15 : Kecurigaan

1K 144 12
                                    

Happy Reading!

••••

"Gak malmingan lo?" tanya Juan kepada Juju yang saat ini sedang berdiri di sebelahnya, sedang memperhatikan Harsa, Rendi dan Cakra yang sedang memesan bubur kacang hijau di dekat pagar rumah.

"Enggak Bang, si doi lagi gak bisa diajak malmingan dulu," jawab Juju sembari duduk di teras depan rumahnya, disana ada juga Meldi dan Jauzan yang fokus dengan ponsel masing-masing.

"Tumben," celetuk Jauzan. "Biasanya lo gak pernah absen tuh malmingan semenjak punya pacar."

"Iya." Juan menyetujui celetukan adik keduanya. "Tapi, gue inget-inget lagi rada aneh juga sih, udah hampir tiga Minggu lo gak pernah malmingan lagi. Kenapa lo? Lagi bertengkar sama si Inara?"

Juju lantas menggelengkan. "Nggak, dan jangan sampai juga," jawabnya.

"Terus kenapa? Udah tiga Minggu ini lo gak pernah jalan bareng si Inara?" tanya Jauzan.

"Dia sibuk, katanya nyusun skripsi," jelas Juju. Ia berdiri dan berjalan mendekati ketiga kakaknya yang masih berada di penjual bubur kacang hijau.

"Hah?" gumam Jauzan. "Perasaan kita lulus masih lama deh," lanjutnya pada diri sendiri. Namun tak ingin terlalu dipikirkan, Jauzan memilih kembali menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Tahu gak sih kalian? Gue kemarin lihat si Inara sama cowok, dia kelihatan mesra banget," jelas Juan memberi tahu kedua saudaranya dengan suara pelan, takut terdengar oleh Juju.

"Masa sih?" tanya Meldi. "Lo ada buktinya gak?"

"Ada, bentar gue cari." Juan mengutak-atik ponselnya, tak lama ia memperlihatkan sebuah foto pada Meldi. Jauzan yang penasaran mendekatkan diri pada si kakak, berniat melihat bukti yang dimaksud Juan.

"Itu sih saudaranya Inara, kemarin, waktu ke mall sama si Harsa dan Cakra. Gue lihat itu cowok bareng sama si Inara, disana juga ada si Juju."

"Tapi, kalian ngerasa aneh gak sih?" tanya Juan menatap kedua saudaranya bergantian.

"Aneh kenapa?"

"Itu saudara si Inara, tapi mukanya gak ada mirip-miripnya sama si Inara," jelas Juan mengeluarkan keanehan yang mengganggu pikirannya. Sejak tadi siang, saat ia melihat Inara dan lelaki tersebut.

"Saudara sepupu mungkin," balas Meldi mencoba berpikir positif.

Baik Juan maupun Jauzan, keduanya menganggukkan kepalanya mendengar balasan Meldi.

•••

Minggu pagi, Harsa, Jauzan, Cakra dan Meldi berencana untuk melakukan olahraga pagi, dengan berjalan santai memutari komplek perumahan. Keempatnya sudah bersiap dengan pakaian olahraga mereka, hanya celana pendek selutut dipadukan dengan kaos, itu untuk Cakra, Harsa dan Meldi. Sedangkan Jauzan mengenakan celana training dipadukan dengan jaket berwarna senada dengan celana.

"Beneran gak mau ikut lo?" tanya Cakra pada sang kembaran yang sedang merebahkan tubuhnya di sofa.

Juju menggelengkan kepala. "Nggak deh, gue masih ngantuk, mau lanjutin tidur."

"Yaudah." Cakra melenggang pergi keluar rumah, menghampiri Meldi dan Jauzan yang memang sedang menunggu dirinya dan Harsa.

"Harsa mana?" tanya Meldi.

"Bentar dulu katanya Kak, kebelet boker," jawab Cakra mulai mengenakan sepatu olahraganya.

"Kebiasaan," gumam Jauzan.

Lima belas menit, Meldi, Jauzan dan Cakra habiskan untuk menunggu Harsa yang sedang menuntaskan hajatnya itu.

"Bang, buruan! Keburu siang!" pekik Cakra setelah melihat jam di pergelangan tangannya, sudah pukul setengah tujuh.

"Sabar," sahut Harsa yang baru saja muncul dari dalam.

"Lo boker atau tidur sih di kamar mandi? Lama banget? Kita udah hampir lumutan nih nungguin lo," jelas Jauzan kesal sendiri dengan sang kembaran.

"Hehe, Sorry, gue mules," jawab Harsa cengengesan seraya menepuk perutnya dua kali.

"Habis makan apa emang? Kok bisa mules?" tanya Meldi menatap Harsa heran.

Padangan Harsa langsung beralih pada Jauzan, ia menatap sang kembaran dengan tajam. "Gara-gara dia tuh, kemarin gue di kasih nasi goreng pakai cabe, cabenya sampai tiga puluh. Eh, hari ini kerasa sakit perutnya."

Bukannya merasa bersalah, Jauzan malah terkekeh mendengar penjelasan dari Harsa. "Salah sendiri, nyuruh-nyuruh gue," balasnya tak mau kalah dan tak mau disalahkan.

Plak!

"Ye, ibab lo!" Karena kesal, Harsa menggaplok bahu Jauzan dengan kencang. Menimbulkan ringisan dari belah bibir Jauzan

"Kita, jadi olahraga pagi gak sih?" tanya Cakra menatap Jauzan dan Harsa jengah.

"Jadilah, yuk berangkat!" Harsa merangkul bahu Cakra sebelum mulai melangkahkan kaki meninggalkan pekarangan rumah, diikuti Meldi dan Jauzan dibelakangnya.

•••

"Anjir!" pekik Harsa saat melihat sesuatu yang membuat dirinya membelalakkan mata.

"Kenapa?" tanya Meldi merasa kebingungan dengan pekikan tiba-tiba Harsa.

"Lihat tuh!" Jari telunjuk Harsa mengarah pada sesuatu yang membuat dirinya memekik.

"Kak Inara?" tanya Cakra saat yang dirinya lihat adalah pacar dari kembarannya yang sedang berpelukan dengan seorang lelaki di tengah-tengah ramainya taman pagi ini. "Itu, cowok yang waktu itu di kafe yang ada di mall kan?" lanjutnya bertanya pada Jauzan dan Harsa.

"Iya," jawab Jauzan membenarkan.

"Mereka beneran saudara?" Kali ini, Meldi yang tadinya berpikiran positif sejak semalam tentang Inara langsung berubah saat melihat pemandangan yang tak jauh dari keempatnya. "Kok, kayak pacaran," lanjutnya dengan suara berubah pelan.

"Anjir, anjir, di cium keningnya," ucap Harsa heboh sendiri.

"Fiks, ini mah, si cowok itu tuh bukan saudara si Inara. Tapi, pacarnya," lanjutnya.

"Kalau itu cowok pacarnya Kak Inara, kembaran gue siapa dong? Selingkuhannya?" tanya Cakra pada ketiga saudaranya. "Atau, dia yang diselingkuhin sama Kak Inara?"

"Wah, gak bisa gue biarin!" Saat Cakra akan mendekati Inara dan si cowok. Meldi menahan tangan sang adik.

"Jangan sekarang! Kita tunggu dulu, atau kita kesana pelan-pelan, sembunyi-sembunyi. Sambil dengerin obrolan mereka," usul Meldi diberi anggukan oleh Harsa, Jauzan dan Cakra

••••

TBC

Inara selingkuh?

[08/10/2023]

Our Home 2 [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang