28 : Sisi Lain Harsa

1.3K 160 7
                                    

Happy Reading!

••••

"Yuk, Bang kita bayar!"

Doni yang sedang fokus dengan ponselnya langsung mengangguk dan berseru, "Yuk!"

Ia mendongak, dan detik itu juga matanya harus dibuat terbelalak dengan apa yang ada di hadapannya.

"Lo yang bayarin kan Bang?" tanya Harsa disertai senyuman lebarnya, sembari kedua tangannya mengangkat dua keranjang belanjaan yang isinya sudah penuh dengan berbagai jenis makanan ringan.

Seakan tersadar dari keterkejutannya, Doni berdecak seraya menatap sang adik sepupu dengan malas. "Ada niatan mau buat uang gue habis ya lo?" tanyanya sedikit sensi.

Harsa langsung menggeleng heboh. "Iya, itu lo tahu Bang!" jawabnya, lain di gerakan lain di jawaban, bertolak belakang.

"Cih, untung gue kaya tujuh turunan, tujuh tanjakan," ucap Doni menghibur diri.

"Iya tahu, yang uangnya gak bakalan habis-habis," sahut Harsa sebal. "Tapi, lo jatuhnya kayak lagi flexing tahu Bang."

"Tapi, lo ngapain beli minyak sama gula?" tanya Doni saat melihat kemasan minyak dan gula yang terselip diantara banyaknya makanan ringan tersebut. Tak hanya itu, jika diteliti lagi terdapat beras berukuran kecil, sekardus kecil teh, satu kaleng susu kental manis dan beberapa mie instan.

"Gak usah kepo deh Bang! Abang cukup bayar aja belanjaan gue," balas Harsa santai.

"Halah, kesel banget gue denger balasan lo!" ucap Doni seraya berjalan ke area kasir, diikuti oleh Harsa yang hanya bisa cengengesan merasa puas sudah membuat Doni kesal.

Lima menit kemudian, karena tidak ada antrian dibagian kasir, belanjaan keduanya pun sudah dimasukkan kedalam kantong belanja dan keduanya sedang melakukan pembayaran.

"Gue keluar duluan Bang!" ucap Harsa membawa dua kantong ditangannya meninggalkan Doni yang sedang memasukkan pin kartunya.

"Dasar Adek sepupu gak tahu diri, udah dibayarin malah keluar duluan," gerutu Doni saat sudah berada di luar minimarket. "Untung gue sayang, kalau enggak, udah gue buang ke segitiga bermuda," lanjutnya.

"Lah, kok gak ada di mobil?" tanya Doni pada diri sendiri saat tak melihat adanya Harsa di dalam mobilnya.

Saat akan melangkahkan kakinya untuk mencari Harsa, Doni dibuat tertegun dengan apa sedang dilakukan Harsa. Nampak Harsa sedang membagikan beberapa snack kepada beberapa anak jalanan yang sedang beristirahat di trotoar jalan yang tak jauh dari minimarket.

Tak beberapa lama, dilihatnya Harsa sedikit berbincang hangat dengan anak kecil yang dirinya hitung ternyata berjumlah delapan orang.

Selepas itu Harsa beralih. Netra Doni mengikuti kemana arah Harsa melangkah. Kali ini, dilihatnya seorang kakek tua yang sedang beristirahat dekat sebuah gerobak lusuh sembari meminum air yang dapat Doni lihat tersisa setengah. Dan kakek tersebut menjadi tujuan Harsa.

Harsa terlihat menyapa kakek tersebut, lalu mencium punggung tangan ringkih itu, setelahnya Harsa memberikan satu kantong belanjaannya yang diterima kakek tersebut dengan senyum lebar, terlihat sekali gelagat bahagia dari si kakek.

Tanpa sadar, Doni tersenyum kecil. Ia sekarang tahu tujuan Harsa membeli minyak dan segala perintilannya saat di minimarket tadi.

Ini yang ia suka dari Harsa, walaupun sering berbuat jahil dan membuat orang di sekitarnya kadang merasa kesal dengan kelakuannya. Namun, jiwa kemanusiaannya yang tinggi patut diacungi jempol.

Dan Doni mengakui, ia kalah telak dalam melakukan kegiatan yang saat ini sedang dilakukan Harsa. Memberi kepada sesama yang membutuhkan.

Sisi lain dari Harsa ini adalah salah satu dari beberapa yang membuat saudara-saudaranya merasa bangga memiliki saudara seperti Harsa.

Saking asiknya dengan pikirannya, Ia sampai tidak menyadari jika Harsa sudah masuk ke dalam mobil. Dan saat ini sedang dibuat bingung melihat Doni yang melamun di dekat pintu.

"Woy, Bang! Kenapa lo?" tanya Harsa keras membuat Doni tersadar. "Buruan masuk, takut kesorean kita ke mall-nya."

Doni mengusap dada sabar, sembari memasuki mobil. "Huh, baru juga gue dibuat terkesan sama kelakuan dia, sekarang udah kembali ke setelan awal aja," gumamnya yang hanya di dengar oleh dirinya sendiri.

"Lo kenapa malah ngelamun disana Bang? Kalau kesambet setan gimana? Gue gak bisa nolongin lo ya, paling-paling gue bacain Al-Fatihah sama surat pendek aja," ucap Harsa beruntun namun dengan nada santai.

"Kesambet setan gundulmu," sahut Doni menggeplak kepala Harsa sedikit kencang, sehingga menimbulkan sebuah ringisan.

"Sakit atuh Bang." Harsa mengusap-usap bekas geplakan sang Abang sepupu.

"Rasain."

•••

"Kita mau kemana dulu nih Bang?" tanya Harsa sesaat setelah mereka tiba di mall yang keduanya tuju.

Doni yang ditanyai, langsung menoleh kanan-kiri, mencari store yang sekiranya ingin dirinya kunjungi. "Gue pengen beli sepatu dulu sih," jawab Doni.

"Yaudah, kita kesana dulu!"

Doni mengangguk, ia berjalan beriringan dengan Harsa menuju store sepatu andalannya yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk.

"Gue boleh ngambil kan Bang?" tanya Harsa sesampainya mereka di tempat tujuan.

"Ambil aja," jawab Doni mulai fokus mencari sepatu yang sekiranya cocok untuk dirinya.

"Wuih, suka nih gue sama jawaban Abang!" seru Harsa sembari berjalan kearah kanan, mencari sepatu incarannya.

"Iyalah suka, orang gratisan," gumam Doni mengambil sepasang sepatu yang menarik perhatiannya.

•••

Store pertama sudah mereka kunjungi, setelahnya keduanya pergi ke store pakaian. Cukup lama keduanya habiskan di store tersebut.

"Gue beli ini gak papa?" tanya Harsa memperlihatkan celana jenis jumper pada Doni. Ia meminta persetujuan karena bagaimanapun, yang membayar semua belanjaannya Doni. Dan ia sudah mulai sadar diri, dan merasa tidak enak pada kakak sepupunya.

"Gak papa, beli aja," jawab Doni santai. "Tumben lo minta persetujuan gue dulu."

"Udah mulai ngerasa gak enak sama lo Bang, gue belanja banyak banget," balas Harsa. "Gue balikin ke tempat semula lagi deh sebagian." Saat tangannya akan mengembalikan beberapa baju kaos ditangannya, Doni menahannya.

"Udah, ambil aja. Ngapain di balikin ke tempat semula," ucap Doni. "Santai kali Sa, inget! Gue kan kaya tujuh turunan, tujuh tanjakan," lanjutnya mencoba membuat Harsa santai dengan kegiatan belanjanya.

Mendengar hal tersebut, raut Harsa yang tadinya merasa tak enak langsung tersenyum sumringah.

"Okedeh!" serunya yang membuat Doni hanya bisa menggelengkan kepala disertai senyuman kecil yang tersungging di bibirnya.


••••

TBC

Jangan lupa streaming MV baru NCT 127 'Be There For Me' ya guys!

Thank you!

[25/12/2023]

Our Home 2 [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang