24

492 21 0
                                    

Mendekati hari perlombaan, teater latihan kian rutin bahkan sampai pulang jam delapan malam. Tangan Faza sudah sembuh total namun Zeno masih bersikeras agar ia tetap mengantarkan Faza dan Vika pulang pergi.

Pak Fauzi datang membawa camilan untuk murid-muridnya yang sedang latihan. Sebagian anggota yang tidak mendapatkan peran membantu dalam tata panggung, mereka semua membuat pernak pernik panggung semirip mungkin dengan yang ada di naskah agar bisa mendapatkan best setting panggung.

Faza memakan camilan yang pak Fauzi bawa dan duduk di bangku penonton. Tak lama Vika menghampiri. Vika sendiri mendapat peran yang tak begitu sentral namun vital. Ini kali pertama Vika dan Faza beradu acting, ia tak percaya Vika cukup pandai memerankan tokoh Leah yang merupakan pemeran pendukung protagonis. Sedangkan seperti biasa, Elena selalu menjadi pemeran utama wanitanya. Gadis itu meski sedikit centil namun ketika beradu acting kemampuannya tidak diragukan lagi, karena kecintaannya dalam dunia acting, Elena bahkan disama-samakan dengan Emma Watson yang jarang melakukan kesalahan ketika acting.

"SI Zeno keliatan banget gugupnya," ucap Vika.

Faza menghabiskan sisa camilan yang ia makan dan langsung minum. Ia menatap Zeno yang berdiri sambil memegang naskah. Faza menatap lekat Zeno kemudian berdiri dan berjalan menghampirinya.

"Ayo kita mulai adegan kita," ajak Faza.

Zeno menyimpan naskahnya disaku celana.

Zeno berdiri di samping Faza sambil bersila tangan.

"Greyson, lihat sekumpulan wanita itu. Mereka seperti para bidadari yang turun dari langit. Tak ada cacat. Mereka sangat cantik," ucap Faza.

"Tidak Max, aku tak membutuhkan mereka, dihatiku hanya terbaut nama satu, dan kau pun tah...

Faza melirik Zeno yang salah ucap.

"Sorry, kita ulangi lagi, ya?"

Faza menarik nafas dalam kemudian mengangguk.

"Greyson, lihat sekumpulan wanita itu. Mereka seperti para bidadari yang turun dari langit. Tak ada cacat. Mereka sangat cantik."

"Tidak Max, aku membubuhkan mereka, dihatiku hanya terpaut satu nama, dan aku pun tahu siapa gadis itu..... kan?"

Kembali Faza melirik Zeno.

"Sorry," ucapnya lagi sambil menggaruk kepalanya.

Faza kembali mengangguk.

"Greyson, lihat sekumpulan wanita itu. Mereka seperti para bidadari yang turun dari langit. Tak ada cacat. Mereka sangat cantik."

"Tidak Greyson, aku tak membutuhkan mereka, dihatiku hanya terpaut satu nama, dan kau Max pun tahu siapa gadis itu, kan?"

"Zen, fokus!"

Zeno menggaruk kepalanya lagi. "Gue minum dulu," ucapnya mengambil air minum botol.

Faza memerhatikan ketika Zeno hendak mengambil air minum tangannya benar-benar bergemetar dan botol itu jatuh.

Faza jongkok dan mengambilkannya untuk Zeno.

"Makasih," ucap Zeno.

"Lo jangan tegang gitu, relax aja."

Vika mendekat. "Iya Zen, lo jangan terlalu gugup dan demam panggung, kalau lo gugup nanti pikiran lo blank, lo kan pemeran utama dan sentral di drama ini."

Faza mengerutkan alis kepada Vika. Vika nampak tidak mengerti kemudian melirik Zeno yang rupanya semakin terlihat gugup.

"Coba sini," Faza menuruh Zeno mendekat kemudian ia mencubit lengannya dengan agak kencang sehingga Zeno kini berteriak.

GrappleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang