Ep 19: Sudut Pandang

3.9K 337 92
                                    

Belum pernah Haechan bayangkan sebelumnya bahwa akan ada masanya dia berkunjung ke kediaman mantan suaminya dengan kakinya sendiri.

Tapi di sini lah dia hari ini, di ruang makan unit tempat tinggal sementara seorang Lee Mark. Haechan duduk di sana alih-alih di ruang tengah karena terdapat tumpukan pakaian bersih yang belum dilipat pada sofa, beberapa sampah sisa makanan serta botol-botol soju kosong di atas mejanya, dan semua itu kini sedang dibereskan terburu-buru oleh si tuan rumah.

"Maaf, berantakan. Aku belum sempat merapikan rumah dan ... tidak menduga kamu akan kemari." Mark sibuk memindahkan tumpukan pakaiannya tadi ke ruangan lain.

"Tidak apa-apa, kita bisa bicara di sini saja." Ia menyarankan Mark untuk duduk di ruang makan saja, pria itu pun menyetujui idenya.

Haechan menggaruk lengannya yang tak gatal sambil mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Ia perhatikan ada banyak sekali botol soju kosong selain di meja ruang tamu itu, tapi juga di meja makan di hadapannya yang langsung disingkirkan pula oleh Mark. Lelaki itu meletakannya ke dalam keranjang berisikan botol-botol serupa yang tadi hendak ia buang jika tidak bertemu Haechan di lift.

Baru lah kedua manik Haechan beralih pada si pria berjaket abu-abu itu. Mark melangkah gamang ke arahnya, kemudian mengambil tempat duduk tepat di seberang posisi Haechan hingga mereka kini saling berhadapan. Ah, akhirnya ia bisa melihat rupa mantan suaminya itu dengan jelas setelah sekian lama.

Sepertinya omongan Hendery pagi tadi benar adanya, lelaki surai hitam itu terlihat tidak dalam kondisi terbaiknya. Wajahnya agak pucat dengan kantong mata yang tebal, Haechan juga tidak jarang mendapatinya menyamarkan suara batuknya dengan dehaman pelan. Saat Mark berbicara pun, bisa ia dengar suaranya bindeng khas orang flu.

"Kenapa kamu minum banyak sekali?" tanya Haechan diam-diam meringis melihat jumlah botol dan kaleng alkohol kosong di dekat tempat sampah. Padahal setelah mereka menikah, selain ketika sedang bersama teman-teman atau rekan kerjanya, Mark tidak pernah mengonsumsi alkohol sampai sebanyak ini di rumah.

Mark tersenyum kaku, enggan memberi jawaban tapi Haechan menunggunya dengan terus menatapnya.

"Belakangan ini sulit bagiku untuk tidur tanpa alkohol," akunya.

Ya, tak mudah bagi Mark untuk menerima perceraian ini.

Ia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri karena telah membuang begitu banyak kesempatan yang Haechan berikan kepadanya, membuatnya mau tidak mau harus merelakan suaminya itu dari kehidupannya. Kesedihan dan penyesalan yang berlarut berdampak pada pola tidurnya setiap malam, di mana perasaan menyesakkan itu baru akan terasa sepulangnya dia dari kantor dan hanya menghabiskan sisa hari seorang diri di rumah. Oleh sebab itu Mark jadi bergantung pada alkohol, setidaknya dengan mabuk ia akan melupakan sejenak masalahnya sampai tertidur.

Ia meyakinkan dirinya berkali-kali jika rasa sakit di hatinya itu kelak akan disembuhkan oleh waktu, ia hanya perlu menunggu sampai akhirnya ia bisa terbiasa. Tapi entah kapan waktu itu akan tiba dan Mark tidak sadar jika perlahan ia justru merusak dirinya sendiri.

Haechan cukup terpegun mendengar jawaban jujur dari mantan suaminya. Ia pun lekas mengalihkan topik pembicaraan mereka lalu langsung masuk ke intinya saja, sungguh Haechan tidak ingin berlama-lama di sini karena batinnya terasa semakin tidak nyaman.

"Mark," panggilnya, buat sang lawan bicara menoleh. "Di hari kita seharusnya makan malam bersama, kamu bilang kalau ada yang ingin disampaikan padaku. Kenapa kamu tidak mengatakannya saja saat kita mediasi?"

"Karena sudah tidak ada gunanya lagi," jawab Mark singkat, tersenyum tipis sambil memandangi sebuah gelas berisikan air putih di hadapannya.

Lelaki bersurai cokelat itu menaikkan sebelah alisnya, tidak puas atas respon yang ia terima. Tapi Haechan merasa ia harus menuntaskan segalanya hari ini sesuai perkataan Renjun sebelumnya. Hal ini ia lakukan supaya setelah resmi bercerai kelak, ia tidak perlu berurusan lagi dengan Mark, supaya tak menyisakan lagi perasaan mengganjal yang kerap mengusik pikiran dan hatinya.

HABITS | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang