01. Not a first meet

1.2K 63 0
                                    

Pagi yang normal di tengah kota, seorang gadis berlari kecil menuju meja makan sembari dengan membawa sisir dan ikat rambut. Gadis itu duduk di meja makan dan meminta tolong mamanya untuk menguncir rambut panjangnya.

"Kamu udah kelas 2 SMA, masa gabisa nguncir rambut sendiri?" Tanya mama Arin dengan tetap mengabulkan permintaan anaknya tersebut.

"Sengaja, biar tiap pagi harus ketemu mama dulu." Celetuknya sebelum menyuap roti ke mulut.

"Non Arin gamau kalo dikuncir bibi, katanya biar nyonya aja." ART di rumah mereka pun ikut menyambung percakapan itu.

Ketiganya tertawa mewarnai pagi.

Sekolah pagi itu ramai oleh siswa siswi yang semangat belajar kembali setelah libur semester yang cukup panjang. Sebelum Arin masuk ke kelas barunya, seorang gadis dengan kencang menabrak tubuhnya.

"Aduh, sorry sorry!!" Ucap gadis itu sembari cepat-cepat masuk kelas. Arin bahkan tak sempat menggerutu karena guru ternyata tepat di belakang gadis itu.

Demi tidak merusak hari pertama sekolahnya, Arin mengacuhkan gadis itu dan duduk di bangku yang sekiranya kosong.

Ketika gadis yang menabraknya tadi perkenalan diri, Arin baru ingat siapa gadis itu. Namanya Wilona Kiara Putri, atlet basket kebanggaan sekolah. Fotonya bersama tim terpajang rapi di papan buletin sekolah. Ia juga masih ingat bagaimana mereka pertama kali bertemu di perlombaan antar kelas tahun lalu. Arin menang mengalahkan Wilona dalam lomba lari mewakili kelas masing-masing.

"Lo bisa gak, sih!? Sehari aja tenang?" Tanya Arin saat Wilona berlarian menyenggol mejanya kesekian kali.

Baru berjalan 3 bulan sekelas dengan Wilona, Arin rasanya sudah ingin memasukkan gadis itu ke kotak dan menenggelamkannya. Pasalnya, Wilona seperti punya hobi mengganggu Arin dan semakin dibiarkan malah semakin sering.

Seperti hari ini.

Wilona yang ditanya malah tersenyum jail dan mendekati meja Arin. Keduanya bertemu mata dengan pandangan tidak suka satu sama lain.

"Kalo gabisa kenapa?!" Tanya Wilo menantang.

Arin berdiri, membuat Wilo harus mendongak sedikit demi tidak memutus tatapan matanya.

"Ngajak berantem?" Tanya Arin dengan nada rendah, tepat ditujukan untuk gadis di hadapannya ini.

"Yaudah, ayok!!"

Belum sampai Wilona melayangkan tangannya, Guru membubarkan kerumunan dan memaksa keduanya untuk kembali ke meja masing-masing.

Rasa benci itu semakin menjadi hingga mereka enggan untuk sekedar bertukar tatap. Seluruh anggota kelas tau bahwa Arin dan Wilona saling membenci. Tidak ada yang mau jika harus disuruh menyatukan mereka dalam kelompok, kecuali guru kimia.

"Wilona dan Arina. Kalian sekelompok untuk pratikum ini."

Hening menyelimuti kelas ketika guru mengumumkan pembagian kelompok hari ini.

"Bu, saya boleh sama Nara aja ngga?" Ucap Wilona menyela keheningan itu.

"Boleh, kalau nanti kamu sudah jadi guru Wilona."

Dengan sangat terpaksa, keduanya duduk berjajar di satu meja pratikum.

"Diliat dong! Itu Lo masukinnya kebanyakan." Ucap Wilona.

"Ya kenapa ngga Lo aja yang masukin? Lo daritadi nonton doang." Jawab Arin, berusaha tidak terpancing.

"Gimana gue mau masukin kalo alatnya ada di sebelah sana!?"

Terjadi lagi pertengkaran antar keduanya, hingga suara benda pecah memecah keramaian pratikum kelas.

"Astaga!!! Kalian berdua ini!!!" Keadaan menjadi runyam seketika. Guru kimia sibuk membersihkan cairan dan menyuruh Arin dan Wilona untuk membersikan sisa gelas kaca.

"Kelas hari ini kita akhiri. Arina dan Wilona, kalian ke meja saya sebentar."

Bahkan ketika sudah melakukan kesalahan, keduanya tetap tidak berhenti menyalahkan satu sama lain dan bertengkar.

"Kalian!!! Sudah liat akibat dari pertengkaran kalian itu?! Sekarang tanggung jawab kalian bagaimana?"

Keduanya terdiam dihadapan guru kimia yang terlihat marah.

"Kalian harus ganti gelas pratikum tadi. Saya kasih waktu satu bulan. Kalian bisa jelasin ke orang tua kalian."

"Saya minta maaf, Bu." Ucap Arin menundukkan kepalanya.

"Saya juga. Ini tadi gara-gara Arin nyenggol saya."

"Loh apaan sih!! Gue ga ngapa-ngapain Lo tiba-tiba nyerobot jadinya jatoh."

"Gue udah megang tapi Lo malah ngerebut gelasnya." Perdebatan kembali terjadi diantara keduanya.

"UDAH KALIAN BERDUA!!! Keluar dari ruangan ini sekarang, dan jangan lupa apa yang saya bilang tadi."

Keduanya keluar dengan helaan nafas dan lirikan tak suka yang makin bertambah panas.









































*What do you think about the not so first meet of them?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*What do you think about the not so first meet of them?

lovenemy; [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang