27

593 15 0
                                    

Zeno memarkirkan mobilnya di depan rumah Faza.

Selama perjalanan pulang mereka tidak berbicara sepatah katapun. Zeno tidak tahu harus bagaimana dengan apa yang ayahnya ucapkan. Antara bingung dan marah semuanya bercampur aduk.

Gue gak mau..."

"Zen, inget tujuan awal lo apa," ucap Faza. Faza memegang paha Zeno. "Awal kita temenan lo selalu curhat kegue tentang bokap lo yang kurang mensupport cita-cita lo untuk jadi atlet renang, makanya lo sekolah ke SMA 8 karena disana ada pelatih yang dulunya mantan altet renang, sekarang bokap lo udah mau mensupport lo, harusnya lo jangan ragu."

"Tapi gue gak mau pisah dari lo, Za."

"Zeno, lo bisa ketemu gue lagi setelah kita lulus sekolah. Lagian saat libur sekolah nanti lo pasti pulang kampung kan, masa lo gak balik?"

"Tapi gue takut kangen sama lo, Za."

"Kita bisa teleponan, sekarang jaman udah canggih Zen."

"Lo gak cinta sama gue, ya?" ucap Zeno sedih.

Faza seketika memegang pipi Zeno dengan kedua tangannya kemudian menciumnya dengan lembut.

"Kalau gue gak cinta sama lo, gak mungkin gue mau ciuman sama lo, gak mungkin gue mau ML sama lo, Zen."

Zeno memeluk Faza dengan erat. "Gue gak mau kehilangan lo, Za, gak mau," Zeno menangis dipelukan Faza.

Faza menenangkan Zeno, setelah tenang Faza turun dari mobilnya Zeno dan mobil itu pergi meninggalkan pelataran rumah Faza.

Saat Faza hendak masuk ke rumahnya, mobil lain berhenti tepat di depan rumah Faza. Faza memerhatikan mobil siapa itu lalu saat jendela mobil terbuka rupanya papahnya Zeno.

"Kita perlu bicara."

Faza mengerti kemudian ia masuk ke dalam mobil papahnya Zeno.

"Mau kemana?" tanya Faza.

"Kamu mau makan?"

"Tidak, saya sudah makan," ucap Faza.

"Atau kamu ingin pergi ke suatu tempat?"

Faza menggeleng, "tidak, to the point aja om."

"Mungkin kamu tahu apa yang akan saya ucapkan," katanya sambil terus menatap jalan.

"Tentang Zeno?"

"Ya," ayahnya diam sesaat, "saya lihat sekarang kamu semakin dekat dengan Zeno."

"Iya, karena kita teman satu kelas dan teman satu ekskul."

"Hanya itu?"

Faza diam.

"Mengapa kau selalu mendekati anak-anakku?"

"Maksud om?"

"Setelah Zeto tidak ada kini kamu mencoba mendekati Zeno?"

Faza diam.

"Kamu ingin merubah anak-anakku menjadi gay?"

Jleb

Perkataan ayahnya Zeno sungguh sangat menusuk hati Faza.

"Zeto dan Zeno dulu bukan gay, mereka tertarik dengan perempuan. Saya tahu karena saya orang tua mereka dan saya terkadang suka mengecek dari folder rahasia mereka tentang apa yang mereka tonton saat saya dan istri saya tidak ada. Tidak ada tanda-tanda mereka menyimpang. Dan saat kamu pindah ke sekolah Zeto semuanya mulai berubah. Kamu merubah orintasi seksual anak-anak saya!"

Faza masih diam tak berkata apa-apa.

"Kali ini saya memohon dengan sangat, jauhi Zeno. Sudah cukup kau mendapatkan Zeto dahulu. Saya ingin Zeno hidup normal, menikah, memiliki anak, meneruskan usahaku karena hanya tinggal dia harta yang kupunya saat ini. Dia tidak akan memiliki masa depan bila bersamamu."

GrappleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang