Di malam pertengahan musim dingin ini, penjuru kota telah dihiasi oleh berbagai ornamen natal. Salju memenuhi jalanan dan semua orang berpakaian tebal untuk melindungi diri dari suhu dingin yang menusuk hingga ke tulang.
Haechan, lengkap dengan padding hitam tebalnya itu tengah menikmati soju dan sepiring tteokbokki di sebuah pojangmacha sambil menunggu seseorang yang katanya ingin menemuinya sepulang kerja. Tidak lama, sesosok lelaki pendek bersyal tebal warna putih gading itu pun tiba dan langsung duduk di sebelahnya mencuri satu buah tteokbokki yang baru saja hendak Haechan suapkan ke mulutnya sendiri. Lelaki bersurai cokelat itu lantas menggelengkan kepalanya sebelumnya merebut sumpitnya kembali dari tangan temannya.
"Kenapa kamu makan duluan?" tukas Renjun mengernyitkan dahinya pada Haechan. Ia lalu menuangkan sebotol soju itu pada gelas kecil di hadapannya sebelum menenggaknya. "Wah, minum soju di musim dingin seperti ini memang terasa paling sempurna."
Haechan terkekeh atas reaksi temannya itu, ia isi lagi gelas Renjun yang sudah kosong dan segera diminum olehnya.
"Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Haechan langsung pada intinya, buat Renjun berhenti mengandaskan gelasnya.
"Tidak ada? Aku hanya ingin menemui temanku?" Renjun mengerjapkan matanya, tidak terima jika dirinya disangka memiliki motif tersembunyi karena tiba-tiba mengajak Haechan bertemu. "Hey, dulu kan kita memang sering nongkrong bersama! Apa seaneh itu jika aku ingin mengobrol denganmu?"
Kali ini Haechan mengangguk-anggukkan kepalanya saja agar temannya itu berhenti melontarkan protesnya. "Padahal biasanya kamu yang sulit sekali diajak bertemu karena sibuk bekerja atau pacaran. Apa kamu baru putus lagi?"
"Tebakanmu sangat tepat." Renjun mencengkram bagian belakang lehernya sendiri, rasanya tekanan darahnya langsung naik jika mengingat mantan kekasihnya seminggu lalu. "Aku muak sekali dengan orang-orang yang selalu memaksaku ke jenjang lebih serius. Kamu tahu? Akhir pekan lalu dia tiba-tiba mempertemukanku dengan keluarganya tanpa memberitahuku terlebih dahulu."
Haechan menyeka air matanya yang ikut keluar akibat tertawa, ia pun memesan dua buah botol soju lagi kepada sang pemilik kedai karena merasa percakapan mereka malam ini akan berlangsung lama. Tidak lupa ia sodorkan sumpit lain agar temannya itu bisa turut menyantap cemilannya.
"Bukan kah itu bagus? Memangnya kamu masih tidak punya rencana menikah?" tanya Haechan yang segera dijawab dengan gelengan kepala cepat oleh Renjun, temannya itu juga langsung menyilangkan tangannya membentuk huruf 'X' tanda ia sangat menolak ide tersebut.
"Tidak, terima kasih. Baru membayangkan harus hidup bersama satu orang yang sama seumur hidupku saja sudah membuat frustrasi. Mataku juga semakin terbuka setelah bekerja di bidang ini, manusia itu sangat tidak bisa ditebak jadi aku sama sekali tak mempercayai pernik—" ucapan menggebu-gebu Renjun terputus kala ia menyadari tidak seharusnya berbicara seperti itu di hadapan temannya yang sedang dalam tahap cerai. Maka ia mengatupkan bibirnya segera dan mengambil botol soju itu lalu menuangkannya ke gelas Haechan dengan gestur sopan. "Maaf ... hamba akan merefleksikan diri ini, Tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
HABITS | MarkHyuck
Fanfiction10 tahun pacaran dan 5 tahun menikah, hubungan yang Mark dan Haechan kira akan abadi itu ternyata bisa kandas juga. Renjun pun menantang keduanya pisah rumah selama setahun sebelum mereka resmi bercerai, tapi ... sebagai tetangga. Bisakah mereka hid...