Aluna 40

25.3K 1.5K 82
                                    

𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣





•••






Terjadi keheningan diantara dua orang yang duduk dikursi menatap indahnya pemandangan malam bersalju ini, cuacanya pun masih terbilang dingin biasa jadi Aluna tak perlu mengenakan pelindung tangan.

Duhh! Kenapa malah jadi nervous gini sih! Mana gue tadi sok-sokan mau ngajak bicara taunya malah diem-dieman...

Yang lebih sial lututnya tak bisa diajak kompromi karena terus bergerak gelisah, Aluna meremat kopi panas di tengah-tengah pahanya yang ia genggam dengan gugup, sedari tadi Gama terus menatapnya lekat dengan senyuman seolah tak bosan dan itu cukup mengganggu Aluna.
"Ekhm... Bagaimana Pa Gama bisa tau jika saya adalah Aluna?"

"Sederhana, lewat tatapan mu Aluna. Apalagi saat saya sengaja memancing ingatan kamu tentang masa lalu kita," jawab Gama cepat, pria itu duduk lebih dekat dengan posisi Aluna kemudian tersenyum saat melihat pipi gadisnya memerah dengan postur tubuh kaku. "Mau ini?"

Gama menyerahkan minuman dengan rasa strawberry namun ditolak Aluna dengan kibasan tangan.
"Saya sudah menduga kamu tidak akan menyukainya walaupun ini strawberry, karena kamu hanya menyukai semua makanan nya bukan dalam bentuk minuman."

Aluna menoleh seketika bertanya-tanya darimana Gama tau?
"Darimana Pa Gama tau?"

"Kamu pecinta strawberry dan semangka, tapi alergi pada blueberry. Dan makanan kesukaanmu adalah Bebek yang dipanggang dengan olesan saus pedas manis diatasnya, kau juga tidak suka diusik dan sering memendam masalahmu, saya tau semua itu Aluna," tutur panjang Gama membuat Aluna terdiam menatapnya, tangan kekar Gama meraih sebelah tangan kecil Aluna dan menggenggamnya hangat diatas paha pria itu. "Saya akui jika saya salah karena tidak pernah jujur padamu Aluna, saya terlalu mengedepankan gengsi sampai menyembunyikan fakta jika saya sangat mencintaimu."

Aluna tidak bisa melihat tatapan tulus itu, ia membuang pandangannya kebawah kaki.
"P--pak saya--"

"Saya bersungguh-sungguh Aluna," potong Gama menempelkan telapak tangan Aluna kedada bidangnya. "Kamu bisa merasakannya? Setelah kepergianmu yang ada dikepala saya hanya diisi bagaimana untuk memutar waktu dan mengatakan jika kamu satu-satunya perempuan yang saya cintai."

Alis Aluna menekuk kebawah melirik mata dalam Gama.
"Kenapa Pak Gama harus menyiksa diri dengan menunggu sesuatu yang mustahil? Harusnya Pak Gama mulai membina hubungan dengan wanita lain daripada hidup menyendiri dengan angan-angan itu."

"Tapi hal yang mustahil itu bisa menjadi kenyataan, kamu kembali hidup dan dipertemukan dengan saya Aluna. Tidak pernah sedikitpun saya tertarik melihat perempuan diluar sana," bantah Gama menggeleng.

"Pak Gama... Hanya merasa menyesal--"

"Tidak, saya terlalu dalam mencintaimu sampai harus bolak-balik pada psikolog demi menyehatkan kembali pikiran saya darimu Aluna," tangan kecil itu Gama alihkan mengusap pipinya dengan nafas memburu. "Mengertilah Aluna, berikan saya kesempatan untuk kembali menjalin kedekatan denganmu, saya tidak akan memaksa jika kamu masih belum mencintai saya."

Sayangnya Aluna menarik tangannya dari genggaman Gama, pria itu tersenyum miris mengangguk pelan sembari menjatuhkan tatapannya kebawah.
"Ya... Kamu jelas tidak akan mau."

Sampai sebuah sapuan dikedua pipinya membuat Gama tersentak dan langsung mengangkat kembali wajahnya, ia melihat Aluna tertawa kecil merasa lucu melihat Gama melesu seperti tadi.
"Saya mau ko."

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang