "Bandung."

"Bandung? Ngapain?"

"Gue ada villa di sana, udah lama juga gue gak kesana, gue pengen maen di sana, besok kan libur."

"Eh, tapi gue gak bawa baju ganti."

"Di sana banyak baju gue kok tenang aja lo bisa pake baju gue."

"Tapi kan?"

"Udah sih nurut aja. Sekarang hubungi aja bokap lo, bilang lo nginep di rumah gue."

Faza mengeluarkan ponselnya kemudian menelepon ayahnya. Setelah meyakinkan ayahnya akhirnya ia mendapatkan izin.

"Ze gue gak bawa duit loh ini."

"Tenang, gue yang tanggung semua. Lo pokoknya temenin gue aja."

"Bokap nyokap lo tau kita pergi?"

"ke nyokap udah. Gue bilang mau ke villa."

"Terus diijinin gitu aja?"

"Iya."

"Hebat."

"Hebat apanya?"

"Nggak." Faza tersenyum sambil memandang pemandangan jalan tol yang tidak begitu macet.

Setengah jam berlalu. Zeto berhenti di rest area. Ia mengajak Faza untuk makan di LFC (Las Vegas Fried Chicken) makanan siap saji.

"Lo mau pesen apa?"

"Samain aja kayak lo deh."

"Makan gue kan banyak."

"Ya yang porsi normalnya aja."

Zeto berjalan ke kasir sambil memesan menu. Entah mengapa hati Faza serasa berbunga-bunga. Baru kali ini ia bisa berduaan hingga lebih dari dua puluh empat jam bersama dengan Zeto. Kecuali di hotel tempat mereka lomba, bagi Faza itu tidak termasuk.

Setelah hidangan datang Faza dan Zeto makan dengan lahapnya. Ia selalu suka cara Zeto makan. Meski Zeto orang kaya ia tak pernah menghamburkan makanan dengan menyisakan makanan. Semua yang ia pesan pasti akan ia makan sampai habis.

Makanpun selesai, mereka melanjutkan perjalanan menuju villa di Bandung. Dua jam kemudian mereka tiba di villa. Faza segera keluar. Angin sore kota Bandung benar-benar sagar. Ia meregangkan tubuhnya.

"Serius ini tempat bagus banget Ze. Ini punya keluarga lo?"

"Iya." Tak lama pengurus villa datang memberikan kunci sekaligus membereskan tempat.

Zeto mengajak Faza untuk masuk ke dalam, Faza nampak senang, meski vilanya tak terlalu besar tapi benar-benar elegan, nyaman dan sangat artistik.

"Kamar gue nanti dimana?" tanya Faza yang penasaran.

Zeto mengajak Faza ke tempat agak belakang, ia membuka ruangan itu dan dilihatnya kamar ukuran besar dengan kasur besar serta dinding kaca yang indah. Hal yang membuat Faza semakin kagum pemandangan luar kamarnya adalah kolam renang dan bukit-bukit penuh pepohonan.

"Ini kamar yang bakalan gue tempatin?" Faza melirik Zeto.

"Gue juga tidur di sini kok."

"Berdua?"

GrappleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang