15. mysterious notes

342 31 0
                                    

Arin mengambil tasnya dan berpamitan pada Wilona untuk pulang lebih dulu. Ia putuskan untuk menaati perintah yang sudah diputuskan dan belajar dari rumah. Sekaligus, ada keingintahuan Arin yang hanya bisa ia puaskan dirumah.

Wilona bilang bahwa ia akan berikan materi pada Arin sebagai rasa tanggung jawabnya, Arin iyakan saja agar Wilona lebih tenang.

"Loh? Non Arin kok udah pulang?" Tanya pembantu dirumahnya.

"Arin dihukum, bi. Nanti biar Arin bilang sendiri ke mama, ya!" Jawab Arin menggeletakkan tasnya di meja ruang tamu dan segera berlari menuju ruang kerja mamanya.

"Kata Wilona, Bu Irene alumni sini." Gumam Arin.

"Let's try to find her!"

Keingintahuan Arin itu berawal dari rasa familiar yang diberikan oleh kepala sekolahnya, Irene. Arin seperti pernah melihat sosoknya, namun kesulitan mengingatnya.

Demi memuaskan keingintahuannya, ia jelajahi satu persatu loker dan tumpukan buku di ruang kerja itu hingga menemukan buku tebal yang nampaknya seperti buku tahunan. Ia juga menemukan sebuah buku kecil yang terlihat agak rapuh dan menguning. Ia buka buku kecil itu dan menemukan sesuatu yang menarik.

"Ini kayaknya diary mama." Gumamnya terkikik kecil.

Ia kembalikan semua buku-buku lama itu dan merapikan ruang kerja Soraya seperti sedia kala, kecuali buku kecil di tangannya.

Buku bersampul hitam itu terlihat lama, dengan panjang setelapak tangan dan tebal kira-kira 2,5 Senti. Beberapa tinta tulisannya sudah tidak terbaca, namun kebanyakan masih bisa dibaca kalimatnya. Arin menjelajahi tiap halaman dengan sabar, sambil sesekali tersenyum membayangkan sang ibunda menulis ini di masa remajanya.

Dari yang ia baca, buku itu sepertinya ditulis ketika mamanya sedang dalam masa SMA, sama sepertinya saat ini. Dengan latar sekolah yang sama, Arin hampir bisa membayangkan tiap ruang dan tempat yang ditulis di buku itu.

Ditengah catatan itu, Arin menemukan tulisan yang sangat lucu dan menarik dibanding yang lain. Ia temukan mamanya menceritakan tentang seseorang dengan bahasa yang lucu.

Ia bilang orang ini indah, terlihat seram, namun mamanya malah mendekati orang ini. Cerita itu berlanjut hampir setiap hari. Soraya menulis sosok itu dengan semu, tidak menyebut nama maupun ciri fisiknya. Membuat Arin semakin ingin tau sosok yang ada di buku itu.

"Kayaknya ini bukan papa, deh!" Gumamnya.

Ia lanjut membaca sembari tersenyum kecil membalik halaman selanjutnya.










































Ia lanjut membaca sembari tersenyum kecil membalik halaman selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*What you guys expected from this notes?

lovenemy; [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang