Rupanya rumah tersebut tidak memiliki ruangan seperti kamar, dapur, ataupun kamar mandi. Begitu pintu rumah dibuka langsung disuguhkan sebuah tempat tidur yang terletak di pojok ruangan. 1 buah lemari kayu dan meja yang juga terbuat dari kayu, dua buah bantal dan satu guling yang tidak terbungkus. Tak hanya itu, sudah di sediakan pula 1 buah loyang kecil dan ember untuk dibawa mandi ke sumur nanti.
Kedua sahabat itu mulai merapikan pakaian mereka, memasukkannya di dalam lemari kayu, menata buku-buku di atas meja dengan rapih.
Mereka harus dan wajib untuk menjaga penataan ruangan kecil itu agar tetap terlihat rapih.
Azura duduk di tempat tidur setelah selesai membenahi barang-barangnya. Tempat tidur itu tidak ada kasur sama sekali. Benar-benar kayu permukaannya.
"Nay." Panggil Azura.
Naya yang baru saja merapikan buku-bukunya di atas meja pun menoleh.
"Kamu ada bawa kasur nggak?" Tanya Azura.
"Ada dong. Aku udah mempersiapkan semuanya karena aku udah punya firasat kalau kita bakalan tinggal ditempat yang seperti ini." Ujar Naya kemudian meletakkan kasur yang ia bawa dari rumah ke atas tempat tidur.
Kasurnya tidak tebal. Tetapi setidaknya dapat memberikan sedikit kenyamaanan saat mereka tidur nanti.
"Widiiihhh, mantap bener sahabat aku ini." Puji Azura.
Ah, sepertinya Azura perlu mempertimbangkan niatnya waktu itu untuk menjual Naya. Seperti Nu'aiman saja.
"Pantesan barang-barangmu banyak."
"Iya, dong. Supaya kita nyaman di sini. Udah ayo rapihin." Ucap Naya disusul dengan perintah yang ia lontarkan.
Mereka menggelar kasur kecil itu di atas tempat tidur kayu. Kemudian memberi seprei tipis berwarna pink polos.
"Sepertinya aku bawa sesuatu." Ujar Azura kemudian menuju lemari, mencari-cari sesuatu di sana.
"Nah, ketemu." Azura segera kembali ke tempat tidur membawa sarung bantal. Lantas membungkus bantal-bantal yang tersedia dengan sarung bantal warna kuning polos.
"Benar-benar saling melengkapi ya kita." Ujar Naya terkekeh pelan.
Ya, mereka saling melengkapi. Naya membawa seprei, Azura membawa sarung bantal. Padahal, sebelumnya tidak ada komunikasi apapun di antara mereka untuk mempersiapkan seprei maupun sarung bantal.
Usai berbenah, Naya sudah tepar di atas tempat tidur. Sungguh begitu melelahkan melakukan perjalanan panjang yang dilanjutkan berbenah. Sementara Azura, ia memutuskan untuk berkeliling lokasi tersebut, melihat-lihat bagaimana aktivitas di tempat itu.
Ia menghampiri beberapa relawan kesehatan yang baru saja kembali dari rumah sakit serta yang baru saja selesai memberikan penyuluhan kesehatan menuju rumah tempat tinggal mereka. Memperkenalkan diri dan berusaha untuk beradaptasi di lingkungan yang baru.
"Dapur umum di sini hanya berupa tenda yang sudah dibangun sama tentara-tentara itu. Dapur itu dibangun dari tenda pleton milik mereka. Baik banget ya mereka sudah meminjamkan tenda buat kita." Ucap Cici, seorang relawan kesehatan yang baru saja kembali memberi penyuluhan kesehatan kepada warga Pulau Lingan.
Cici menemani Azura untuk melihat-lihat keadaan sekitar termasuk dapur yang ia jelaskan tadi. Tak jarang mereka sering berpapasan dengan beberapa warga, anggota militer, maupun relawan dan dokter. Tetapi, Cici tidak dapat menemani Azura untuk berkeliling lebih lama lagi. Ia di susul oleh relawan lainnya untuk segera menuju rumah sakit karena ada keperluan mendesak.
"Kita ketemu malam nanti, ya Ra. Maaf nggak bisa nemenin lama-lama."
"Iya nggak apa-apa. Semangat dan selamat bertugas." Azura memberi semangat pada rekan barunya itu.
Seperginya Cici, Azura mengamati keadaan sekitar. Sunyi. Sepertinya orang-orang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi, dimana rekan-rekan timnya? Mereka sama sekali belum menampakkan diri setelah memilih rumah yang akan mereka tinggali.
"Mungkin sedang istirahat di dalam rumah." Pikirnya.
Gadis itu kini melangkah menuju sumur gali yang berada di ujung kamp. Ia mencuci muka di sana. Airnya benar-benar dingin membuat pikiran dan perasaannya kembali rileks.
"Segar banget." Gumamnya masih terus membasuh wajahnya dengan air yang ia ambil dengan ember menggunakan katrol sumur.
"Air di sini memang dingin dan sangat segar." Ucap seseorang yang kini berdiri tepat di hadapan Azura. Orang tersebut sedang menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi yang terbuat dari papan.
***
_____________________
Terima kasih masih setia membaca sampai bab ini. Semoga suka ya...
Next>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cahaya Sandyakala
Ficción GeneralSetulus cahaya sandyakala yang menghiasi angkasa, begitupula cinta yang kumiliki. Menghiasi hidupmu hingga batas waktu yang ditentukan Tuhan. "Aku kembali dengan selamat, sesuai janjiku." -Dewandra Abdi Yudhistira