50. deep talk

149 12 1
                                    

Arin's pov.

Aku memutuskan untuk jujur pada mama. Sebaliknya, mama juga menceritakan tentang semua yang diceritakan Bu Irene, sekaligus menambahkan kisahnya dan papa. Bisa kulihat bagaimana senyum mama merekah mengingat kembali pertemuannya dengan papa. Mama tidak berbohong, dan aku tau sejak awal.

"Arin bingung, ma." Jawabku.

Mama menanyakan pasal perasaanku pada Wilona yang merupakan misteri terbesar bagiku, bagaimana aku bisa menjawabnya.

"Arin cuma gamau jauh dari dia, suka ngelihat dia senyum dan ketawa, sedih waktu dia marah ke Arin, tapi Arin nggak tau apa itu!! Arin cuma mau sama Wilona aja." Jelasku, meskipun kalimat itu terlalu singkat untuk menggambarkan perasaanku pada Wilona.

"Itu namanya cinta, Arin."

"Wilona, bagaimana?" Tanya mama lagi.

"Dia pernah bilang dia suka Arin, tapi sampai sekarang Arin belum ngasih dia jawaban apa-apa. Tapi itu mendadak banget!! Dia nggak sengaja."

Mama tertawa, "artinya dia memang beneran suka. Kalau tidak suka, mana mungkin dia keceplosan bisa begitu, ya kan?"

Aku terdiam.

"Kamu sebaiknya segera memastikan perasaanmu. Kalau mama jadi Wilona, mama akan mikir kamu cuma main-main dan sama sekali nggak peduli sama perasaan mama. Apalagi kamu memperlakukan dia seperti kamu juga suka ke dia." Mama mengusap rambutku.

"Mama nggak akan melarang?" Tanyaku.

"Memangnya kalau mama melarang, kamu bisa berhenti suka dia?"

Aku menggeleng.

Mama meninggalkan kamarku dan menyuruhku istirahat, hari ini adalah hari yang berat.

Alih-alih istirahat, aku malah begadang memikirkan perkataan mama. Bagaimana jika memang yang kulakukan pada Wilona itu membuatnya sakit hati? Membuatnya sedih? Bodoh! Seharusnya aku berpikir sebelum melakukan sesuatu.









































lovenemy; [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang