02. Problem Solving

616 50 0
                                    

Arin menjejakkan kakinya kesal mengingat apa yang terjadi hari ini. Ia bahkan tak nafsu makan memikirkan harus menceritakan ini pada Soraya —mamanya.

"Arin... Mama pulang!!" Suara yang familiar terdengar dari luar kamarnya. Arin masih setia menyembunyikan kepalanya berpura-pura tidur.

"Tumben anak mama ketiduran. Capek, ya?"

Setelah mengusap surai gelap Arin, Soraya kembali dan menutup pintu kamar kembali.

Karena tidak makan malam, perut Arin rasanya terlilit di tengah malam. Ia berinisiatif untuk keluar karena percaya bahwa mamanya saat ini pasti sudah terlelap.

Kakinya berjalan pelan menuju dapur dan membuka lemari pendingin untuk mencari makanan yang bisa ia makan langsung.

"Arin?" Arin membeku di tempatnya mendengar suara Soraya terdengar dari belakang.

"Eh, mama..." Gadis itu tersenyum canggung bak pencuri yang baru saja ketahuan.

Arin akhirnya makan nasi goreng masakan Soraya di tengah malam. Sembari duduk dan memerhatikan Soraya mengerjakan sesuatu di laptop.

"Ma, Arin mau ngomong tapi mama jangan marah, ya?" Arin membuka percakapan.

"Kan... Udah mama duga ada yang salah. Kamu biasanya ngga tidur sore."

Diselingi tawa canggung, Arin memikirkan bagaimana cara ia bisa menyampaikan ini ke mamanya.

"Aku tadi mecahin gelas pratikum. Disuruh ganti sama gurunya."

Soraya menghela nafas dan melepas kacamata yang ia gunakan.

"Maaf, ma. Aku ngga sengaja beneran."

"Terus kamu maunya gimana, Rin?"

"Disuruh bayar sama gurunya."

"Mama kayaknya terlalu sering manjain kamu, ya? Makanya kamu jadi seenaknya gini. Mama gabisa bantu kamu untuk yang ini. Kamu harus belajar tanggung jawab, Rin." Ucap Soraya menatap anaknya yang sedang menunduk.

Melihat tatapan Soraya yang serius, Arin tak mau menjawab maupun membantah apa yang diucapkan mamanya tersebut. Ia lanjutkan kegiatannya dengan mencuci piring dan kembali ke kamar.

"Arhhh gimana caranya gue dapet duitnya?!" Teriaknya dibawah bantal.

"Jangan panik, Arin. Bisa aja besok dia udah ada duitnya." Arin berujar, merujuk kepada Wilona yang memecahkan gelas itu bersamanya.

Keesokan paginya, Arin mengajak Wilona berbincang tentang masalah ini.

"Lo udah bilang belum? Ortu Lo bakal ganti?" Tanya Arin.

"Ngga, gue gapunya ortu." Arin menggaruk tengkuknya, tidak tau jika jawaban Wilona akan demikian.

"Ortu Lo gimana?" Tanya Wilona.

"Nyokap ngga ngasih gue duit. Gue disuruh selesaiin sendiri."

"Gara-gara Lo sih, ini!!" Wilona melempar serangan katanya terlebih dulu.

"Kok gue? Lo yang sok bisa ternyata malah bikin gelasnya pecah." Ucap Arin sembari membuat wajah meremehkan Wilona.

"Gue emang bisa, Lo nya aja yang mau menang sendiri!!"

"Lo kenapa ngeselin banget!!"

"Udahlah, Wil! Harusnya kita mikir gimana ganti gelasnya!! Lo sama gue sama-sama disuruh." Lanjut Arin memutuskan menghentikan perdebatan itu.

"Mau gamau kita harus kerja sama."

"Terpaksa gue harus mikir bareng Lo." Ucap Arin menekankan kata 'terpaksa'.

"Gue juga ogah kalo ga terpaksa."

Akhirnya sepulang sekolah keduanya mulai memikirkan ide bisnis yang mungkin dilakukan berdua. Dalam diskusi itu, banyak debat kecil yang muncul. Namun karena dikekang waktu, keduanya segera menghentikan debat kecil itu.

"Gue pernah jadi model. Gimana kalo kita buka endorse aja." Ucap Arin.

"Gue sih terserah. Lo kan yang jadi?"

"Ya ngga lah, njir! Lo juga ikutan."

"Gue gaada pengalaman."

"Kan ada gue."

Akhirnya Wilona pasrah menerima apa yang Arin sarankan. Ia ingin segera menghasilkan uang itu dan mengakhiri kerja sama ini.

"Lanjut besok lah, gue ngantuk." Ucap Wilona.

Arin menggedikkan bahu dan meninggalkan Wilona yang menatap sinis mengikuti arah jalan Arin.
























































Arin menggedikkan bahu dan meninggalkan Wilona yang menatap sinis mengikuti arah jalan Arin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Looks like their hate are increasing to each other.

Other cast revealed!!!!
Introducing,

Soraya a.k.a Arin's mom

*It's her younger photos, but the pretty still the same now

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*It's her younger photos, but the pretty still the same now.

lovenemy; [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang