Ep 9 : Ingkar Janji

4.1K 383 69
                                    

"Bodoh! Kemana akalmu Lee Mark? Bisa-bisanya kau lupa!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bodoh! Kemana akalmu Lee Mark? Bisa-bisanya kau lupa!"

Mark membenturkan pelan kepalanya ke jendela bus berkali-kali, merutuki kecerobohannya sendiri. Ia menenggak habis obat pereda mabuknya sambil memijit kepalanya yang masih terasa kliyengan akibat pengaruh alkohol sebelumnya. Dalam hatinya juga Mark terus berharap dirinya masih diberi kesempatan untuk bertemu Haechan di sana.

Perjalanan yang memakan waktu sampai sepuluh jam itu pun berakhir pada pukul 2 siang. Ia melihat ke arah langit yang semakin gelap, menandakan hujan sebentar lagi pasti akan turun. Mark keluar dari bus dan bergegas mencari taxi untuk pergi ke tempat Ayah mertuanya disemayamkan. Lelaki yang hanya membawa ponsel dan dompetnya itu tak berhenti menelpon Haechan, tapi semua panggilannya tidak ada yang tersambung. Dugaannya adalah antara Haechan mematikan ponselnya atau telah memblokir nomor Mark.

"Kumohon Lee Haechan ... kamu dimana?" gumamnya frustrasi selama perjalanan.

Mark akhirnya sampai di columbarium, ia mengitari tempat itu dengan langkah cepat sembari mengedarkan pandangannya mencari eksistensi Haechan. Namun nihil, tiga kali ia berputar tetap saja tidak ada tanda-tanda keberadaan mantan suaminya di tempat itu. Kakinya pun berhenti di depan salah satu lemari kaca yang terdapat nama Ayahnya Haechan di sana.

"Ayah, maaf. Aku akan segera kembali kemari setelah menemukan Haechan," ujarnya menyentuh lemari kaca tersebut kemudian melanjutkan langkahnya mencari Haechan.

Kali ini Mark berniat untuk pergi ke penginapan yang biasa mereka tempati setiap kali berkunjung kemari. Sayangnya hujan deras telah mengguyur kota tanpa ampun, Mark membuang napasnya kasar melihat bagaimana langit pun sampai turun tangan untuk memperumit situasinya. Mau tidak mau ia masukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu menggunakan jas hitamnya sebagai penutup kepala sebelum melesat ke gerbang depan untuk mencari taxi.

Nasib buruk seakan belum puas meledek lelaki itu, tiada taxi yang mau menepi untuk mengangkutnya.

"Hey, berhenti! Ah, ayolah! Bangsat!" keluhnya pada semua taxi yang malah melaluinya begitu saja seakan dirinya transparan.

Oleh sebab itu, Mark mengambil langkah nekat untuk melompat ke jalan begitu melihat sebuah taxi yang mendekat. Ia pun berhasil menghadang mobil tadi meski sudah diklaksoni dari kejauhan. Mark langsung saja masuk ke dalamnya.

"Tolong antar saya ke Penginapan Woori secepatnya," ujar Mark sembari menutup pintu mobil tersebut. Pria paruh baya di kursi pengemudi sontak menoleh ke arah belakang dengan air wajah yang menegang.

"Pak! Anda tidak boleh melakukan itu! Bagaimana kalau saya tidak menginjak rem tepat waktu?!" sahut si supir taxi membuat Mark terlonjak.

"Iya, iya saya minta maaf. Habisnya tidak ada yang mau berhenti dari tadi kalau saya tidak seperti itu. Tapi tolong antar saya ke Penginapan Woori dengan cepat."

"Itu karena Anda basah kuyub, bangku mobil kami bisa basah!"

Rasanya tali kesabarannya sudah hampir putus, perasaan panik yang sedaritadi mendominasi seluruh kepalanya membuat Mark tidak bisa berpikir jernih lagi. Spontan saja ia meninggikan intonasi suaranya.

HABITS | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang