"Hey, apa-apaan ini? Bercandamu kali ini tidak lucu, Haechan. Lagipula memalsukan tanda tangan itu perbuatan ilegal, loh. H-hahaha ... haha ...." ujar Renjun sambil tertawa begitu panggilan telponnya diangkat oleh Haechan.
Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang dahulu pernah ia buatkan untuk temannya, lalu pada pagi hari ini berkas tersebut tiba-tiba sudah ada di meja kantornya. Lengkap dengan dua buah tanda tangan basah bertinta biru, di mana sekali lihat saja ia seharusnya tahu jika itu tidak palsu. Tapi Renjun tentu meragukan apa yang ia lihat, sebab seingat dirinya, Mark tidak pernah menunjukkan tanda-tanda akan menyetujui perceraian ini.
"Apa itu tampak palsu bagimu?" balas Haechan dari seberang sana. Suaranya begitu tenang dan serius, temannya itu jelas tidak sedang bercanda seperti dugaannya.
"Sial, jadi ini sungguhan? Kenapa si Lee Mark itu— Akh ... ternyata begini ujungnya," Renjun tidak melanjutkan perkataannya, ia menghela napas sembari memijat dahinya. Kepalanya pun mengangguk-angguk sendiri, ia merasa harus tetap bersikap profesional dan tidak ikut campur lebih dalam.
"Baiklah, aku akan memprosesnya. Nanti aku akan memanggil kalian berdua untuk mediasi."
.
.
.
Tiba juga di hari sidang pertama perceraian Mark dan Haechan.
Renjun memeriksa jam tangannya berkali-kali sambil berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang mediasi, menanti kehadiran seseorang yang sudah terlambat sampai hampir satu jam lamanya. Pasalnya, tahap mediasi ini wajib dihadiri oleh kedua belah pihak dan tidak dapat diwakilkan oleh siapapun. Jadi, apabila salah satunya tidak hadir, maka proses mediasi ini harus ditunda.
Haechan, telah masuk lebih dulu ke dalam ruang sidang sejak satu jam yang lalu. Ia hanya duduk diam di sana, memperhatikan menit demi menit berganti melalui layar ponselnya. Jemarinya kemudian menekan sebuah aplikasi pesan, menuju bagian ruang obrolan lama yang sudah ia blokir sejak sebulan lalu. Ya, Haechan telah memutus kontak dengan mantan suaminya itu sejak pertengkaran mereka terakhir kali. Dia juga belum pernah bertemu dengan Mark lagi sebulan terakhir meskipun mereka tinggal berdekatan, tapi tampaknya mantan suaminya itu pun sangat berusaha menghindarinya sehingga mereka bahkan tak pernah berpapasan sama sekali.
CKLEK!
Suara pintu di belakangnya membuat Haechan menoleh, tapi ternyata Renjun yang masuk. Temannya itu beri senyuman kecil pada Haechan ketika mata mereka bertemu, sebelum melanjutkan langkahnya menuju seorang pria di hadapannya yang ditunjuk sebagai mediator sidang pertama mereka pada hari ini.
"Dia tidak bisa dihubungi ... apa sidang hari ini harus ditunda?" tanya Renjun dengan suara pelan, namun Haechan masih dapat mendengarnya samar-samar.
"Sudah satu jam, ya? Mau bagaimana lagi, sepertinya kita tunda saj—"
KAMU SEDANG MEMBACA
HABITS | MarkHyuck
Fiksi Penggemar10 tahun pacaran dan 5 tahun menikah, hubungan yang Mark dan Haechan kira akan abadi itu ternyata bisa kandas juga. Renjun pun menantang keduanya pisah rumah selama setahun sebelum mereka resmi bercerai, tapi ... sebagai tetangga. Bisakah mereka hid...