𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖
ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣
•••
Samuel dengan masih memakai handuk kimono hitamnya berjalan menuju ruangan khusus di Mansion bak istana ini, ia sudah kembali setelah mengerjakan beberapa tugas penting menurutnya.
Ketukan sandal branded dengan merek Dior membuat beberapa bodyguard yang berjaga didepan pintu membungkuk sedikit membukakan jalan bagi Tuannya untuk masuk.
"Permisi Tuan muda, benda tersebut sudah saya amankan sesuai perintah Tuan," ucap Edgar mengikuti langkah kaki Sam yang kini duduk didepan mejanya.
Samuel dengan lesu merenggangkan tubuhnya seolah malas.
"Berikan milikku!" perintah yang tak jelas itu dapat dipahami oleh Edgar.Ia mengkode beberapa bawahan untuk masuk dan memberikan kotak putih yang benar-benar terlihat menawan dan sederhana, begitu kotaknya diletakan Samuel tersenyum miring.
"Berbalik sebelum tembakan ku mengenai kepala kalian!"Mereka sontak memutar tubuh termasuk Edgar, wajah Samuel tersenyum penuh rasa tak sabar.
Ia membukanya dan yang membuat orang lain bingung jika melihat, disana hanya terdapat satu sprei putih yang meninggalkan beberapa jejak darah mengering.
"Aluna ku..." suara berat Sam begitu bernada mengerikan begitu mengangkat kain putih yang terlihat tidak pernah dicuci tersebut. "Aku masih menyimpan baik bukti percintaan yang telah kita lewati, lihatlah darah ini. Darah suci yang menjadi bukti jika aku pria pertama yang menyentuh gadis polos sepertimu."
Benar, itu adalah darah perawan dari Aluna yang menetes kebawah sprei saat Samuel dengan gilanya menodai gadis yang tengah tertidur tersebut, bahkan bukan hanya sekali tapi disepanjang waktu tak sadarkan diri Aluna, entahlah. Dalam benak Sam, tubuh Aluna benar-benar membuatnya candu sampai rangsangan dalam dirinya tak menjadikan desahan yang tak keluar itu patokan untuk ia berhenti atau bosan.
Apalagi jika Sam bercinta dengannya saat sadar, bukankah suara manis yang terengah-engah itu akan semakin membuat semangatnya berkobar dalam menjebol Aluna? Astaga, Sam sampai dibuat mesem-mesem tak jelas.
"Junior ku benar-benar hebat, mustahil jika rahim gadi--ah, maksudku wanitaku tak membuahi nya jika setiap saat tersembur oleh sperma milikku."Dengan tatapan teduhnya ia tanpa jijik sedikitpun mencium dan mengendus bau candu dari jejak darah tersebut, bahkan menjilatnya dengan mata terpejam untuk yang pertama kali, Sam gila? Memang!
Setelahnya ia terkekeh dengan mata terpejam seolah kain tersebut adalah sumber energinya, beberapa menit kemudian ia membuka kelopak mata sayunya sebelum menyimpan lagi kain itu kedalam kotak, tak membiarkan siapapun melihatnya.
"Berbalik," titah Sam datar pada mereka. "Edgar, jangan biarkan mereka mencuci barang dalam kotak ini."
"Baik Tuan," patuh Edgar menyuruh mereka untuk menyimpannya kembali ditempat semula, dilihatnya Samuel tampak terdiam dengan tubuh bersandar memainkan koin ditangannya. "Tuan? Kapan kiranya Tuan akan menghadiri kantor lagi?"
"Besok," jawaban itu membuat Edgar tersenyum lega sebelum Sam melanjutkannya. "Lusa, pekan, atau entahlah. Berikan saja laporan padaku setiap saat, dan... Dimana orang yang kau bilang akan menjadi asisten ku yang baru?"
Edgar menatap jam ditangannya.
"Mungkin sebentar lagi Tuan, wanita itu sedikit ceroboh dan... Heboh.""Jika dia tidak benar dalam pekerjaanya kau yang akan kuberikan hukuman Edgar!" ancam Sam tajam, Edgar hanya bisa mengangguk pasrah. "Berikan ponselku."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Aluna (Ending)
Teen Fiction{𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟐} 𝑭𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 ᵕ̈ ⚠︎☠︎𝗖𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗚𝗶𝗹𝗮!☻ Aluna Lavanya Andrie harus mengalami kesialan yang sedikit horor dalam hidupnya. Berniat menggalaui guru idamannya yan...