Vote ya sayang-sayang akoh<3
.
Happy Reading!
.
🍁🍁🍁"Gimana keadaanmu?" Tanya Randi begitu menyadari Dewa kini jatuh tersungkur di sampingnya.
"Nggak apa-apa." Jawab Dewa sembari berusaha berdiri.
Siang itu, aksi tembak-tembakkan sudah terjadi sejak dua puluh menit yang lalu. Para penjahat yang menyamar sebagai nelayan melancarkan serangan ke arah anggota TNI setelah kamuflase mereka terkuak.
Dua hari yang lalu, Dewa, Randi, serta tiga prajurit lainnya bergabung dengan Marinir maju di barisan paling depan setelah mencurigai pergerakan di depan.
Dua hari yang lalu, pun Dewa berani mengambil risiko menyamar sebagai warga untuk mencari tau strategi dan informasi mengenai komplotan itu. Ia menampakkan diri dan hanya seorang diri menaiki perahu seolah-olah sedang bersiap-siap untuk mencari ikan.
Dengan gagahnya dan tanpa rasa takut, pemuda itu melintasi dua kapal kecil milik komplotan penjahat.
Komplotan penjahat mengamati Dewa nyaris tidak berkedip, sementara Dewa sibuk dengan ember dan jala.
Penyamaran Dewa hanya bertahan dua hari, tepat siang ini rupanya tingkat kewaspadaan komplotan itu tidak dapat diremehkan. Mereka menghadang perahu Dewa dan berhasil menangkap Dewa.
"Siapa kau? Sudah dua hari bolak-balik di sini." Tanya salah seorang dari mereka.
"Sa...saya warga sini, pak. Tolong lepaskan saya." Ucap Dewa berakting.
Orang itu tersenyum sinis. "Jangan harap saya akan melepaskan kamu. Seekor lalatpun tidak akan kami lepas saat melintas di hadapan kami, apalagi kamu yang hanya seorang anak kecil. Kami sudah mengawasimu dari kemarin." Ujar Pria berusia sekitar 40 tahun yang berperut buncit.
"Tapi, bos. Orang ini kayaknya bukan anak ingusan." Ucap pria paruh baya berjenggot.
"Hahaha, tau dari mana? Badannya aja yang gede, tapi nyalinya ciut."
Rupanya Dewa benar-benar ahli dalam bidang penyamaran. Lihat saja, para penjahat itu sama sekali tidak mengenali penampilan dan bentuk tubuhnya. Pemuda itu tersenyum getir meski kedua tangannya telah terikat.
Pria paruh bayah berjenggot menghampiri orang yang di panggilnya bos. "Sepertinya dia bukan anak kecil, bos. Tangannya kekar begitu." Bisik Pria berjenggot.
Pria berperut buncit itu terdiam sejenak, lantas membisikkan sesuatu pada rekannya. "Tahan dia. Dia harus jadi tahanan kita."
"Baik, bos." Ucap pria berjenggot.
Namun, entah dari mana asalnya, anggota marinir berhasil membawa kabur Dewa. Hal itu membuat para komplotan penjahat itu menjadi geram, dan tanpa pikir panjang melepaskan pelatuk senjata ke segala arah.
Peluru-peluru beterbangan membabi-buta ke segala arah, tepatnya ke arah persembunyian para anggota militer. Peluru-peluru acak itu nyaris mengenai lengan kanan Dewa, sehingga membuat Dewa tersungkur saat menghindari peluru acak itu.
"Jangan ada yang terluka." Pinta Dewa melalui alat komunikasi yang terhubung dengan pasukannya yang ada di dalam hutan.
"Siap, komandan." Sahut salah seorang pasukannya melalui alat komunikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cahaya Sandyakala
Fiksi UmumSetulus cahaya sandyakala yang menghiasi angkasa, begitupula cinta yang kumiliki. Menghiasi hidupmu hingga batas waktu yang ditentukan Tuhan. "Aku kembali dengan selamat, sesuai janjiku." -Dewandra Abdi Yudhistira