Happy reading♡
***
Azura bersama timnya kini sedang aktif membimbing anak-anak yang hadir, mengajari anak-anak menyanyikan lagu kebangsaan sebagai pengenalan awal. Dilanjutkan dengan perkenalan hobi antar guru dan anak didik. Kemudian memberikan pengetahuan dasar literasi atau membaca.
20 orang anak-anak yang hadir itu rupanya sudah mengenal huruf-huruf dasar, berkat ketekunan Bu Leni mengajari mereka. Namun, kemampuan membaca mereka masih perlu ditingkatkan lagi. Tentu saja Azura bersama timnya akan berusaha semaksimal mungkin akan hal itu.
Waktu menunjukkan pukul 10.15 menit. Anak-anak itu mulai bersiap-siap untuk kembali ke rumah. Mimik wajah mereka terlihat ceria sejak pembelajaran di mulai tadi. Mereka sangat menikmati cara belajar kali itu.
"Besok datang lagi, kan?" Tanya Azura.
"Iya, Bu Guru." Jawab mereka serempak penuh semangat.
Azura tersenyum. Pertemuan awal mereka rupanya sangat dinikmati oleh anak-anak yang menjadi didikannya kini.
"Jangan lupa pekerjaan rumahnya dikerjakan, ya. Yang tugasnya benar Ibu kasih hadiah. Mau?"
"Mau Bu Guru!" Jawab mereka lagi, kali ini lebih semangat kemudian mereka melonjak kegirangan.
Melihat hal itu, Azura ikut merasakan kebahagian melihat anak didiknya sedang berbahagia. Membuat semangat gadis itu semakin berkobar.
Mereka berjalan bersama-sama menuju pemukiman warga. Perjalanan kali itu sangatlah ramai dengan suara celoteh anak-anak. Beberapa dari mereka berebutan untuk berjalan di samping Azura maupun rekan-rekan timnya. Hingga pada akhirnya mereka tiba di pemukiman warga.
Anak-anak didiknya kini menuju rumah masing-masing. Tinggalah Azura bersama rekan tim PPLnya dan juga anggota militer yang menemani mereka.
"Lihat, di sana ada anak-anak lain yang sedang bermain." Ucap Naya ketika netranya tertuju pada anak-anak yang sedang bermain di lahan kosong.
Mereka hendak berkenalan dan berbincang-bincang dengan anak-anak itu, kemudian mengajak belajar bersama di sekolah esok hari.
"Kita samperin apa gimana?" Tanya Naya.
"Kalian aja yang nyamperin mereka. Aku mau ke rumah itu dulu." Tunjuk Azura pada rumah yang tak jauh dari tempat mereka berpijak. Rumah milik salah satu anak didiknya tadi.
"Biar saya temani." Ucap Randi.
"Tidak perlu. Dekat kok." Tolak Azura lembut. "Aku mau menemui orang tua anak-anak tadi. Mau cari informasi lagi mengenai pendidikan di sini."
"Nggak mau ditemani?" Tanya Naya.
"Nggak perlu, Nay. Aku sendiri aja. Kalau perginya ramai-ramai takutnya mereka tidak nyaman."
"Ya, udah. Hati-hati."
"Iya, Nay. Aku pergi dulu." Pamit Azura kemudian melangkah menuju rumah yang ia tunjuk tadi.
Jarak antar rumah dengan rumah yang lain tidak terlalu di dekat. Ada lahan kosong yang menjadi penyekat di tiap-tiap samping rumah.
Ketika akan sampai di rumah yang ia tuju, entah dari mana asal datangnya seorang perempuan yang kini telah berada di hadapannya. Membuatnya sedikit terkejut. Rupanya ia terlalu fokus mengamati rumah-rumah itu, membuatnya tidak fokus akan kedatangan perempuan berusia sekitar 40an tahun.
"Nak, tolonglah saya." Ucap perempuan itu sembari memohon pada Azura.
"Minta tolong apa, Bu?"
"Anak saya. Anak saya." Lirih perempuan itu dengan tatapan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cahaya Sandyakala
General FictionSetulus cahaya sandyakala yang menghiasi angkasa, begitupula cinta yang kumiliki. Menghiasi hidupmu hingga batas waktu yang ditentukan Tuhan. "Aku kembali dengan selamat, sesuai janjiku." -Dewandra Abdi Yudhistira