49. lost puzzle

91 10 0
                                    

Arin's pov.

Perasaanku tidak baik, sangat buruk malah. Aku baru saja mendengar bahwa mamaku pernah memiliki hubungan dengan Bu Irene.

Mereka saling mencintai dalam waktu yang lama, dan nampaknya Bu Irene sangat mencintai mamaku.

Lalu, bagaimana dengan mama?

Aku masuk kerumah dengan air mata berjatuhan. Tanpa memperdulikan yang lain, aku segera berjalan ke ruang kerja mama dan masuk tanpa mengetuknya.

"Arin?? Udah pu —kamu kenapa menangis??!" Mama terkejut bukan main melihatku.

Mama mendekat dan berusaha meraihku dalam pelukannya. Aku menolak.

Aku menutup pintu dibelakangku dan menatap mama.

"Aku udah tau semuanya, ma." Ucapku.

Jelas terlihat raut kebingungan di wajah mama.

"Aku tau soal mama dan Bu Irene. Kenapa ma? Kenapa Mama bohong?? Kenapa?..." Aku kembali runtuh.

"Arin, dengar penjelasan Mama dulu."

"Penjelasan apa, ma?!!! Apa Mama masih suka sama Bu Irene sampe harus pura-pura kalo kalian nggak pernah dekat!!! Terus mama dan papa nikah buat apa?! Buat ngelupain Bu Irene!?? Iya gitu?!?"

"ARIN!" Suara tinggi mama membuatku terkejut.

"Nggak seharusnya kamu berkata seperti itu."

Aku tau.

Aku tau benar kalau tidak seharusnya aku mengatakan hal kejam itu. Aku tau bahwa apa yang kukatakan tidak masuk akal, bodoh, dan sangat menyakiti mama. Tapi aku kalut, aku ingin marah. Ada sesuatu di dalam dadaku yang rasanya salah.

"Mama menikahi papamu karena mama mencintainya, dan kamu lahir sebagai bukti dari cinta itu. Masa lalu mama dan Bu Irene itu juga benar dan tidak bisa dirubah. Tapi itu nggak ada sangkut pautnya dengan kehidupan mama sekarang."

Aku semakin keras menangis dan jatuh terduduk.

"Mama hanya tidak mau kamu salah paham seperti ini, Rin. Mama sangat sayang kamu dan papamu. Kamu harus tau itu." Mama memberiku pelukan hangat yang sangat kubutuhkan.

"Maafin Arin, ma..." Ucapku dengan suara parau.

"Gapapa, Arin."

Aku menggeleng, "Arin kelewatan, nggak seharusnya ngomong kayak gitu. Arin bingung kenapa Arin sedih, Arin ngerasa harus marah dan malah lampiasin itu ke mama." Aku memeluk mama lebih erat.

"Gapapa, Rin. Makanya mama pernah ngingetin Arin soal hubungan kamu dan Wilona, karena mama pernah ada di posisi itu dan akhirnya buruk."

Membawa nama Wilona membuat dadaku semakin terasa sakit. Aku menangis makin keras dalam pelukan mama.





































 Aku menangis makin keras dalam pelukan mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lovenemy; [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang