41 : Quality Time [End]

1.5K 134 14
                                    

Happy Reading!

••••

Setelah seminggu berada di rumah sakit, Meldi kini sudah diperbolehkan pulang. Tentu saja hal tersebut membuatnya merasa senang, sebab sudah bisa kembali menghirup udara di sekitanya.

Karena jujur saja, setelah terbangun dari tidur panjangnya, Meldi belum pernah keluar dari ruangannya, dan itu membuatnya merasa bosan dan suntuk. Ia seolah terkurung.

Karena kepulangan Meldi tepat di hari Minggu, dimana itu merupakan hari libur, membuat semua saudaranya otomatis berada di rumah.

Pagi-pagi sekali, Meldi sudah di jemput oleh Juan, Rendi dan Jauzan, sedangkan sisanya memilih menunggu di rumah. Sembari mempersiapkan sesuatu untuk menyambut kepulangan si sulung keluarga Abimana itu.

"Kok sepi banget, kalian bilang tadi ke gue kalau Harsa, Cakra, sama Juju ada di rumah? Tapi kok, ini gak ada siapa-siapa," ucap Meldi saat baru saja sampai di pintu utama, namun belum membuka pintunya.

"Gak tahu Kak, kita juga bingung mereka bertiga ada dimana," sahut Rendi yang juga sama kebingungannya dengan sang Kakak.

"Udah, masuk aja Kak, mungkin mereka bertiga lagi keluar beli jajanan. Lo kan tahu sendiri kalau mereka bertiga paling sering jajan," timpal Jauzan membuat ketiga saudaranya mengangguk menyetujui.

Ceklek!

"Selamat datang Kak Meldi!"

Pekikan itu membuat Meldi dan ketiga saudaranya langsung menghentikan langkahnya. Dilihatnya, Harsa yang sedang memegang kue tart, sedangkan Cakra di sisi kanannya, dan Juju di sisi kirinya tengah memegang sebuah konfeti di masing-masing tangan keduanya.

"Lah, kalian nyiapin semua ini buat nyambut kepulangan gue?" tanya Meldi menghampiri ketiga adiknya.

"Iya dong, kita so sweet banget kan sebagai saudara?" Harsa balik bertanya pada sang kakak. "Sampai rela-relain beli kue tart buat nyambut kepulangan lo Kak," lanjutnya.

"Iya, kurang apa coba kita bertiga sebagai saudara yang sayang sama lo Kak," timpal Cakra, sedangkan Juju hanya mengangguk.

"Lo seneng kan Kak?" tanya Juju membuat Meldi tentu saja mengangguk. Ia senang, walaupun rasanya ini berlebihan, tapi tak apalah.

"Kalian semua tahu kalau bakalan ada penyambutan gini?" tanya Meldi pada ketiga adiknya yang masih berdiri dibelakangnya.

"Enggak," jawab Rendi dan Juan berbarengan, sedangkan Jauzan hanya menjawab dengan gelengan kepala saja.

"Kuenya gue taro di meja sini ya, gue mau ke dapur dulu, lagi masak soalnya." Harsa menyimpan kue ditangannya, dan bergegas menuju dapur.

"Harsa lagi masak apa Dek?" tanya Rendi penasaran.

"Masak buat sarapan Kak, kita kan belum sarapan, jadi ya Bang Harsa masak."

"Oh, yaudah gue bantuin Harsa. Kalian nikmatin aja itu kue sebelum masakan jadi," ucap Rendi seraya melangkahkan kakinya ke dapur.

"Siap!"

•••

Malamnya, ketujuh pemuda Abimana sedang berkumpul di ruang tengah. Setelah melaksanakan makan malam, ketujuhnya memilih berkumpul terlebih dahulu, karena rasa-rasanya mereka sudah tidak pernah berkumpul seperti ini sejak beberapa bulan yang lalu.

Sudah lama sekali mereka tidak melakukan sesi quality time seperti ini.

Kali ini, tidak ada yang memainkan ponselnya. Ketujuhnya sepakat untuk mengobrol tanpa melibatkan gawai masing-masing.

Supaya apa?

Kalau menurut Meldi sih, supaya acara mengobrolnya lebih terasa gitu, jadi terasa lebih dekat dan hangat. Karena saat satu orang berbicara, maka keenam lainnya akan fokus memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama.

Namun, dibandingkan lebih banyak mengobrol. Ketujuhnya lebih memilih fokus menonton tayangan film yang saat ini sedang tayang. Dari banyaknya film yang tersedia, kali ini ketujuhnya memilih 'Keluarga Cemara' sebagai tontonan.

"Lah, udah jam sepuluh aja," celetuk Juju saat melihat jam di dinding. "Cepet banget."

"Gimana kalau malam ini, kita semua tidur disini? Mau gak?" usul Harsa setelah film tersebut menampilkan layar hitam, tanda bahwa film sudah selesai ditayangkan.

"Boleh juga tuh, kayaknya seru," sahut Juju. "Yang lainnya gimana? Mau gak?"

"Gue sih, ayo-ayo aja," jawab Meldi.

"Gue juga," jawab yang lainnya.

"Kalau gitu, gue ambil bantal sama selimut dulu. Yuk, Cak, Ju!"

"Jangan lupa kasur lipatnya juga bawa."

"Siap."

"Udah lama banget kita gak ngumpul kayak gini, iya gak sih?" tanya Meldi menatap ketiga adiknya, meminta persetujuan.

"Iya, terakhir kumpul kayak gini itu lima bulan yang lalu kalau gak salah," jelas Rendi.

"Kafe gimana Dek?"

"Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar Kak. Beberapa hari belakang banyak banget pelanggan datang.  Yang bahkan  buat gue, Juan sama pegawai yang lainnya kewalahan saking banyaknya pelanggan yang datang ke kafe. Ya gak Dek?" Diakhir ceritanya, Rendi meminta persetujuan pada Juan, yang langsung Juan balas dengan anggukan.

"Tapi, itu yang buat kita seneng. Itu artinya, kafe Kak Rendi udah berhasil membuat banyak orang tahu dan suka, entah sama menu makanannya, pegawainya atau tempatnya," timpal Juan

Meldi mengangguk. "Kalau kuliah lo sama Harsa gimana Dek?" Kali ini, Jauzan yang ditanyai.

"Kuliah gue aman-aman aja Kak, begitupun dengan kuliahnya Harsa, sejauh ini kita masih belum menemukan kendala yang begitu memberatkan kita berdua selama menimba ilmu."

"Kalau kuliah kalian berdua?" Kali ini, Cakra dan Juju yang sudah ikut bergabung kedalam obrolan itu menjadi sasaran.

"Lancar Kak, semuanya aman terkendali."

Meldi menghela napas lega mendengar jawaban tersebut. Ia sebagai sulung tentu saja harus bertanggung jawab atas kehidupan keenam adiknya. Menggantikan peran kedua orang tuanya yang sudah tiada.

"Tempat sudah siap! Saatnya kita bobo ganteng!" pekik Harsa setelah berhasil menyusun bantal dan guling yang dibawanya. "Yuklah, kita tidur! Gue udah ngantuk."

Akhirnya, ketujuh pemuda itu mulai membaringkan tubuhnya ke kasur lipat yang sudah membentang luas di ruang tengah tersebut satu persatu.

Meldi menjadi orang yang terakhir yang berbaring, sebab ia menyempatkan diri untuk mematikan televisi terlebih dahulu.

"Sebelum tidur, jangan lupa berdoa!" peringat Meldi yang langsung dilakukan oleh keenam adiknya.

"Selamat tidur!" ucap ketujuhnya berbarengan, lalu mulai memejamkan mata. Mencoba mengarungi mimpi masing-masing.

Malam itu, ketujuhnya benar-benar tertidur lelap dengan posisi ternyaman masing-masing. Ketujuhnya benar-benar beristirahat dengan baik malam itu

••••

End

[01/01/2024]

Our Home 2 [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang