{𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟐}
𝑭𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 ᵕ̈
⚠︎☠︎𝗖𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗚𝗶𝗹𝗮!☻
Aluna Lavanya Andrie harus mengalami kesialan yang sedikit horor dalam hidupnya.
Berniat menggalaui guru idamannya yan...
Gama benar-benar tak tau arah saat setelah dirinya mendapatkan bogeman dari para pria tak dikenali itu, sekarang dirinya mendapatkan kata yang tak pernah mau ia dengar dari gadisnya. "T--tidak... Aluna pasti hanya menggodaku saja aku yakin, sebaiknya ku telfon lagi."
Gama menopang tubuhnya agar berdiri dengan memegang pintu mobil, dengan tangan bergetar ia kembali menghubungi kontak kekasihnya, namun tak ada jawaban. "Jawab sayang dan jelaskan padaku semua kata-katamu itu... Ini benar-benar tidak lucu..."
Sekiranya sudah lima kali Gama menelfon nomor Aluna, ia mengirimkan pesan pada wanita itu dengan pikiran kalang kabut, darah yang menetes dari hidung ke layar ponselnya tak Gama pedulikan. "Kumohon jawab Aluna... Aku butuh penjelasan lebih jelas... aku yakin kau tidak mungkin sejahat ini dengan mengatakan semua itu... Aku yakin..."
Gama tak kuat menahan sakit di perutnya, tubuhnya luruh ke tanah dengan ponsel yang masih ia genggam yang mana menampilkan panggilan pada Aluna.
"Kuharap... Ini mimpi..." matanya terpejam dengan bayangan terakhir dimana ia membeli cincin untuk melamar wanita itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang pria terlihat baru saja meninggalkan sebuah tempat latihan boxing dipusat kota, dengan tatapan mata yang senantiasa terlihat dingin juga galak pria itu meraih bungkus rokok dan mengambilnya satu, ia menyalakan rokok tersebut kemudian menghirupnya selama melangkah menuju motor miliknya.
"Alastair!" panggilan tak asing itu membuat Alastair yang baru hendak menyalakan motornya terhenti, itu Archio. "Ada yang ingin keluarga ku bicarakan denganmu."
Nafas Archio terlihat naik turun seakan sudah berlari maraton, namun tatapannya tersirat akan permohonan besar. Alastair hanya melirik tak berekspresi pria itu. "Aku tidak memiliki banyak waktu jadi bicarakan sekarang."
"Al, please. Ini benar-benar penting ini--"
"Aluna?" sela Alastair lalu berdecih menyalakan kembali motornya. "Aku tidak ingin berurusan apapun lagi dengan gadis itu, jangan pernah melibatkan ku."
"Samuel kembali," tubuh Alastair tampak bergeming. "Dan dia kembali menyandera adikku Al, aku benar-benar membutuhkan kerjasama kita kembali."
Archio pikir kala Alastair melirik wajahnya, pria itu akan setuju tetapi. "Aku tidak peduli, mintalah pada orang lain selain diriku."
"Kau sudah berjanji akan melindunginya!" geram Archio menahan lengan Alastair yang hendak melajukan motornya. "Al... Jika kau memang tidak mau lagi berurusan dengan Aluna, setidaknya bantulah aku. Aku tidak ingin adikku dilukai oleh pria itu!"