32 : Jauzan Sakit

1.2K 138 9
                                    

Happy Reading!

••••

"Mulai hari ini, gue bakalan berguru bersama suhu."

"Gue ikut, gue ikut!"

"Lho, bukannya lo udah punya pacar ya Kas?" tanya Meldi saat mendengar Lukas ikut berseru dengan keras. Seingatnya kan, pacar Lukas itu bernama Indri, salah satu karyawan di kantornya.

Raut wajah Lukas berubah murung. "Gue udah putus kemarin," jawabnya.

"Kok bisa?" Hendrik yang penasaran ikut bertanya. Selain Meldi, Hendrik dan Arjuna juga tahu siapa pacar Lukas.

"Indri di jodohin sama orang tuanya, dan dia gak bisa nolak," jelas Lukas. "Dan parahnya, yang dijodohin sama dia itu cinta pertamanya," lanjutnya dengan raut nelangsa.

"Cup, cup." Harsa dengan sigap langsung memeluk Lukas, tak lupa mengusap punggungnya bermaksud menenangkan. "Rasain," lanjutnya mengejek disertai senyuman culasnya.

"Anj---, gue kira lo bakalan nenangin gue dengan kata-kata bijak," ucap Lukas melepaskan pelukan Harsa yang malah semakin mengerat.

"Seharusnya, lo jangan terlalu berharap sama ini bocil satu," sahut Doni.

"Mata Abang siwer ya? Orang segede gue lo katain bocil." Harsa melepaskan pelukannya, dan menatap Doni sebal. "Gue udah gede, udah punya perut kotak-kotak, udah macho dan ganteng pokoknya."

"Tapi sayang banget, gak punya pacar, lo jomblo berarti," timpal Arjuna membuat Harsa memajukan bibirnya. Ingin menyangkal pun, itu memang sebuah kebenaran. Jadi, Harsa terima saja dengan hati yang sedikit tak ikhlas.

"Emang, Abang punya?" tanya Harsa pada Arjuna.

"Punya dong," jawab Arjuna.

"Kok bisa?" pekik Harsa tak terima.

"Ya bisa, orang gue ganteng," jawab Arjuna tertular virus percaya diri Doni.

"Lo berdua, jadi gak sih berguru sama gue?" tanya Doni memotong pembicaraan Arjuna dan Harsa.

"Jadi," jawab Harsa dan Lukas serempak.

"Jadi gi---"

"Eh, stop dulu. Kak Rendi nelepon gue." Harsa memotong ucapan Doni.

"Halo Kak, kenapa?"

"..."

"Hah? Kok bisa?"

"..."

"Dibawa ke rumah sakit mana?"

"..."

"Oke, gue sama Kak Meldi langsung kesana."

Tut
Tut

"Kenapa Sa? Kok muka lo jadi panik gitu?" tanya Doni saat menangkap gelagat dari sepupunya.

"Si Uzan masuk rumah sakit," jawab Harsa sedikit panik. "Gue ke toilet dulu, nyamperin Kak Meldi."

"Kenapa Dek?" tanya Meldi sekembalinya dari toilet dan melihat Harsa yang panik.

"Jauzan masuk rumah sakit." Itu, bukan Harsa yang menjawab, melainkan Doni.

"Ayo Kak! Kita ke rumah sakit!" Harsa menarik tangan Meldi dengan tergesa-gesa. Dirinya sampai melupakan ponselnya yang ia simpan diatas meja, ia juga tak berpamitan pada ketiga sahabat kakaknya saking paniknya.

Beruntungnya, ketiganya mengerti. Dan untuk ponsel pun, Doni yang bawa.

"Gue duluan!" pamit Doni pada ketiga pemuda dihadapannya.

"Tenang, jangan panik!" ucap Meldi mencoba menenangkan sang adik. Saat ini keduanya berada di mobil yang sama, menuju rumah sakit tempat dimana Jauzan di rawat.

"Gimana bisa tenang, kembaran gue masuk rumah sakit," balas Harsa. "Pantesan, dari tadi perasaan gue gak enak."

"Iya, gue ngerti kok gimana perasaan lo. Tapi, lo harus tenang!"

Mencoba mengikuti saran Meldi, Harsa berusaha tenang. Dalam hatinya terus merapalkan doa untuk Jauzan.

•••

"Kak!" panggil Harsa saat melihat Rendi yang sepertinya baru saja dari kantin rumah sakit.

Rendi menghentikan langkahnya. Ia, membalikkan tubuhnya. "Dek! Mana Kak Meldi?" tanyanya saat tak melihat adanya Meldi.

"Di parkiran," jawab Harsa.

"Kak, si Uzan kok bisa masuk rumah sakit? Dia kenapa? Keadaannya gimana?" lanjutnya bertanya dengan beruntun.

"Kata Cakra, Jauzan pas nyampe rumah badannya mengigil, pas di cek suhunya tinggi, ternyata demam. Terus, karena panik, pas lihat Jauzan pingsan. Juju sama Cakra langsung bawa Jauzan ke sini," jelas Rendi.

"Jadi, Uzan demam?" Rendi mengangguk.

Harsa yang melihat balasan Rendi langsung menghela napas lega.

"Gimana Jauzan?" tanya Meldi saat sudah berada di dekat kedua adiknya.

Rendi lantas menjelaskan apa yang terjadi pada Jauzan, dengan penjelasan yang sama.

"Tapi, sekarang gimana?"

"Alhamdulillah, sekarang udah sadar. Dia lagi makan bubur di ruangannya."

"Terus, kapan pulangnya."

"Kata dokter, kalau cairan infusnya udah habis, boleh pulang."

•••

"Ya Allah, Uzan. Lo gak papa kan?" tanya Harsa seraya mengguncang bahu Jauzan dengan tidak santai.

"Biasa aja dong, pusing nih gue," ucap Jauzan menepis kedua tangan Harsa.

"Tapi, selain pusing, panas dan lemes. Lo gak ngerasa sakit apa-apa kan?"

"Enggak, gue cuma demam biasa."

"Syukur kalau gitu," ucap Harsa seraya memeluk Jauzan. Sumpah, dirinya lega sekali setelah melihat langsung keadaaan kembarannya.

"Bang! Lo habis darimana sih?" tanya Juju. "Pas kita sampai rumah, gak ada siapa-siapa."

"Seharian ini, gue habis jalan-jalan sama Bang Doni."

"Terus, Bang Doni-nya sekarang dimana?"

"Ya ampun, gue lupa. Hp gue gak kebawa di kafe tadi Kak," lapor Harsa kembali panik pada Meldi yang sudah ikut bergabung dengan Cakra, Juan, Rendi dan Juju menduduki sofa yang tersedia di ruangan Jauzan.

"Ini, gue bawain!" Tiba-tiba saja Doni membuka pintu ruangan Jauzan, dan menyodorkan ponsel di genggamannya pada Harsa.

Raut wajah Harsa menjadi tenang, ia menerima sodoran ponsel tersebut. "Makasih Bang, maaf gue ninggalin lo tadi."

"It's okey, gue ngerti kalau lo lagi hectic tadi," balas Doni. "Gimana keadaan lo Zan?" lanjutnya bertanya mengenai keadaan Jauzan.

"Gue baik-baik aja kok Bang, cuma demam aja," jawab Jauzan.

"Syukurlah."

••••

TBC

[27/12/2023]

Our Home 2 [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang