"Mau kemana?"
Seorang wanita di pertengahan usia lima puluhan itu berdiri bersandar di daun pintu kamar putranya. Dilihatnya sang anak tengah sibuk bergonta-ganti pakaian sambil memperhatikan refleksi dirinya di kaca. Ia merasa janggal melihat pemuda yang biasanya mengurung diri di kamar selama akhir pekan itu malah berpakaian rapi di hari Minggu sore ini.
"Ibu tidak perlu tahu," ujar Jaemin kini menata rambutnya sedemikian rupa dengan hair blower miliknya.
"Kamu jangan buat masalah lagi, Jaemin. Ibu sudah habiskan terlalu banyak uang untuk menutup mulut keluarga-keluarga dari pria-pria yang kamu rusak hidupnya," ujar sang Ibu, bergeleng-geleng melihat huru-hara Jaemin yang sudah jelas sedang bersiap pergi menemui 'sasaran' barunya. "Pikirkan citra perusahaan, ini demi kebaikanmu juga."
Jaemin mengabaikan seluruh perkataan Ibunya, ia lalu berjalan menuju pintu, mengecup pipi sang Ibu, kemudian pergi keluar rumahnya. Segala nasihat Ibu seakan masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Tidak ada yang bisa mengaturnya, Jaemin akan selalu bertindak sesuka hatinya. Ia juga tidak terlalu peduli dengan pria-pria yang berakhir tersakiti oleh perbuatannya, Jaemin paham betul jika orang 'seperti dia' tidak akan terjerat masalah atas apapun tindakannya.
Sebuah senyum simpul tertera pada wajah manisnya begitu ia mendapati sesosok lelaki duduk di atas motor depan pagar rumahnya. Lee Mark, senior di tempat kerja Jaemin itu sibuk menelaah sambil berdecak kagum akan besarnya tempat tinggal Jaemin dari luar sana, ia menertawai tingkah lucu Mark sebelum membuka pagar.
"Sunbae! Aku lama, ya?" tanya Jaemin, ia menerima helm yang Mark pinjamkan untuknya. Lelaki dengan usia lima tahun lebih tua darinya itu menggeleng, menandakan bahwa ia pun baru saja sampai. "Maaf juga aku meminta Sunbae menjemputku di rumah keluargaku, pasti jauh ya?"
"Tidak apa-apa, lagipula aku tidak ada kerjaan di hari libur jadi sekalian jalan-jalan. Ngomong-ngomong, berarti ini kediaman Bu Direktur ya?" tanya Mark yang pandangannya masih sibuk mengagumi rumah besar itu.
"Iya, setiap akhir pekan aku pulang kemari. Tapi kalau hari-hari kerja, aku tinggal sendiri di apartemen tempat biasa Sunbae mengantarku," jelas Jaemin.
"Sunbae!" panggil Jaemin lagi untuk menarik perhatian Mark yang tak kunjung melihat ke arahnya.
"Iya?"
"Bagaimana penampilanku?" ujarnya sambil berputar, kemudian menatap Mark penuh harap.
Mark sempat bingung, jadi ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh, ya. Bagus, bagus."
Meskipun tidak puas dengan reaksi Mark, Jaemin tetap menaiki jok belakang motor seniornya. Ia melingkarkan lengannya di perut lelaki itu dan menempelkan wajahnya pada punggung Mark.
Mark ini adalah pengalaman baru bagi Jaemin. Lelaki pertama yang jarak usianya tidak terpaut terlalu jauh, lelaki pertama yang status sosialnya sangat bertolak belakang dengannya, serta lelaki pertama yang menjemputnya pakai motor alih-alih sebuah mobil mewah. Jaemin akan memberikan poin plus untuk Mark yang selalu tampil apa adanya, tanpa mencoba untuk membuainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HABITS | MarkHyuck
Фанфик10 tahun pacaran dan 5 tahun menikah, hubungan yang Mark dan Haechan kira akan abadi itu ternyata bisa kandas juga. Renjun pun menantang keduanya pisah rumah selama setahun sebelum mereka resmi bercerai, tapi ... sebagai tetangga. Bisakah mereka hid...