Happy reading♡
***
Antrian di depan kamar mandi kini sudah memanjang bagai semut berjalan beriringan. Sementara sang mentari belum menampakkan sinarnya. Azura dan Naya berada dalam antrian panjang itu.
Azura mengalihkan pandangannya ke area kamp militer. Beberapa anggota terlihat sedang olahraga di tengah lapangan, lainnya sedang duduk sambil meminum kopi hangat. Sementara di lain tempat, beberapa anggota terlihat sedang duduk sambil berbincang-bincang. Ada juga yang sedang menjemur pakaian semua para anggota militer. Aktivitas menjemur ratusan pakaian itu mereka lakukan secara bergilir, tidak terbeban pada satu orang saja.
Sebentar lagi mereka akan lari pagi melintasi kamp relawan sampai depan rumah sakit, kemudian balik lagi ke kamp militer hingga beberapa kali putaran.
Usai mandi, kini Azura dan Naya telah siap berangkat menuju sekolah. Mereka mengenakan pakaian bebas rapih dilengkapi jas almamater kebanggaan mereka. Menggunakan sepatu sneakers warna putih. Tak lupa Azura memasukkan beberapa coklat ke dalam tas sebagai hadiah untuk anak-anak didiknya.
Setelah semuanya siap, mereka membuka pintu lantas melangkah ke luar. Namun langkah itu tak dapat di lanjutkan karena dari arah rumah sakit, para anggota militer sedang lari pagi menuju kamp militer. Rupanya mereka sudah menyelesaikan 1 putaran.
Setelah netranya tertuju pada Dewa, ia terkejut melihat pria itu. Sepengetahuannya, Dewa masih berada di dalam hutan. Lantas, kapan ia kembali? Namun Azura merasa lega karena pemuda itu kembali dengan selamat. Tanpa sadar, ia tersenyum hangat dan menatap Dewa dari kejauhan.
Azura menoleh sebentar pada sahabatnya yang kini terlihat seperti terhipnotis dengan pemandangan pagi itu. Pasalnya, para anggota militer itu mengenakan sepatu pdl hitam, celana loreng dan hanya bertelanjang dada. Berbeda dengan Naya, Azura kini sibuk mengalihkan pandangannya ke segala arah menghindari penampilan para anggota militer itu.
Pada akhirnya, para anggota militer itu kini telah melewati mereka dan telah menuju lapangan di tengah kamp militer. Dewa sengaja berhenti di depan Azura, menatap gadis itu lantas menyapa penuh kehangatan.
"Aku kembali dengan selamat, sesuai janjiku." Ucapnya.
Azura tersenyum. Tatapan mata mereka bertemu dan bertahan dalam beberapa detik. Seolah tak ada bosan-bosannya saling memandangi satu sama lain. Hingga pada akhirnya Azura merasa salah tingkah lagi ditatap Dewa. Gadis itu memilih menatap sepatunya sambil berusaha menyembunyikan senyumnya. Dewa dibuat gemas karena ulah gadis di hadapannya kini.
"Kamu sudah mau berangkat bertugas?" Tanya Dewa kemudian.
"Iya. Aku berangkat sekarang, ya."
"Jangan."
"Kenapa?"
"Kalian harus di kawal."
"Nggak, per..."
"Jangan membantah." Ucap Dewa lembut. "Tunggu di sini. Aku akan segera kembali." Usai mengatakan hal itu Dewa segera berlari menuju kamp militer.
Seperginya Dewa, Azura menoleh pada Naya. Rupanya gadis itu belum melepas pandangannya dari para tentara yang sedang berlari-lari kecil mengitari lapangan. Matanya tak berkedip seolah terhipnotis dengan bentuk tubuh yang di suguhkan oleh para tentara tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cahaya Sandyakala
General FictionSetulus cahaya sandyakala yang menghiasi angkasa, begitupula cinta yang kumiliki. Menghiasi hidupmu hingga batas waktu yang ditentukan Tuhan. "Aku kembali dengan selamat, sesuai janjiku." -Dewandra Abdi Yudhistira