14 : Perkara Laper

1K 150 6
                                    

Happy Reading!

••••

"Laper!"

"Pengen makan."

"Tapi, gak mau masak."

"Gak mau gerak."

Celetukan itu terlontar dari Harsa yang saat ini sedang memainkan ponsel namun dengan mulut yang tak henti-hentinya berceloteh.

"Kalau gak gerak, berarti lo udah mati dong Bang?" tanya Cakra yang sejak tadi menjadi pendengar dari celotehan Harsa.

Tuk!

"Sembarangan!" ucap Harsa setelah sempat menyentil kening sang adik dengan kencang, menimbulkan ringisan dari Cakra yang langsung memegang bagian keningnya.

"Sakit Bang," protes Cakra seraya balas menyentil kening Harsa tak kalah kencang.

Tuk!

"Aduh, kenceng banget lo!" Harsa mengusap keningnya pelan.

"Apaan? Lebih kenceng lo tadi Bang, sentilan gue mah gak ada apa-apanya," balas Cakra tak terima.

Harsa berdecak, ia mematikan ponselnya dan memasukkannya ke saku hoodie yang hari ini dikenakannya. Lalu berdiri, bersiap untuk pergi.

"Kemana?" tanya Cakra menatap sang abang heran.

"Cari pacar," jawab Harsa santai seraya melangkahkan kakinya meninggalkan Cakra sendiri di ruang keluarga.

"Kayak ada aja yang mau sama lo Bang!" pekik Cakra dengan nada meledek.

"Wih, jangan salah." Harsa menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Cakra. "Lo gak tahu aja kalau selama ini di kampus banyak yang ngantri biar bisa jadi pacar gue."

"Halah, itu sih gue yakin cuma kebohongan semata," cibir Cakra tak langsung percaya dengan apa yang diucapkan sang abang.

"Yaudah sih kalau gak percaya," gumam Harsa kembali melanjutkan langkahnya. Sebenarnya tujuannya adalah kamar sang kembaran.

"Lah, gue lupa. Si Uzan kan ada di luar!" Namun saat mengingat jika Jauzan berada di luar, Harsa langsung berbalik arah.

"Gak jelas," gumam Cakra saat Harsa melewatinya sembari memberikan tatapan permusuhan padanya. Tak lama, ia ikut beranjak dari tempatnya.

•••

"Itu dia yang gue cari," gumam Harsa berubah sumringah saat melihat Jauzan yang sedang asyik menyiram tanaman di halaman depan rumah.

"Uzan ganteng!" Harsa langsung bergelayut manja di lengan kekar sang kembaran.

Jauzan menghentikan kegiatan menyiram tanamannya, ia menoleh pada Harsa.

"Lepas!" ucap Jauzan menatap kembarannya malas. "Lo kayak monyet tahu kalau kayak gitu," lanjutnya tanpa memperdulikan raut wajah Harsa yang berubah menjadi masam.

"Ganteng gini lo bilang monyet," ucap Harsa kesal, namun tangannya tidak melepaskan pegangannya di tangan Jauzan. Ia hanya beralih menjadi merangkul pundak sang kembaran.

"Ganteng kalau dilihat dari lubang sedotan," ucap Jauzan santai tanpa beban.

"Gimana lo aja deh, gue capek," balas Harsa seraya meletakkan kepalanya pada bahu Jauzan.

"Zan!"

"Apa?" tanya Jauzan kembali sibuk dengan kegiatannya, tanpa merasa terganggu dengan makhluk halus yang menempelinya, eh enggak deh, bercanda. Nanti Jauzan diserang lagi kalau ngomong sembarangan.

"Masakin gue makanan dong. Gue laper, tapi gak mau masak," jelas Harsa.

"Ogah ah," balas Jauzan melepaskan rangkulan Harsa, lalu berjalan menuju pojok halaman. Mematikan kran yang masih terhubung dengan selang yang di pegangnya.

Harsa yang mendapatkan balasan berupa penolakan dari sang kembaran tak tinggal diam. Ia langsung mengekori Jauzan yang mulai berjalan memasuki rumah.

"Ayolah Zan, masakin gue makanan. Makanan apa aja, gue pasti makan kok kalau lo yang masakin," pinta Harsa sembari memegang ujung kaos yang dikenakan Jauzan.

"Kalau gue masakin batu, harus lo makan ya?" Jauzan menoleh sekilas pada sang kembaran.

"Ya, jangan batu juga yang lo masak," balas Harsa semakin mengeratkan pegangannya.

"Lepasin elah, baju gue bisa melar kalau lo pegang kenceng gitu," ucap Jauzan mencoba melepaskan pegangan Harsa di kaosnya.

"Bodo, pokoknya lo harus masakin gue dulu makanan, baru gue lepasin ini baju lo."

"Kalian berdua kenapa sih?" tanya Juju saat melihat kelakuan kakak kembarnya yang baru saja tiba di ruang keluarga.

"Kepo lo bulol." Harsa menjulurkan lidahnya meledek sang adik. Hal tersebut menciptakan decakan dari yang diberi ledekan.

"Iri bilang bos," balas Juju disertai seringainya.

"Gimana gak iri, dia kan jomblo," sahut Jauzan ikut meledek Harsa. Tangannya masih mencoba melepaskan tangan Harsa.

Membuat Harsa mendengus, gagal sudah. Niatnya kan ingin mengejek sang adik, kenapa malah dirinya ikut terkena sasaran.

"Lo juga jomblo ya btw," ucap Harsa pada akhirnya melepaskan pegangannya. Ia melangkah pergi meninggalkan keduanya.

•••

"Ah, saudara gue baik dan ganteng banget sih," puji Harsa setelah Jauzan meletakkan satu piring nasi goreng ke hadapan Harsa yang sejak tadi menunggu dirinya di meja makan, sembari memperhatikan Jauzan memasak tanpa berniat untuk membantu.

Ya, pada akhirnya Jauzan memutuskan untuk memasakkan Harsa nasi goreng. Setelah butuh waktu satu jam Harsa merengek pada sang kembaran.

"Kalau ada maunya, baru lo muji gue," cibir Jauzan tahu sekali dengan tabiat Harsa. "Awas aja itu nasi goreng kalau gak habis, gue gibeng lo," ancamnya mendapatkan tanda oke dari Harsa yang sudah mulai menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya.

"Gue kerjain lo," gumam Jauzan menyeringai seraya meninggalkan Harsa sendiri di ruang makan.

"Hah, hah. Pedes banget gila," ucap Harsa di suapan ketiganya. "Ini cabenya berapa anjir, gue baru ngeh kalau ini nasi banyak cabenya. Tapi, enak sih."

"Nasi gorengnya masih banyak lagi, mana tadi udah oke mau di habisin." Harsa mengipasi wajahnya yang mulai berkeringat menggunakan kedua tangannya.

"Anjir, si Uzan ngerjain gue ini pasti," decak Harsa seraya memasukkan kembali satu sendok penuh nasi ke mulutnya.

••••

TBC

GUYS! apa kabar?

Maaf banget gak up sesuai dengan jadwal, seminggu belakangan ini aku dibuat hectic banget sama ulangan dan segala tetek bengeknya, Alhamdulillah, untungnya sekarang semuanya udah selesai.

So, aku bisa up lagi sesuai jadwal nantinya.

Btw, karena belum up apapun selama seminggu ini. Malam ini aku up 1 chapter dulu, sisanya menyusul besok ya.

Thank you!

[07/10/2023]

Our Home 2 [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang