"Apa menurutmu Haechan tidak akan menderita lagi jika ... kami berpisah?"
"Aku hanya menerima saja dari Mark, tapi aku bahkan tidak bisa memenuhi harapannya ... aku merasa egois jika terus menahannya bersamaku."
"Sudah lama kami tidak sepemikiran dan kali ini keputusan kami sudah sama-sama bulat. Kami benar-benar sudah selesai."
Renjun masih ingat betul bagaimana kedua sahabatnya itu dulu datang ke hadapannya dan menanyakan pendapatnya mengenai perceraian. Sekali, dua kali, Renjun masih meladeninya sebab ia yakin jika mereka berdua sebenarnya tidak akan benar-benar bisa merealisasikannya. Maka di kali ketiga ini pun, Renjun sanggupi lagi pengajuan cerai itu dengan harapan akan mereka batalkan lagi cepat atau lambat. Tapi tak pernah ia sangka, kali ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
"Tapi apa kalian benar-benar sudah meluruskan segalanya?" tanya Renjun pada malam itu, ia melihat bagaimana Haechan sempat lupa berkedip karena pertanyaannya barusan. Temannya itu langsung mengalihkan pandangannya dan menenggak habis soju dalam gelas kecilnya.
"Ayo, kita pulang." Haechan segera beranjak dari bangkunya, ia membayar makanan mereka kemudian berjalan pergi duluan.
Renjun lantas menghabiskan sisa minumannya tergesa-gesa sebelum menyusul Haechan. "Hey, kenapa buru-buru sekali? Kamu menghindari pertanyaanku, ya?"
Kedua sahabat itu berjalan kaki berdampingan menyusuri trotoar yang dikelilingi pepohonan rindang, bermaksud meredakan mabuk sekaligus mencari udara segar di tengah sumpeknya ibukota malam itu. Haechan, dengan kedua pipi dan pucuk hidungnya yang menampilkan rona merah muda akibat pengaruh alkohol sekaligus efek dari dinginnya cuaca malam ini, menatap kosong ke arah depan. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk mengabaikan pertanyaan Renjun barusan, ia hanya tidak tahu jawaban seperti apa yang temannya itu harapkan darinya.
Haechan dan Renjun memasuki sebuah minimarket yang mereka jumpai, membeli beberapa bungkus cemilan dan bir kaleng untuk menemani sisa hari mereka malam ini sebelum pulang ke rumah.
"Pada hari mediasi kami, aku telah menyampaikan segalanya dan seharusnya dia pun melakukan hal yang sama. Tapi dia hanya diam, tidak berusaha menggunakan kesempatan itu untuk menyanggah perkataanku sama sekali. Dia ...." ujar Haechan tiba-tiba menjawab pertanyaan Renjun dari beberapa menit lalu, kalimatnya terputus kala ia teringat kembali sorot mata sendu lelaki itu di ruang sidang tempo lalu. Haechan langsung menggelengkan kepalanya, seakan hal tersebut dapat membantunya menghapus ingatan itu. "Berarti tidak ada lagi yang mau dia sampaikan padaku, kan? Jadi kusimpulkan kami sudah tidak ada urusan apa-apa lagi."
"Si bodoh itu!" rutuk Renjun pada sosok yang sedang tidak bersama mereka. "Tidak, aku merasa kalian tetap harus bertemu setidaknya sekali lagi sebelum sidang berikutnya. Cobalah untuk berbicara berdua saja dengan kepala dingin, jika bisa saling bertatapan agar tidak ada lagi yang bisa disembunyikan."
"Jangan bercanda, Renjun. Aku tidak mau menemuinya lagi selain di pengadilan."
"Akh ... dengarkan aku kali ini saja, Lee Haechan," ujar Renjun mengguncang-guncang lengan Haechan karena ia begitu gemas dengan situasi dua sahabatnya itu.
"Hey, memangnya kapan aku tidak mendengarkanmu? Kali ini biarkan aku melakukan apa yang aku anggap benar."
Haechan menarik kartu debitnya dari dalam dompet untuk membayar, tapi benda pipih itu melesat dari jemarinya karena Renjun dan jatuh ke dekat kaki seorang perempuan yang sedang mengantre di belakang mereka. Baru saja Haechan merendahkan tubuhnya hendak mengambil kartunya, perempuan asing bersepatu hak tinggi itu tak sengaja menginjaknya buat bagian chip kartu Haechan menjadi lecet.
"Astaga, maafkan saya!" ucap perempuan tadi mengambil benda itu dari bawah kakinya, tidak lupa ia bersihkan kartu itu menggunakan bajunya dengan panik sebelum mmengembalikannya pada Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HABITS | MarkHyuck
Fanfiction10 tahun pacaran dan 5 tahun menikah, hubungan yang Mark dan Haechan kira akan abadi itu ternyata bisa kandas juga. Renjun pun menantang keduanya pisah rumah selama setahun sebelum mereka resmi bercerai, tapi ... sebagai tetangga. Bisakah mereka hid...