The next day, morning
Chahee's apartementMeja dapur yang bersih dan kosong menyambut Lisa keesokan harinya. Dia menganggap Jennie sudah mengetahui bahwa usahanya hanya sia-sia belaka kepada gadis Thailand itu.
Lisa seharusnya jujur saja sejak awal dan mengatakan yang sebenarnya. Menyakiti perasaan seseorang adalah hal terakhir yang ingin dilakukan oleh Lisa.
Seperti yang Lisa pelajari dari masa lalunya, kejujuran dapat menyelamatkan banyak penderitaan di kemudian hari. Tetapi gadis Thailand itu kehilangan arah ketika ada sesuatu yang berhubungan dengan Jennie.
---
Days later, afternoon
Profesor Sungri's classroom, Advanced Creative WritingTeman-teman sekelas Lisa sudah meninggalkan ruangan. Menunggu dengan gugup di tempat duduknya, gadis Thailand itu memperhatikan Profesor Sungri membalik halaman demi halaman, membaca draf yang dibuatnya. Meskipun pekerjaan rumah mereka adalah membuat dua bab lagi, Lisa sudah membuat dua puluh bab. Itu masih berupa draf yang sedang dalam proses. Dia masih mengedit dan mengedit ulang semuanya. Tapi dia ingin komentar profesornya tentang hal itu.
"Mengesankan," Profesor Sungri tiba-tiba berujar setelah dia selesai membaca halaman terakhir. "Ini benar-benar menarik perhatian ku."
Gadis Thailand itu tidak bisa menahan senyumnya. "Terima kasih, ini masih belum selesai, aku baru setengah jalan," Lisa dengan gugup menjawabnya.
"This is good, Miss Manoban." Profesor Sungri menata kertas-kertas itu dengan rapi di atas mejanya. "Ini punya potensi. Apapun suasana hatimu saat ini, teruskanlah."
Lisa kemudian bertanya-tanya apakah suasana hatinya dalam menulis membuatnya tidak bisa memaafkan Jennie atas apa yang telah dilakukannya.
"Kami memiliki acara writer's program akhir pekan ini," lanjutnya saat Lisa perlahan berdiri dan mengumpulkan barang-barangnya. "Ada beberapa penulis dan penerbit terkenal yang aku kenal di acara itu. Jika kamu mau datang, aku bisa memperkenalkanmu pada beberapa orang dan memberikan sedikit bantuan untuk naskahmu."
Lisa membeku di tempatnya. "Benarkah? Anda akan melakukan itu untukku?"
Profesor Sungri tersenyum. "Tentu saja. Aku sudah tahu, menulis sudah ada dalam darahmu. Dan aku adalah gurumu, mentormu. Sudah menjadi tanggung jawab ku untuk membantu mereka yang membutuhkan."
Gadis Thailand ini tidak dapat menahan rasa bahagianya. Ia sangat menyukainya. Kemudian senyumnya langsung mengembang ketika dia mengingat apa yang terjadi di akhir pekan ini.
"Jika Anda mau, Anda bisa mengundang seseorang untuk pergi ke acara tersebut bersama Anda," lanjutnya. "Aku akan mengirimkan rincian programnya melalui email Anda."
---
The next day, evening
Blink Arcade, YG mallWriter's Program. Akhir pekan ini. Akhir pekan ini. Pikiran Lisa dipenuhi dengan apa yang dikatakan Profesor Sungri. Satu-satunya masalah adalah, selain dia tidak punya kencan, akhir pekan ini juga akan menjadi hari peringatan kematian orangtuanya akibat kecelakaan mobil.
Satu hal yang tidak dapat ditanggung oleh gadis Thailand ini adalah bahwa ia tidak seharusnya berbahagia atau merayakannya pada hari orang tuanya meninggal.
Lisa menuju ke arah teman-temannya di arena bowling. Dia begitu sibuk dengan pikirannya sehingga dia bahkan tidak menyadari bahwa Jennie sedang mengobrol dengan Rosé di dekat konter sepatu. Baru setelah mereka berada dalam jarak beberapa meter, gadis Thailand itu merasakan kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date Gone Wrong
Fiksi PenggemarGxG 18+ "Kau pasti bercanda." Itu adalah kata-kata hinaan yang dilontarkan oleh gadis pendek mungil dengan rambut cokelat bergelombang dan mata kucing. Jika saja Lisa mau mengesampingkan nada merendahkan yang tak bisa ia hindari, ia akan mengakui...