𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖
ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣
•••
Aluna tertegun selama beberapa menit mencoba mencerna pertemuan mereka, terlebih ia baru kali ini melihat seorang Gama tersenyum padanya.
Atau dia emang selalu nebar senyum ke orang lain kaya gini? Kecuali ke gue, lengan Aluna mengepal kemudian ia membuang pandangannya kesamping sambil duduk kembali dengan santai setelah mengambil tasnya yang terjatuh.
"Kenapa kau begitu terkejut melihat ku? Apa Nona mengira jika aku adalah hantu penunggu disini? Konyol sekali," candanya hanya dilirik sinis Aluna apalagi kini Gama mulai duduk disebelahnya, spontan Aluna menggeser posisi duduknya membuat lengkungan senyum Gama terulas kembali.
Pak Gama sekarang punya lawakan garing, dengus Aluna menyalakan ponselnya, ia berusaha menjadi sosok orang asing bagi pria disebelahnya ini.
"Hapus air matamu," Gama menyodorkan sapu tangan tadi, dengan santai Aluna menerimanya baik. "Jika boleh aku tau, kenapa kau sendirian di halte kereta yang sudah sepi ini? Maaf... Aku sempat mendengar tangisanmu jadi dengan inisiatif kudekati."
Aluna memainkan sapu tangan di lengannya itu, ia mulai menoleh pada Gama yang kini menundukan kepalanya dengan jemari bergerak risau diatas paha.
"Terimakasih, kau sendiri kenapa bisa kesini? Bukankah ini jauh dari jalan raya?"Gama terlihat berbinar mengangkat pandangannya pada Aluna sembari tersenyum tipis.
"Aku baru saja pulang dan sedang menunggu temanku di depan supermarket, dan ya... Siluet tubuh mu terlihat sehingga aku datang kemari untuk mengeceknya dengan fikiran mengapa masih ada orang di halte ini."Setelah itu Aluna hanya berdehem meluruskan pandangannya ke depan dengan acuh, Gama menekan mati-matian perasaan bahagia, sedih, dan kecewa pada dirinya sendiri.
Apa kau selalu merasakan hal menyakitkan ini saat kudiami dan tatapan binarmu ku hindari Aluna? Aku memang pengecut..."Ck, berhentilah menatapku kau membuatku takut!" sewot nya menukik alis tajam, wajah sembab itu malah membuat Gama ingin sekali merengkuh nya erat meluapkan rindu yang telah ia tahan bertahun-tahun, tapi dirinya harus memastikan sesuatu dahulu.
"Maaf... Kau mirip sekali dengan gadis ceria, lucu, dan penuh semangat dalam menggodaku. Dia adalah gadis yang sangat kucintai."
Degh!
Melihat tubuh mematung Aluna, Gama kembali meneruskan ingin melihat reaksi gadis itu.
"Dia sehangat matahari, dan senyumnya seperti bulan sabit dengan pipi merona jika bertemu denganku. Gadis itu selalu teguh dalam pendiriannya bahkan saat dia berjanji akan membuatku luluh dengan beragam sikap absurd nya dalam menggodaku, sayang. Sikapku yang terlalu dingin dan mengedepankan gengsi membuatku kehilangannya, kehilangan senyuman yang membuat hidup yang kujalani tak lagi menarik."Jangan nangis! Jangan nangis bodoh!!! Aluna memalingkan mukanya menahan perih dimata serta tarikan nafas menyesakan didada, apa yang dimaksud Gama itu adalah dirinya?
Mata pria itu juga berkaca-kaca, ia terus menatap lekat tubuh kecil yang berusaha menyembunyikan tangisnya itu.
"Aku kacau hingga akhirnya mengundurkan diri dari sekolah itu, semuanya salahku dan karena ketidak jujuran ku. Aku selalu menampilkan mimik wajah yang risih jika dia terus mendekatiku secara berlebihan bahkan seakan tak memperdulikan status muridnya, banyak penolakan yang kuberikan padahal hatiku berbanding terbalik dengan yang kuucapkan padanya. Aku tidak ingin dia berhenti mengejarku, sampai aku bisa memilikinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Aluna (Ending)
Teen Fiction{𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟐} 𝑭𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 ᵕ̈ ⚠︎☠︎𝗖𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗚𝗶𝗹𝗮!☻ Aluna Lavanya Andrie harus mengalami kesialan yang sedikit horor dalam hidupnya. Berniat menggalaui guru idamannya yan...