.
Days later, afternoon
Library, University of SeoulMata rusa berwarna cokelat memindai perpustakaan dari kiri ke kanan, mencari seorang mahasiswa berambut cokelat. Beberapa meja diisi oleh mahasiswa yang mengenakan jaket letterman, mungkin untuk mengganti mata kuliah yang mereka lewatkan saat praktikum.
Senyum lebar mengembang di wajah Lisa saat ia melihat rambut coklat bergelombang yang sudah tidak asing lagi. Jennie mengenakan sweter kuning besar dan syal krem di lehernya. Senyumnya langsung menghilang saat melihat cemberut si rambut coklat. Jennie sedang membolak-balik beberapa catatan pelajaran yang berwarna-warni di hadapannya.
"Hei, ada apa dengan wajah murung itu?" Lisa menyapa gadis berambut cokelat itu, mencium puncak kepalanya. Aroma bunga daisy yang manis merasuk ke dalam hidung Lisa. Ia mengambil tempat duduk di samping Jennie.
Jennie meletakkan catatannya dan melingkarkan lengannya ke tubuh Lisa, menyandarkan kepalanya ke dada Lisa. "Aku hanya gugup dengan hasil ujian ku. Ini sangat membuatku frustrasi."
Lisa melingkarkan lengannya di bahu Jennie, mengelus dan meremasnya. "Aku yakin kamu melakukannya dengan baik, Jen. Aku bahkan tidak tahu mengapa kamu khawatir."
"I just, I don't know, Lisa. Aku merasa ada yang salah pada bagian esai tentang suku Inca di Peru. Aku merasa belum cukup menjelaskan penemuan mereka."
"Aku yakin suku Inca akan bangga dengan jastifikasimu," kata Lisa, menghibur si rambut coklat di sampingnya. "Aku yakin mereka akan membangun sebuah monumen untukmu"
Jennie tertawa kecil, menatap Lisa dan memberikan ciuman di rahangnya. Kemudian dia memalingkan muka dan bergumam, "aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan selama akhir pekan menunggu hasilnya. Penderitaan ini membuat ku gila."
Sesuatu muncul di dalam otak Lisa saat menyebut kata 'akhir pekan', teringat akan pesan singkat dari Sorn beberapa waktu yang lalu.
"Apakah kamu mau pergi bersamaku ke Cheonan hari Sabtu ini? Hari itu adalah hari ulang tahun Nenekku, Granny Doris."
-
Days later, noon
Doris's House, CheonanMatahari bersinar cerah di luar rumah Doris yang terbuat dari bata merah berlantai dua. Para tamu berada di halaman belakang, duduk mengelilingi meja besi putih, menghadap ke kolam buatan dan taman kecil di sampingnya. Seorang tukang berusia sekitar 50-an tahun yang tidak dikenal bernama Hyun Bin, dan istrinya Ye Jin juga ada di sana. Lisa senang karena neneknya masih berteman.
"Jadi, kau adalah gadis yang diidam-idamkan oleh Lisa kecil ku?" Doris bertanya sambil tersenyum lebar.
"Granny," Lisa memperingatkan, wajahnya memerah.
Doris mengangkat tangannya seolah-olah dia dipegang oleh seorang petugas polisi. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya dan tidak ada yang lain selain kebenaran."
Jennie tertawa pelan dan menjawab, "Nah, Lisa ini adalah orang yang paling manis yang aku kenal."
"Mm, aku membesarkan Lisa untuk menjadi anak manis seperti itu," kata Doris sambil meremas tangan Jennie di atas meja. "Jadi beritahu aku jika dia sudah berhenti bersikap manis padamu dan aku akan mengunjungi Seoul secara pribadi dan menyuruhnya untuk menjadi dewasa."
Lisa tertawa gugup, mukanya masih merah, saat melihat interaksi antara pacar dan neneknya. Jennie memang orang yang paling baik bahkan di Cheonan.
Kemudian Sorn tiba-tiba keluar dari dapur, membawa sebuah kue bundar berwarna merah muda yang dipilih Jennie saat berkendara tadi. Lilin-lilin sudah menyala di atas calke saat Sorn menutupinya dengan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date Gone Wrong
Fiksi PenggemarGxG 18+ "Kau pasti bercanda." Itu adalah kata-kata hinaan yang dilontarkan oleh gadis pendek mungil dengan rambut cokelat bergelombang dan mata kucing. Jika saja Lisa mau mengesampingkan nada merendahkan yang tak bisa ia hindari, ia akan mengakui...