Ep 15 : Prioritas

2.6K 254 66
                                    

"Tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tidak ... ini tidak mungkin. Haechan, kumohon ...."

Mark mengendarai sepeda motornya dalam kecepatan tinggi membelah jalanan dengan napas tak beraturan. Bibirnya komat-kamit, sibuk menyangkal segala kemungkinan-kemungkinan terburuk yang memenuhi isi kepalanya. Ia memarkirkan motornya sembarangan di atas trotoar begitu tiba di lokasi, langkah kakinya terasa berat sementara kepalanya terangkat ke atas pada sebuah bangunan yang telah diselimuti oleh kobaran api di hadapannya.

"Haechan! Haechan ...." Langkahnya tertatih kian mendekati lokasi kejadian, tak mempedulikan suara-suara yang meneriakinya untuk berhenti.

"Pak! Anda tidak boleh mendekat, bahaya!" ujar salah seorang polisi yang sedang mengatur lalu lintas di sana sambil menarik Mark menjauh.

"Suamiku ... dimana?" tanya lelaki itu dengan bola mata bergetar.

"Sebaiknya Anda pergi ke rumah sakit X, para korban sudah dibawa ke sana semua."

Napasnya tercekat sejenak kala mendengar kata 'rumah sakit', ia lalu menepuk kedua pipinya sebelum berlari menuju sepeda motornya untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit.

Mark berlari ke UGD sesampainya dia di sana, kepalanya celingukan mencari sekiranya siapa yang bisa ia tanyakan perihal suaminya. Beberapa kali tubuhnya tersenggol oleh para petugas kesehatan yang terburu-buru menangani pasien kecelakaan dari segala arah, semuanya tampak sibuk dan panik. Oleh sebab itu, ia tak punya pilihan selain mencari keberadaan Haechan sendiri.

"Haechan! Lee Haechan kamu dimana?" sahut Mark berkali-kali sambil mengelilingi ruang UGD yang luas itu, berharap panggilannya dijawab. Ia berjalan ke sana dan kemari, beberapa kali meringis melihat kondisi para korban kecelakaan yang terbaring di sana. Semakin lama ia menemukan Haechan, semakin penat pula ia rasa kepala dan dadanya.

"Permisi, apa di sini ada pasien atas nama Lee Haechan? Permisi, hey!" tanyanya berulang kali pada perawat-perawat yang berlalu lalang itu, tapi tidak ada yang mendengarnya sebab mereka semua terlalu sibuk menangani para pasien gawat darurat.

Tiba-tiba ada seorang lelaki paruh baya menepuk pundak Mark, pria tua itu telah memperhatikan Mark sedari tadi dan merasa harus membantu lelaki kalut itu.

"Nak. Jika kamu tidak menemukan orang yang kamu cari di sini, cobalah ke bagian korban-korban meninggal di ujung sana ... karena saya menemukan putri saya di situ."

Rasanya jantung Mark seakan terjun ke dasar tubuhnya.

"Jangan bercanda, haha ...." jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.

Berlawanan dengan kata-katanya, meski berat hati, nyatanya Mark tetap mengikuti saran si lelaki paruh baya. Ia berjalan perlahan ke tempat yang disebut pria tua itu sebelumnya, belum siap menerima takdir apapun yang menunggunya di depan sana.

"Haechan tidak mungkin ada di situ, kan?" gumamnya berkali-kali, semakin mengikis jarak dari lokasi yang paling keras terdengar suara tangisan para keluarga korban di sana.

HABITS | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang