Ep 12 : Mawar dan Undangan

2.7K 298 62
                                    

"Namanya Lee Haechan, usianya sama seperti Lee Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Namanya Lee Haechan, usianya sama seperti Lee Mark. Dia bekerja di sebuah toko bernama Blossom Haven sebagai florist, alamat tokonya sudah saya kirimkan pada Anda," jelas Kun, selaku asisten pribadi yang dipekerjakan untuk mendampingi Jaemin.

"Membosankan," ujar Jaemin duduk di bangku belakang mobilnya, ia baru saja dijemput sepulangnya dari klub malam. "Itu saja? Informasi apa lagi yang kau dapat?"

Beberapa hari terakhir ini suasana hatinya selalu buruk perkara Mark yang kembali seperti dahulu lagi, yaitu langsung pulang begitu jam kerja berakhir. Lelaki itu sudah jarang ikut nongkrong bersama rekan kerjanya, bahkan seluruh ajakan Jaemin pun ia tolak secara konsisten dengan alasan yang sama seperti dulu juga.

'Aku harus menjemput suamiku.'

Jaemin merasa targetnya kali ini jauh lebih rumit dari mantan-mantan sebelumnya. Biasanya tidak butuh membuang banyak usaha baginya untuk menaklukan hati lelaki mana pun yang ia incar, tapi kali ini ia memakan waktu sampai hampir enam bulan lamanya dan tidak kunjung mendapatkan hasil sesuai keinginannya. Walaupun hal tersebut cukup menjatuhkan harga dirinya, tapi Jaemin tidak bisa berhenti karena ia justru semakin penasaran dibuatnya.

Sekali lagi, Mark memberinya sebuah pengalaman baru dan ia merasa tertantang untuk itu.

"Setelah coba mengamati Lee Mark beberapa hari terakhir ini, saya berasumsi jika hubungannya dengan Lee Haechan sebenarnya sedang tidak baik," jawab Kun, menarik perhatian sang majikan. Pemuda berjaket varsity hijau tua itu menaikkan sebelah alisnya, bertemu tatap dengan Kun dari kaca spion dalam mobil. "Saya melihat mereka pulang sendiri-sendiri meskipun Lee Mark selalu menjemput suaminya. Dan kemarin, ketika saya coba mengikutinya sampai ke lantai unit tempat tinggal mereka ... saya menemukan kejanggalan."

"Apa itu?" tanya Jaemin.

Bibir tipisnya membentuk sebuah seringai kecil, sedangkan jari telunjuknya dipakai mengusap dagu. Ekspresi itu selalu berhasil membuat Kun merinding, tapi tentu ia tidak bisa menunjukkannya. Diam-diam pria berjas hitam itu menenggak air liurnya sendiri, ada perasaan bersalah dalam benaknya tapi ia memang dibayar untuk mematuhi segala titah majikannya.

"Mereka tidak tinggal bersama, Tuan."

.

.

.

Keesokan harinya ....

"Jaemin, sudah berapa hari kamu bolos ke kantor?"

Wanita paruh baya bergaya elegan itu duduk di pinggir ranjang sang putra. Sedangkan Jaemin tengah fokus memasang lensa kontak di depan cermin, baru setelahnya ia memeriksa ulang pakaiannya dari depan sampai belakang. Tak menerima respon, Ibu Jaemin pun melontarkan pernyataan lainnya.

"Walaupun semua orang sudah tahu kalau kamu adalah cucu direktur, tapi kamu tidak boleh bertingkah seenaknya. Citra perusahaan juga bergantung pada perilakumu."

HABITS | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang