Selang beberapa menit aku menumpahkan segala yang aku rasa, aku memutuskan untuk pergi ke dalam. Sepertinya Indira sudah bangun.
Saat akan beranjak, tiba-tiba aku mendengar suara dering ponsel di suatu tempat. Pandanganku mengedar, mencari letak sumber bunyi tersebut. Ponsel siapa yang berdering?
"Suara ponsel siapa ya? Perasaan aku nggak bawa ponsel ke sini."
Setelah aku dengarkan. Rupanya suara dering ponsel itu berasal dari mobil Mas Irsan. Aku berjalan menghampiri mobil yang Mas Irsan gunakan saat malam.
"Jangan-jangan ponsel Mas Irsan ketinggalan."
Aku hanya bisa menghela napas, bisa-bisanya Mas Irsan meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Tak berpikir panjang, aku pun membuka pintu mobil. Mencari dimana letak ponsel itu berdering.
Ketika aku cari-cari, ponsel itu belum kutemukan, tapi masih saja berdering. Aku menoleh ke arah bagasi mobil, rupanya di sana sumber bunyi ponselnya.
Kenapa Mas Irsan bisa menyimpan ponselnya di bagasi? Sebelum Mas Irsan menghampiri, gegas aku membuka bagasi mobil.
Di sana aku melihat-lihat, dimana letak ponsel itu. Mataku memicing kala menemukan sebuah kotak yang entah isinya apa.
Jariku dengan cepat membuka kotak itu. Alangkah terkejutnya aku ketika melihat ada banyak benda-benda di sana.
Ada alat kontrasepsi, dalaman dan juga ponsel dengan merk yang berbeda.
Aku menutup mulut, lantaran alat itu masih basah oleh suatu cairan, yang hampir membua tubuhku nyaris lemas.
Apakah ponsel itu yang sedang aku cari? Ponsel milik Mas Irsan yang ingin aku temukan. Dan sekarang, aku menemukan benda pipih itu.
Aku berusaha membuka ponsel itu yang untungnya tidak di kunci. Aku langsung membuka aplikasi hijau di sana. Di sana hanya ada nomer yang tidak Mas Irsan save, tapi hanya ada nomer itu saja yang tersimpan di sana.
Kala aku membuka isi percakapan itu, mataku membelalak kaget, pupil mataku melebar melihat isi percakapan vulgar Mas Irsan dengan nomer itu—yang aku yakini seorang perempuan.
Air mataku kembali menetes saat membaca isi pesannya tersebut. Apalagi keduanya saling memberikan foto area sensitif mereka masing-masing.
Benar-benar menjijikan!
Aku membaca satu persatu banyaknya pesan mereka, tak henti-hentinya aku terkejut karena pembahasan mereka sangat vurlgar.
08xxx: Mas, nanti malam lagi ya, Mas Irsan jago banget soal ranjang hehe.
Mas Irsan: Lihat situasi dan kondisi dulu. Saya juga butuh kamu untuk pemuas nafsu.
08xxx: Nggak papa deh, asalkan mainnya sama Mas. Kepunyaanku pengen di masukin terus sama senjatanya Mas Irsan.
Mas Irsan: Tapi saya tidak puas jika tidak main bersama istriku, cuma dia yang bisa membuatku puas.
08xxx: Yah habisnya Mas liar banget, selalu bikin aku cape, tapi enak loh Mas, jadi ketagihan. Malam nanti lagi ya Mas.
Mas Irsan: Ya, jangan lupa minum pil KB yang saya kasih. Saya tidak mau kebobolan saat memasukimu.
08xxx: Aku nggak pernah telat minum kok. Nanti-nanti kalau main jangan pakai pengaman dong Mas, aku juga pengen ngerasain segimana enaknya senjata Mas Irsan tanpa pengaman. Pakai pengaman terus perih.
Mas Irsan: Jangan banyak mengatur. Kamu saya bayar untuk menuntaskan, bukan untuk menawar.
Aku tak kuasa lagi menahan tangisku ketika dugaanku selama ini benar. Mas Irsan sudah bermain ranjang dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Selingkuhan Suamiku
RomanceKeanehan yang di rasakan oleh Rinjani ketika dirinya mengandung lagi, membuatnya curiga terhadap perilaku suaminya. Merasa penasaran, Rinjani memutuskan untuk menyelidiki setiap gerak-gerik suaminya secara diam-diam. Ia memutuskan untuk membuntuti s...